7

4K 654 7
                                    

Sudah satu minggu lebih Jaemin turun dari Celestial Peak tanpa Jeno.
Pemuda itu terus menolak jika Jaemin mengajaknya berkunjung ke Dragon Mountain. Dan ketika Jaemin kembali, dia selalu mendapati Jeno sedang melakukan hal-hal yang biasa Jaemin lakukan, seperti memasak, menanam sayur, menyirami bunga, mengambil buah-buahan, membelah kayu, bahkan menangkap ikan di sungai.

Pemuda itu sepertinya sangat menikmati kehidupannya menjadi orang biasa.

"Kau harus ikut bersamaku untuk turun hari ini."

Baru saja Jeno ingin protes, Jaemin segera memotongnya, "Tidak ada alasan, kau akan menyesal jika tidak ikut."

Jeno mendengus kesal tapi tetap mengikuti Jaemin untuk turun dari Celestial Peak.

Mata Jeno berbinar saat mereka tiba di Dragon Mountain. Ada ratusan orang yang sedang berlatih dengan pedang mereka di sana. Selama dia berada di Celestial Peak, Jeno hampir lupa jika Dragon Mountain itu terkenal karena kehebatan sekte mereka. Dia bahkan tercengang saat melihat mereka bertarung di udara tanpa tali atau apapun sejenisnya.

"Kau tidak masuk?"

Jeno mengalihkan pandangannya pada Jaemin yang sedang berdiri di depan salah satu camp yang entah milik siapa.

"Untuk apa?"

"Masuk saja, kau akan tau nanti."

Meskipun tidak begitu tertarik karena saat ini Jeno lebih tertarik untuk melihat permainan pedang klan naga yang legendaris tapi dia tetap mengikuti Jaemin. Dan yang pertama kali menyambut mereka adalah sebuah bantal yang melayang.

"Jangan lari! Kau harus makan masakanku!

"Tidak mau! Masakanmu terasa seperti kaos kaki rebus!"

"Tapi kau masih sakit, kau harus makan!"

"Aku sudah sembuh! Tapi bisa mati jika makan masakanmu!"

Jeno mematung melihat pemandangan di depannya, dua orang pemuda terlihat saling berkejaran. Untuk yang satu itu Jeno beberapa kali melihatnya bersama Haechan, sementara yang satu lagi, Jeno bahkan bisa mengenalinya hanya dengan mendengar langkah kaki orang itu.

Tanpa sadar ia berseru, "Haruto!"
Orang yang ternyata adalah adik bungsunya itu langsung berhenti berlari dan seketika berbalik. Reaksi awal mereka sama, "Hyung ... Jeno Hyung?"

Haruto langsung berlari memeluk Jeno, "Hyung, kau di sini ... Bagaimana bisa?"

Walaupun tidak ada air mata, tapi Jeno bisa melihat bagaimana mata adik bungsunya itu berkaca-kaca. Jika saja ini Jisung atau Hyunjin mereka pasti akan menangis tanpa segan atau memikirkan harga diri.

"Kau yang membuatku berada di sini," cibir Jeno. Haruto memandang Jeno dengan bingung seolah melupakan fakta jika dirinya yang telah menyimpan tubuh Jeno di atas rakit hingga berlabuh tanpa tujuan.

"Kau sejak kapan berada di sini? Kenapa bisa? Di mana yang lain?"

"Hyung, kenapa kau menjadi cerewet?" kesal Haruto mendengar rentetan pertanyaan dari mulut Jeno. Tapi pemuda itu kembali melanjutkan, "Aku berlari tanpa tujuan untuk menghindari prajurit Apollo, kita berpisah di persimpangan jalan lalu aku berpura-pura mati dan mengolesi seluruh tubuhku dengan darah kelinci hutan." Haruto menunjuk Junkyu yang saat ini berdiri dengan semangkuk sop di tangannya, "Dia yang membawaku ke tempat ini, sekitar satu minggu yang lalu."

Jeno menatap Jaemin meminta penjelasan namun pemuda itu hanya tersenyum. "Setiap aku turun, Aku sudah memintamu untuk mengikutiku."

"Harusnya kau bilang," protes Jeno

REDEMPTION || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang