Jaemin baru saja mengingat sesuatu! Dia benar-benar penglupa. Ya, dia melupakan obat Jeno. Bagaimana jika racunnya kembali bereaksi?
Haechan menyadari itu, "Ada apa?"
Saat ini dia dan Mark memang sedang berada di Celestial Peak seperti perkataan mereka kemarin yang akan datang jika Jeno tidak ada.
"Aku tidak memberi Jeno obat saat pergi, aku harus mengantarnya."
"Jangan bercanda, ini sudah malam. Kau bisa melakukan itu besok," ucap Mark
"Tapi Mark Hyung, saat ini mereka pasti belum terlalu jauh. Aku bisa menjaga diriku, aku tidak apa-apa."
"Biar Hyung ikut denganmu."
"Tidak-tidak! Hyung tetap di sini saja makan kuaci bersama Haechan. Tidak akan lama, aku janji."
Haechan menggeleng tidak habis pikir. "Apa kau benar-benar menyukai Jeno?"
Jaemin tertawa pelan, "Kau sudah tau jawabannya. Anggap saja aku memberimu kesempatan untuk berduaan dengan Mark Hyung."
Haechan mencibir kesal sedangkan Mark hanya tersenyum.
"Aku pergi dulu, okay? Tolong jangan nodai puncak suciku ini dengan perbuatan mesum. Terlebih jangan melakukan hal itu di depan ibuku."
"NA JAEMIN KAU BENAR-BENAR MENYEBALKAN."
Jaemin hanya tertawa mendengar teriakan Haechan. Saat ini mereka memang sedang berada di dalam goa tempat peti mati ibu Jaemin berada. Bukan apa-apa, Mark dan Haechan hanya ingin berkunjung dan memberi penghormatan.
Dengan menggunakan kudanya, Jaemin melaju membelah kegelapan malam. Dia tidak benar-benar tau mereka ada di mana jadi dia hanya bergerak sesuai insting. Dia berharap saat ini Jeno sedang istirahat di suatu tempat dan belum benar-benar tiba di Stellar.
Jaemin sudah berada lumayan jauh keluar dari Dragon Mountain namun ada sesuatu yang membuat hatinya menjadi gelisah. Dia merasa ragu antara harus kembali atau tetap melanjutkan perjalanan.
"Mungkin saja itu karena Haechan dan Mark Hyung akan melakukan papapa di puncakku. Aku akan memarahi mereka setelah ini."'Atau mungkin bukan itu.'
.
.
.
Jauh di kegelapan, sesuatu bergerak dari belakang Dragon Mountain. Saat orang-orang di sana terlelap, sekelompok orang itu menaiki Celestial Peak.
"Mark Hyung, apa tidak sebaiknya kita menyusul Nana?"
"Tidak apa-apa, dia itu jauh lebih hebat."
"Tapi tadi kau kelihatan sangat khawatir," cibir Haechan
"Tentu saja aku khawatir, tapi jika Nana berkata tidak apa-apa maka itu berarti tidak apa-apa."
"Mark Hyung, kau menyukainya, ya?"
"Hm, tapi sudah cukup bagiku karena dianggap sebagai seorang kakak."
Haechan tau itu sejak dulu. Mark memang menyukai Jaemin namun Jaemin hanya menganggapnya kakak.
"Apa aku tidak punya kesempatan, Hyung?"Mark tersenyum, ia mengusap kepala Haechan dengan lembut.
"Aku ...."
Belum juga ia sempat mengucapkan sesuatu beberapa anak panah menancap di jantungnya.
Mata Haechan semakin membulat saat darah segar mulai merembes dari sudut bibir Mark.
"H-hyung, apa yang terjadi?" Namun tidak ada jawaban dari Mark. Tubuh pemuda itu terkulai lemah di pelukan Haechan.
![](https://img.wattpad.com/cover/267163959-288-k656164.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || NOMIN
FanfictionBetween Love, Betrayal, and Redemption. "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka...