Who Knows My Birthday?!

3.8K 246 3
                                    

Sanny menarik Alice dengan keras dari kerumunan kantin. Entah kenapa, ia sangat marah melihat perlakuan yang akan menyakitkan sahabatnya itu.

Alice yang tidak tahu kenapa sikap Sanny berubah 180 derajat hanya bisa pasrah. Jarang-jarang Sanny menarik tangannya dengan keras. Mungkin gadis itu sedang emosi.

Sesampainya di ruang loker, Sanny melepas tarikan tangannya dan bersandar pada loker-loker tinggi. Menatap sahabatnya dengan sendu.

"Kenapa sih narik-narik gue? Sakit tau!" Ucap Alice kesal sambil mengelus pergelangan tangannya yang sakit. Sanny yang mendengarnya hanya diam kemudian ia bersidekap menghadap Alice.

"Apa yang lo suka dari Alex?" Tanya Sanny dingin.

Blush.

Sempat-sempatnya wajah Alice memerah.

Alice gugup, "Gue gak suka sama dia, kok."

Sanny menautkan alisnya, "Oh terus kenapa lo deket sama dia?"

Alice menunduk dan memainkan jarinya, "Ya mana gue tau,"

Sanny menghela nafas keras dan menepuk pundak Alice sekilas, "Kalo lo gak mau sakit hati jauhin Alex, Lice."

Wajahnya menegang, pikirannya berkecamuk, ia didera penasaran. "Kenapa?"

"Karena dia itu.. Playboy?" Ucapnya seperti pertanyaan bukan pernyataan.

Alice tertawa kecil. "Itu pertanyaan atau pernyataan sih? Kalau pertanyaan gue gak tau deh."

"Itu pernyataan Alice!" Ujarnya kesal.

Alice menaikan alisnya, "Hah maksud lo?"

"Dia selingkuh,"

Alice menahan tawa dengan cara menutup mulutnya, hah bagaimana bisa selingkuh? Wong, cowo itu aja jomblo.

"WUAHAHAH" tawa Alice membahana di ruangan loker, Sanny yang merasa ditertawakan hanya bisa diam.

Alice menepuk pundak sahabatnya, "Yaampun, Sanny! Gimana bisa Alex selingkuh kalo dia aja gak punya pacar? Dan gimana bisa lo menyimpulkan kalau dia playboy? Inget kalo lo pernah bilang kalau dia itu... Oke ini kedengeran menjijikan.

"Lo pernah bilang kalau 'Alex itu gak pernah gonceng cewe PE selain lo, maybe you are the first [Part bersama sampai petang]. Nah dari situ aja ketahuan kan kalo dia itu bukan playboy?

"Jadi gue harap lo jangan berprasangka buruk deh sama dia, San."

Sanny menunduk dan terdengar bergetar. "Tap--tapi, gue gak mau sahabat gue sedih kalo ngeliatnya, dan gue bisa ngerasain kalo lo tuh sayang sama dia, Lice."

Alice segera memeluk Sanny, "Makasih atas simpati lo San, mending simpati lo digunakan nanti aja. Gue sama Alex gak papa dan.. Kami itu gak ada apa- apa,"

Sejujurnya, kalimat terakhirnya membuat hatinya tertohok. Kita itu gak ada apa-apa.

Sejujurnya, hati tak sejalan dengan lidah, bukan?

Alice segera melepaskan pelukannya, "Lo sahabat gue yang paling pengertian ya, Ah, emang dasar guenya aja kali yang bikin semua orang pengertian."

Sanny mengusap air matanya lalu menjitak kepala Alice. "Palelu peyang!"

Alice melotot dan berkacak pinggang, "Eh, ngejitak orang itu khas gue dan kata 'palalu peyang' itu juga dari gue!"

"Bodo wleee"

"Dasar sunNY"

"Gue bukan matahari!"

"Matahari di hatinya Vino kan?"

I see your eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang