8

4.2K 660 53
                                    

"Jeno-ya."

Jeno merengut kesal saat merasa sesuatu menusuk-nusuk pipinya. Ia merasa baru saja tertidur tapi ada saja yang mengganggu.

"Jeno-ya~"

Kali ini bukan hanya pipi, tapi Jeno harus membuka paksa matanya saat merasa bulu matanya dicabut secara paksa.

"Hya!"

Pemuda yang dari tadi berjongkok di sampingnya langsung terjengkal dengan wajah tidak berdosa.

Jeno mendengus kesal lalu mengusap matanya yang mulai mengeluarkan air. "Apa! Aku baru saja tidur dan kau mengangguku!"

Mendengar bentakan itu, Jaemin baru saja ingin membuka mulutnya tapi kemudian ia mengatupkan lagi bibirnya. Ia sedikit merasa bersalah karena mengganggu tidur Jeno. Tapi, bukankah seharusnya Jeno bangun karena ini bahkan sudah lewat tengah hari. Pemuda itu merasa baru tertidur padahal faktanya dia telah tidur dari malam hingga tengah hari.

"Tempramenmu kembali memburuk, padahal kau sudah berubah menjadi anak baik beberapa minggu ini. Apa itu pengaruh racun?"

Jeno merotasikan matanya. Tentu saja dia akan kesal jika dibangunkan dengan tidak berperi kemanusiaan seperti tadi. Dan apa tadi? Jaemin menyebutnya anak? Seseorang yang sudah memiliki istri, apakah masih pantas disebut anak? Yah walaupun umurnya memang masih 20 tahun.

"Ck ... Ada apa?"

"Aku punya sesuatu untukmu." Jaemin mengambil sesuatu yang telah terbungkus di daun lalu berkata dengan riang, "Hari ini, Haechan membuat kuaci lagi. Karena terakhir kali kau menghabiskan punyaku, aku pikir kau sangat menyukai ini. Jadi aku membungkusnya untukmu."

Jeno tercengang. Ternyata Jaemin membangunkannya hanya karena biji-biji bunga matahari yang telah disangrai itu.

"Tapi kau jangan memakan ini dulu sebelum memakan nasi dan minum obatmu."

Jika dulu Jeno berpikir Jaemin adalah seseorang yang pendiam dan tenang tapi semakin lama mereka tinggal bersama, Jaemin semakin mirip ibunya yang selalu melarang bahkan menyuruhnya ini dan itu.

"Mandilah lalu setelah itu makan."

"Kau terdengar seperti Ibu-ibu."



.



.



.




Ratusan kulit kuaci tergeletak berserakan di jalan yang mereka lewati. Seperti sebuah jejak yang sengaja ditinggalkan agar orang lain dapat menemukan mereka dengan segera. Namun itu bukanlah sesuatu yang seperti itu, melainkan Jeno yang terpaksa diseret Jaemin untuk menemani pemuda itu mencari kelinci hutan. Meskipun hatinya dipenuhi rasa dongkol dan tidak terima, tapi orang yang berstatus sebagai Raja Stellar itu tetap mengekori Jaemin dengan sabar.

"Apa kau seorang kanibal? Kenapa kau mau memakan hewan lucu seperti kelinci?"

Jeno menggaruk pipinya yang baru saja disinggahi nyamuk. Ia menatap dengan malas sebuah anyaman bambu berbentuk tudung saji yang disanggah menggunakan kayu yang telah di ikat dengan tali bening panjang. Saat ini mereka berdua tengah bersembunyi di balik semak-semak untuk memantau kelinci yang ada di depan sana.

"Aku tidak akan memakannya, itu untuk dipelihara di puncak," balas Jaemin

"Di mana otakmu? Kenapa kau menggunakan cacing-cacing itu sebagai umpan kelinci?"

Jaemin menatap Jeno lalu bertanya dengan sungguh-sungguh, "Apa mereka tidak memakan cacing? Tapi ikan makan cacing."

Jeno memutar bola matanya malas, "Kita terlihat seperti orang bodoh."

REDEMPTION || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang