Alex terbangun dari tidurnya lagi. Mimpi buruknya akhir-akhir ini menghantui setiap tidurnya. Kehilangan. Itulah yang ia rasakan setiap mengingat mimpi itu. Mimpi dimana ia benar-benar kehilangan dia.
Alex melompati kasurnya, memastikan semuanya hanya mimpi. Ia berlari menuju keluar kamar dengan nafas menderu-deru.
Kehilangan, kehilangan, kehilangan.
Kata-kata itu kembali memutar di memorinya. Rasa takut itu semakin besar ketika tidak menemukannya dimanapun. Ia benar-benar... Takut. Ia takut mimpi itu ternyata nyata, bukan hanya mimpi belaka.
Kamu dimana, aku khawatir.
Ia berhenti berlari ketika mendapati sosok gadis-- bukan, kini gadis itu berubah menjadi wanita yang anggun, wanitanya-- dari belakang. Ia tersenyum kecil ketika melihat wanitanya. Cantik, itulah yang mendeskripsikan wanita itu. Semakin dewasa ia semakin anggun. Semakin membuatnya jatuh cinta disetiap harinya, semakin membuatnya ingin menjaga wanitanya, dan semakin takut wanita itu meninggalkannya seperti dimimpi itu.
Alex menghela nafas tenang. Wanitanya masih disini, ia tidak pergi. Tidak seperti dimimpi itu.
Alex tersenyum melihat wanita itu bersenandung sambil menyiram bunga mawar dipekarangan. Mawar kesukaan wanita itu hingga kapanpun.
Dan tidak lama, Alex berjalan pelan dan memeluk wanitanya dari belakang. Wanitanya terpekik kaget menyadari Alex tengah memeluknya. Tapi, Alex tak peduli. Ia mengeratkan pelukannya dan menaruh kepalanya di pundak wanitanya.
"Alex, jangan meluk-meluk disini ah. Malu tau." ucap wanitanya sambil menunduk menahan malu. Alex terkikik geli melihat rona dipipi wanitanya tersebut. Tidak berubah walau ia sudah menjadi istrinya.
"Berarti kalo di kamar boleh dong aku peluk kamu kaya gini?" Ujar Alex bernada jahil. Wanitanya melotot dan memutarkan badannya menghadap Alex. Pipinya ia gembungkan bagaikan anak kecil hendak meminta permen.
"Gak boleh!" Ujarnya mengatur.
Alex nyengir dan mencubit pipi wanitanya. "Alice, kamu kaya anak kecil. Minta dicium."
Wajah Alice, wanitanya, istrinya, masa depannya, yang kini mengganti menjadi Mrs. Radja ini mencebikkan bibirnya tapi tak ayal memerah mukanya.
"Sana ih! Nanti kalau dilihat Alexia dan Alicial gimana?"
Double Al. Alex terkekeh mengingat kedua anaknya, ah bukan, anak mereka memiliki nama gabungan dari nama orang tuanya. Alex dan Alice.
"Hey, lupa kalau mereka lagi pergi jalan-jalan?" Goda Alex seraya menaikkan kedua alisnya dan mencolek dagu Alice. Alice mencebik sebal, bete.
"Sana pergi, gih. Ganggu aku aja!" Ujar Alice sebal. Ia kembali melanjutkan menyiram mawar merahnya dengan cemberutan di bibir. Tawa Alex berderai melihat tingkah Alice yang baru ia ketahui setelah menikah--- childish ---. Dengan gemas, Alex kembali memeluknya dari belakang dan menimbulkan pekikan kembali dari bibir Alice. Alice mengerang hendak melepaskan tangan Alex yang berada dipinggangnya, tetapi Alex semakin erat memeluknya dan menaruh dagunya di bahu Alice kembali.
"Biarin aku kaya posisi gini dulu." Lirih Alex tepat disamping telinga Alice. Alicepun mendadak diam mendengar perubahan nada bicara Alex yang dari jahil menjadi lirih. Jarang sekali, Alex mengeluarkan lirihannya.
Pasti lelakinya, ah, tepatnya suaminya itu sedang mengalami masalah. Tersadar, Alice memutarkan tubuhnya dan menatap Alex khawatir. Menatap mata Alex, karena dari situlah ia bisa menyimpulkan apakah suaminya itu sedang memiliki masalah atau tidak. Ke-khawatiran itu semakin bertambah ketika menatap pancaran mata Alex.... Takut?
KAMU SEDANG MEMBACA
I see your eyes
أدب المراهقينIa sangat mencintai gadisnya. mencintai gerak-gerik gadisnya. Mencintai kebiasaan gadisnya. Mencintai cengiran dan cemberutan dibibir gadisnya. Tapi ada hal yang membuat ia semakin mencintainya, Menatap matanya. copyright © 2014 by Salsabilaayus