Jaemin saat ini tidak ingin ke mana-mana termasuk Dragon Mountain. Dia hanya ingin ketenangan setelah beberapa hari terakhir terus terlibat dalam masalah Jeno. Bukannya dia tidak tulus dalam membantu! Sebagai sosok yang tertutup, terlalu lama bersosialisasi membuat energinya terkuras. Jaemin hanya butuh ketenangan agar ia bisa pulih kembali.
Saat ini di Dragon Mountain sangat ramai dengan prajurit dan warga negeri Stellar yang mengikuti mereka. Setidaknya untuk beberapa hari mereka akan tetap di sana untuk menerima berbagai pembelajaran tentang strategi perang.
Sebenarnya sejak dulu Jaemin tidak menyukai segala sesuatu berbau perang. Meskipun seorang pangeran, tapi Jaemin tidak dibesarkan untuk menyentuh pedang. Dia hanya ingin menjadi seorang tabib agar bisa menyembuhkan orang banyak.
"Pantas saja aku tidak menemukanmu di Dragon Mountain."
Meskipun saat ini dia benar-benar ingin sendiri, tapi melihat Jeno yang datang menemuinya sambil tersenyum memiliki efek tersendiri bagi Jaemin.
"Kenapa kau ada di sini?"
Jeno mendelik, "Kau mengusirku?"
"Eh? Tidak-tidak! Aku pikir sebagai seorang Raja kau seharusnya ada di sana bersama mereka."
"Bukankah sekarang aku punya kehidupan lain selain menjadi seorang Raja? Lagipula aku lebih suka melihatmu daripada orang lain. Mereka membosankan."
Jaemin berdecih sinis. Tangannya bergerak untuk mencubit perut berotot Jeno.
"Apa? Aku serius. Mereka tidak memiliki senyum semanis senyummu, aku merasa bebanku hilang hanya ketika melihat ... Pffttt."
Jeno tidak bisa untuk tidak tertawa melihat wajah memerah Jaemin. Pemuda itu bahkan menutup telinganya dengan kedua tangan agar tidak mendengarkan kalimat-kalimat menggelikan Jeno.
"Ada apa? Kau harus mendengarku saat berbicara." Jeno terus menggoda Jaemin dengan mencoba melepaskan tangan Jaemin yang menyumbal telinganya. "Nanaku pemilik senyum terindah di sini. Bunga matahari itu bahkan sampai layu karena merasa malu melihatmu."
Jaemin tidak tahan lagi. "Diamlah! Itu menggelikan!"
Jeno tertawa puas. Ia menarik tubuh Jaemin agar duduk lebih dekat lagi dengannya. Memeluk tubuh pemuda itu dari samping dan menyimpan kepalanya di bahu Jaemin. Raja yang terkenal gagah berani itu ternyata bisa bertingkah lembut!
"Aku benci saat kita berada dalam suasana serius. Bisakah kita terus seperti ini? Setidaknya sedikit lebih lama," ucap Jeno lirih
Jaemin bisa mendengar itu. Bukan hanya Jeno, dia juga mengharapkan hal yang sama.
"Kenapa hanya sedikit lebih lama? Setelah ini, kita bahkan bisa melakukan hal seperti ini selama yang kita mau," balas Jaemin menenangkan. Bukan hanya untuk menghibur Jeno, dia juga berkata seperti itu untuk menghibur dirinya sendiri.
Jaemin tidak pernah percaya pada kata selamanya. Hal itu hanya sebuah ilusi, tidak ada yang benar-benar bisa mencapainya. Pada akhirnya kata selamanya itu akan melebur bersama waktu yang terus berlalu. Namun tidak ada salahnya berharap dan memberi kesempatan pada takdir yang mungkin saja kali ini akan berbaik hati.
"Nana."
"Hm? kenapa kau memanggilku dengan nama itu?"
Jeno mengangkat kepalanya dan memicing ke arah Jaemin, "Kenapa? Apa hanya Mark yang boleh memanggilmu seperti itu?"
"Bukan! Haechan, Junkyu, Chenle juga memanggilku Nana. Hanya terdengar aneh karena itu kau."
"Ck, pasti kau sangat senang jika Mark yang memanggilmu begitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || NOMIN
FanfictionBetween Love, Betrayal, and Redemption. "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka...