3

5.6K 748 17
                                    

Masih terlalu pagi, tapi Jeno merasa pelipisnya berdenyut. Jika terus seperti ini, mungkin dia akan mengalami penuaan dini. JinHye yang duduk di sampingnya mengusap bahu Jeno agar pemuda itu bisa lebih sabar.

Hari ini, ribuan demonstran dari salah satu kota besar di negeri Stellar datang berbondong-bondong memasuki Ibu kota kerajaan. Kota yang sama dengan kota yang satu minggu lalu diterpa bencana alam berupa banjir bandang. Banyak korban jiwa dan kerusakan berat yang terjadi akibat bencana itu.

Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Penyebab mereka datang adalah karena sudah satu minggu juga Raja dan pejabat istana seolah menutup mata dari apa yang menerpa mereka. Bukan hanya korban yang diakibatkan oleh banjir bandang, tapi kebanyakan korban yang berupa anak-anak itu adalah mereka yang kelaparan dan kehausan. Setelah bencana berakhir, mereka kekurangan stok air bersih dan makanan. Bahkan hingga detik ini mereka tetap bertahan di tenda pengungsian yang mereka buat dengan inisiatif sendiri.

Tidak ada sepersen pun bantuan yang berasal dari Istana tentu saja membuat mereka geram dan menuntut agar Raja segera lengser dari jabatannya.

"Usut tuntas semua kasus ini," desis Jeno

Walaupun dia bukan Raja yang terbaik tapi setidaknya dia juga bukan Raja yang terburuk. Sejak awal munculnya banjir yang menerpa salah satu kota besar di negeri Stellar, Jeno telah mengirimkan berbagai bantuan, mulai dari uang, tenda pengungsian, pakaian, makanan, air bersih bahkan obat-obatan. Namun orang-orang itu berkata jika dia tidak memberi bantuan barang sepersen pun.

Sebagai seorang Raja, dia memang tidak pernah turun langsung untuk menangani masalah ini, melainkan melalui pejabat istana yang memiliki tugas khusus. Jadi ke mana perginya semua bantuan itu?

Dia hanya lengah sedikit kali ini, namun negeri hampir kacau. Ribuan demonstran yang berada di luar gerbang istana mulai bertindak anarkis dengan membakar rumah warga yang ada di ibukota.

"Yang Mulia, kami tidak bisa menemukan pejabat itu."

Jeno memukul meja yang ada di depannya hingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut lalu setelah itu menundukan kepala mereka dalam-dalam.

"Sayang, tolong kendalikan dirimu," ucap JinHye lembut

"Aku benar-benar akan memenggal siapapun yang telah berani-beraninya bermain denganku!"

Hyunjin, Jisung dan Haruto yang berada di balik pintu untuk mencuri informasi hanya bisa saling pandang. Padahal mereka baru saja bersenang-senang kemarin namun hari ini masalah seolah datang tanpa tau situasi.

"Korupsi?"

"Tentu saja. Di dunia ini, tidak ada pejabat yang murni."

"Lalu kita harus apa?"

"Entah, tunggu perintah dari Jeno Hyung saja."

Ketiganya berjalan menjauh dari pintu lalu menunggangi kuda mereka untuk melihat para demonstran dari jarak yang dekat. Tentu saja mereka harus melewati jalan tikus agar terhindar dari orang-orang yang terus berusaha mendobrak gerbang istana Stellar.

Ketika mereka berada di luar, huru-hara terlihat dengan jelas. Kali ini bahkan warga ibu kota yang mengungsi untuk menghindari amukan para pendatang itu.

Hyunjin, Jisung dan Haruto mengikat kuda mereka lumayan jauh, lalu berjalan dengan tubuh yang dibalut pakaian petani. Akan sangat mencolok jika mereka muncul dengan jubah kebanggan Stellar.

"Ini sudah sangat kacau!"

"Haru,"

Haruto berbalik saat lengannya ditahan Hyunjin.

REDEMPTION || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang