Saat cahaya matahari mulai menyelusup masuk di antara celah-celah terkecil pondok, barulah Jaemin melepaskan pelukannya terhadap Jeno secara hati-hati. Ia memakai jubahnya dengan segera lalu beranjak dari sana. Hal ini pasti akan membuat canggung jika Jeno tau. Tapi dia juga tidak punya pilihan lain selain melakukan hal itu.
Kicauan burung yang mengelilingi pondok menyambut Jaemin yang baru saja keluar. Seharusnya pagi itu udara sangat membekukan hingga menusuk tulang, bahkan kabut-kabut itu masih betah mengelilingi Celestial Peak, tapi Jaemin bahkan tidak merasakan apapun selain pipinya yang berubah kemerahan. Bukan karena dingin! Tapi sesuatu yang lain yang membuat dirinya tidak paham.
Jaemin menggeleng pelan lalu berjalan dengan langkah cepat untuk pergi ke sungai kecil yang ada di Celestial Peak untuk mandi sekaligus menghilangkan segala pikiran buruknya.
Ketika mengetahui Jeno masih tidur dengan nyenyak saat dia kembali dari sungai, Jaemin memutuskan untuk mengunjungi suatu tempat tersembunyi yang ada di Celestial Peak miliknya. Ia memasuki sebuah goa yang terlihat menyeramkan dari luar namun tidak akan seburuk itu ketika masuk ke dalam. Dinding goa itu dipenuhi bunga liar yang menjalar hingga ratusan kupu-kupu beragam warna terus terbang dan sesekali hinggap di atas sana.
Jaemin berjalan mendekati sebuah altar yang ada di tengah-tengah goa. Di atas altar itu terletak sebuah peti mati yang terbuat dari Krystal dengan tubuh kaku seorang wanita cantik di dalamnya.
"Ibu, aku datang."
Ya, itu adalah tubuh sang Ibu.
"Ada seseorang yang tinggal bersamaku, aku tau Ibu tidak akan marah sekalipun dia yang telah membuat Ibu seperti ini. Sama sepertiku, aku membencinya tapi aku tidak bisa berbohong jika masih menganggapnya sebagai malaikat penyelamat."
Jaemin tersenyum kecil saat mengingat hal kecil yang terjadi di masa lalu. Kejadian itu sudah berlangsung sangat lama bahkan Jeno tidak lagi mengingat hal itu.
"Ibu, aku tidak pernah mengeluh sebelumnya, kan? Tapi aku pikir menjadi pemimpin sekte tidaklah semudah itu. Pantas saja Ibu lebih memilih turun gunung dan menjadi orang biasa. Aku memang menyukai Celestial Peak, tapi tetap saja aku lebih suka mengembara untuk menemukan puncak baru. Ibu jangan khawatir, aku akan tetap membawamu kemanapun aku pergi."
Ga Eun, selir Raja Iris yang ternyata pemimpin sekte naga terdahulu. Ia memilih turun gunung dan menajalani hidup sebagai selir.
Cukup lama Jaemin berada di goa itu, menceritakan semuanya pada mayat sang Ibu yang tidak akan mungkin meresponnya.
"Aku menyayangi Ibu, aku akan datang lagi nanti untuk bercerita."
Jaemin mengecup pelipis dingin wanita yang sudah melahirkannya itu. Tidak ada yang berubah dari Ga Eun. Tubuh dan wajahnya tetaplah halus dan cantik persis seperti dulu. Tidak ada kerutan atau apapun di sana, ia sempurna persis wanita yang masih bernyawa dengan wajah berseri kemerahan-merahan.
Meskipun tidak lagi bernyawa, tapi melihat ibunya yang seperti ini sudah merupakan suatu kebahagiaan untuk Jaemin. Ia menyentuh kalung yang ada di dada Ga Eun.
Dulu, Ga Eun memberikan kalung itu padanya dan kalung itulah yang telah membuatnya tetap hidup sampai hari ini. Kalung keabadian itu yang membuatnya bisa bertahan dari bisa ular mematikan.
Seperti namanya, kalung itu akan membuat manusia biasa menjadi abadi terlepas dia hidup atau mati. Jika orang hidup yang memakai benda itu, maka dia akan mendapat keabadian, sedangkan jika orang itu telah mati maka tubuhnya akan tetap abadi dan tidak akan hancur. Itulah mengapa Ga Eun terlihat seperti hanya tertidur padahal telah meninggal sejak lima tahun yang lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || NOMIN
Fiksi PenggemarBetween Love, Betrayal, and Redemption. "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka...