"Happy birthday, Lex. Bisa ketemu di taman yang waktu kita ketemu jogging? Jam 7 malam."
Alex memberhentikan langkahnya, kemudian ia tersenyum. Senang, satu kata yang mendeskripsikan perasaannya ketika mendengar tawaran dari Alice. Ketemuan? Malam?. Membayangkannya saja membuat ia terkekeh. Apa Alice pengen membuat kejutan untuknya?
Alex membalikkan tubuhnya dan tersenyum, "Btw, makasih ucapannya. Dan kenapa gue harus ketemuan lo malem-malem? Kenapa gak sekarang?" Ujarnya jahil.
Alice mendengus, perkiraan Alex akan mengerjainya seakan terpatri diotaknya dengan cepat. Untung saja Alice sudah menyiapkan jawaban agar Alex kicep. "Jaket lo yang tempo hari pinjemin ke gue belom gue balikin. Mau gue bawa, tapi lupa. Mau sore gue kasih, tapi les. Mau dianter kerumah lo, gak tau dimana."
Wajah bahagia Alex berubah 180 derajat. Senyuman itu berubah menjadi lengkungan kebawah. "Yah, gue kira apa,"
Rasanya Alice pengen tertawa melihat muka Alex berubah menjadi muram. Alice berlari menuju Alex berdiri dan mencubit pipi kanannya. "Ih, udah deh. Muka lo tuh ya pengen gue tabok rasanya. Udah deh dateng aja malam ini, okey?"
Muka Alex memerah. tepatnya dibagian pipinya, dan anehnya bukan satu saja yang memerah melainkan dua-duanya. Alice tersenyum menyadari pipi Alex ngeblush.
"Iya deh,"
"See you soon!"
Alice mencubit pipi Alex kembali, sekarang bagian kiri. "Kalau lagi nge-blush lo lucu deh,"
Alice berlari menuju luar taman meninggalkan Alex yang masih terkaget-kaget dengan sikap Alice yang tak biasa. Alex memegang pipinya yang sempat dicubit Alice, kemudian tersenyum bahagia.
"Gapapa deh ngeblush gara-gara lo, Lice. Gue rela," batinnya bahagia. Alex pun memasukkan tangannya kedalam saku dan berjalan keluar taman.
.
.
--
.
.
"Sanny lo dimana? Gue nebeng yak," ucap Alice ketika Sania sudah mengangkat panggilan telponnya.
"Gue di parkiran nih, yaudah sini nebeng. Mumpung gak bareng sama Vino."
"Oke, gue kesana." Ujar Alice. Kemudian ia mematikan iPhonenya dan berjalan menuju parkiran
--
"SANNY!"Teriak Alice tepat dikuping Sania, Sania yang sedang bengong tiba-tiba loncat dari motornya dan mengusap-usap telingannya.
Sania langsung memukul pelan lengan Alice. "Anjirlah, kuping gue,"
Alice hanya terkekeh dan duduk di jok belakang Sania. "Cepet berangkat mang ojek,"
Sania menatap tajam Alice dan berkacak pinggang, "Yaudah neng, nanti bayar ya kalau sudah nyampe tujuan. Dua kali lipat."
Alice mengerucutkan bibirnya, "Yakilah mang, gue duitnya menipis nih mang,"
Keduanya terbahak-bahak memgingat percakapan absurd itu. Setelahnya, Sania pun duduk kembali dijoknya dan mengambil helm yang ditaruh di kaca spion. "Tumben nebeng, kenapa?"
"Pengen konsultasi,"
Sania mengusap dagunya pelan, "Tentang?"
"Gue pengen buat surprises buat Alex."
Sania yang sempat memegang stater langsung berhenti dan menengok ke belakang. Wajahnya mendadak kusut mengingat Alex pernah berduaan dengan cewe yang tak ia kenal. Dan mengingat dimana Alice yang sempat ngeyel ketika dikasih tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
I see your eyes
Teen FictionIa sangat mencintai gadisnya. mencintai gerak-gerik gadisnya. Mencintai kebiasaan gadisnya. Mencintai cengiran dan cemberutan dibibir gadisnya. Tapi ada hal yang membuat ia semakin mencintainya, Menatap matanya. copyright © 2014 by Salsabilaayus