Rencana

4K 257 32
                                    

Gue sayang lo. Gue sayang lo. Gue sayang lo.

Mengingat isi line dari cowo itu, entah kenapa membuat Alice tersenyum sendiri. Tak bosan-bosannya ia membaca awal chatnya dengan Alex.

Sekarang, Alice sudah duduk di kursi taman. Menunggu Alex yang katanya ingin bertemu dengannya.

Mengusir rasa bosannya, Alice mengambil iPod beserta headsetnya. Baru saja ia ingin mendengar lagu suara berat yang sudah lama ia kenal terdengar dalam indera pendengarannya.

"Jangan suka dengerin musik keseringan. Nanti kupingnya 'conge-an. Mau?"

Sesaat manis. Sesaat menyebalkan.

Alice mendelik kesal, "Ih, nyebelin 'kan."

Alex hanya menyengir dan duduk disebelahnya. Melihat wajah Alice yang tengah menggembungkan pipinya membuat Alex gemas dan segera mencubit pipinya.

"Aw, sakit tau!"

"Hahaha, habisnya lo lucu. Gue suka,"

Alice mendelik kesal. Tetapi seketika wajahnya berubah muram. Alex mengatakan itu bukan untuknya saja, untuk Hanny juga sepupunya. Apa Alex mengucapkan kata-kata itu ke semua perempuan?

Alice tersenyum kecut, "Tanpa lo sadari, lo ngucapin kata itu ke semua perempuan 'kan?"

Alex melotot, "Eh. Kata siapa?"

Alice memutar bola matanya malas, "Lha, itu tadi ngomong kaya gitu ke Hanny kan?"

Alex mengacak rambutnya frustasi kala mengingat ia mengucapkan kata-kata diluar kendalinya. Spontanitas. Mengingat wajah Alice yang berubah sendu membuatnya merasa bersalah.

Dan tiba-tiba satu ide jahil terlintas dipikirannya.

Alex mencubit pipi Alice gemas, "Jangan cemburu lah, gue sama dia emang udah deket banget kalii. Dia itu gebetan gue dulu. Tapi sekarang udah sahabat doang kok,"

Alice bersidekap, "Ya abisnya! Temenan kok kaya pacaran? Bikin kesel aja,"

"Kenapa kesel? Cemburu? Kalo cemburu bilang aja. Lagi ya, dia cuma sahabat gue kok. Gak lebih."

"Ya abisny----," jedanya, "EH LO NGEJEBAK GUE YA?!"

"Siapa yang ngejebak?"

"Lhaaa tadi ngapain ngomong gitu? Berasa gue suka sama lo, geliiiii."

Alex menahan tawa, "Lhaaa siapa yang nganggep lo suka sama gue?!"

Alice mencubit pinggang Alex. "Nyebelin banget sih lo! Gue pergi nih! Ngapain sih lo mau ketemu gue? Gak penting. Ngeledek doang."

Alex hanya meringis dan mengusap pinggangnya yang terasa sakit. Mengusapnya sambil tertawa ketika melihat wajah merah Alice yang kesal.

Melihat Alice yang hendak pergi, membuat mata bulatnya membesar. Dengan cepat ia mencekal pergelangan dan memutar badan Alice secepat mungkin.

Alice menahan nafas ketika pandangannya berubah menjadi seragam Alex. Ia menahan nafas dan jantungnya berdegup kencang. Mencoba menetralisir dan menyiapkan mentalnya untuk mendongak.

Matanya membulat ketika melihat kepala Alex yang sedang menunduk, menyetarakan wajahnya dengan wajah Alice.

Alex tersenyum. Bukan lagi senyum jahil yang terpampang diwajahnya. Senyumnya terlihat tulus.

Alice menelan ludah. Jantungnya tak bisa dikompromi ketika melihat mata biru Alex kembali. Menatap matanya yang penuh kehangatan.

Alex menangkup tangannya pada pipi Alice. "Jangan tinggalin gue ya, Lice. Diumur gue yang ke 18 tahun ini, gue sangat-sangat senang.

I see your eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang