Sudah terhitung empat hari Jaemin tidak kembali ke Celestial Peak dan selama itu juga mereka tidak pernah bertemu. Bukannya tidak ingin kembali tapi pemuda itu masih tidak memiliki muka untuk menatap Jeno secara langsung.
Jeno membuang sapu yang ada di tangannya begitu saja saat selesai ia gunakan untuk menyapu daun-daun kering yang ada di sekeliling pondok lalu setelah itu berlari untuk menuruni puncak. Sudah dipastikan bahwa hari ini dia akan menyeret Jaemin untuk pulang ke pondok itu.
Saat ia tiba di Dragon Mountain, sebenarnya Jeno ingin kembali memutar langkah untuk menaiki puncak karena merasa canggung. Tapi saat ternyata Jaemin sudah lebih dulu melihatnya tidak ada pilihan lain selain lanjut.
"Je-"
"Pulang!"
Jeno menarik tangan Jaemin sebelum pemuda itu selesai menyebut namanya.
"Kau siapa?"
Langkah Jeno terhenti, ia berbalik dan melihat salah satu tangan Jaemin ditahan Mark.
"Bukan urusanmu!" jawab Jeno dingin.
Jaemin menatap Jeno dan Mark bergantian, keduanya saling melempar tatapan tajam membuat dirinya merasa seperti seorang gadis perawan yang diperebutkan. Bahkan orang-orang di sana menjadikan itu tontonan sambil makan kuaci.
"Um aku ...."
"Ayo pulang!"
Mark menepis tangan Jeno lalu menarik Jaemin ke sampingnya dan berkata tak kalah dingin, "Jika kau mau, kau saja yang pulang. Kau tidak punya hak menyuruhnya seperti itu."
"Kau benar-benar tidak ingin pulang?" tanya Jeno namun kali ini dengan nada lembut. Ia sama sekali tidak perduli dengan keberadaan Mark di sana.
"Jeno-ya, aku ...."
"Tidak ada yang memasak untukku di sana, aku belum makan selama empat hari."
Jaemin tercengang, "Tapi kau ...."
"Tidak ada yang membuatkan obat untukku."
"Jeno ...."
"Tiap malam aku kesakitan dan tidak ada yang menenangkanku."
"Baiklah-baiklah aku akan pulang!"
Mana mungkin Jaemin tega! Jeno berbica dengan wajah paling melas yang ada di dunia. Meskipun agak geli namun tetap saja dia tidak bisa menolak.
"Apa-apaan itu! Apa dia memakan masakanmu secara tidak sengaja hingga otaknya menjadi bengkok?" ucap Haruto tidak percaya. Dia adalah saksi hidup dari bagaimana tingginya harga diri dan wibawah seorang Jeno.
"Kenapa kau bawa-bawa masakanku? Kau mau aku memasak untukmu?" tanya Junkyu
"Tidak terimakasih!"
Jeno tersenyum penuh kemenangan, "Bagus, sekarang ayo pulang."
"Nana ....""Hyung, aku pulang dulu. Aku akan menemuimu nanti atau kau bisa datang ke pondok kapan saja kau mau, ajak Haechan juga, oke?"
Mark tersenyum lantas mengusap kepala Jaemin. "Baiklah, apapun untuk Nana."
"Tch ... Sudah cukup basa-basinya!"
Jaemin yang diseret seperti seorang istri ketahuan selingkuh hanya bisa mengikuti langkah Jeno dengan penuh kecanggungan.
"Kau ini kenapa!?"
Jaemin tersentak mendengar bentakan yang begitu tiba-tiba itu. Memangnya dia kenapa?
"Aku ... Aku apa?"
"Hhhh ... Kenapa kau menghindariku selama empat hari ini?"
"Aku tidak! Aku hanya ingin berada di Dragon Mountain, itu saja."

KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || NOMIN
FanfictionBetween Love, Betrayal, and Redemption. "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka...