Jaemin berjalan mendekati Junkyu yang sedang duduk di depan camp miliknya seorang diri. Ia hanya melihat persiapan pelepasan lampion itu dari jauh, sama sekali tidak memiliki niat untuk mendekat.
"Junkyu."
Junkyu tersentak. Sebenarnya sejak tadi dia terjebak dalam pikirannya sendiri.
"Uh, Nana Hyung?"
"Di mana Haruto?" Jaemin mendudukan tubuhnya di samping Junkyu. Dia bertanya hanya untuk basa-basi karena jelas saja sekarang Haruto sedang berkumpul dengan saudara-saudaranya yang lain.
"Tidak tau, dia memintaku untuk tidak mengganggunya," jawab Junkyu lirih.
Hening sejenak. Jaemin melirik Junkyu melalui ekor matanya lalu berkata, "Masalah ini, aku pikir kau tidak perlu melibatkan dirimu terlalu dalam."
Junkyu menatap Jaemin sekilas. Ia tersenyum kecil dan membuang kembali tatapannya.
"Bagaimana bisa? Bukankah sejak awal aku memang terlibat? Meskipun secara tidak langsung, tapi tetap saja asalku dari sana. Aku mengenal mereka dan lebih dari tau bagaimana pikiran mereka."
Jaemin mengusap punggung Junkyu. Mereka berasal dari latar belakang yang sama dan nasib yang hampir sama.
"Jangan terlalu memaksakan dirimu."
"Bukankah Hyung selalu bilang untuk tidak menolong orang secara setengah-setengah? Karena aku sudah maju sejak awal, maka aku tidak akan mundur apapun yang terjadi. Dalam peperangan, mati dan hidup itu soal biasa. Tidak perduli dia siapa, aku akan berdiri di pihak yang benar."
Tekad anak ini terlalu kuat terlepas dari wajah imutnya yang cenderung polos. Jika melihat sekilas, mungkin Junkyu hanyalah pemuda biasa yang terlihat tidak memiliki kekuatan karena wajahnya yang selalu ceria. Tapi jika mengenalnya lebih jauh, dia adalah pemuda hebat yang ditempah oleh rasa sakit dan penderitaan.
Jaemin ingat, saat belum genap satu tahun ia menjadi seorang pemimpin klan, anak ini mendatanginya dengan luka di sekujur tubuh.
Mereka memang berasal dari negeri yang berbeda, dan Junkyu adalah anak yang halus dulunya. Ia jelas seorang laki-laki, namun Ayahnya yang begitu keji menjadikan dirinya sebagai pelampiasan nafsu. Ia kerap kali dilecehkan dan disiksa.
"Kau melihatku di titik terpurukku, Hyung. Daripada untuk mereka, aku melakukan ini untukmu. Kau pantas mendapat kebebasan dan tempat yang baik di luar sana."
"Kau benar-benar sudah dewasa."
"Nana Hyung, kau berkata seolah aku ini anak kecil. Usia kita hanya berbeda berapa bulan jika kau lupa."
Tinggal beberapa menit lagi acara pelampiasan lampion dilakukan. Jaemin menarik tangan Junkyu untuk bergabung dengan kerumunan orang di depan sana.
"Sebentar lagi pelepasan lampion, setidaknya tulis harapanmu."
Junkyu mengangguk patuh. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Haruto sedang berkumpul bersama saudara-saudaranya. Pemuda itu tampak begitu bahagia bisa berkumpul bersama mereka meskipun sesekali ia akan mengumpat kesal untuk suatu hal.
"Nana Hyung," panggil Junkyu.
Jaemin menoleh ke belakang, "Kenapa?"
"Aku ... Aku belum pernah mengatakan hal ini sebelumnya ...."
"Mengatakan apa?"
"Terimakasih," ucap Junkyu tulus
"Kenapa begitu tiba-tiba?"
Junkyu mengedikan bahunya acuh, "Karena aku ingin." Jeda sejenak, "Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi sedetik kemudian, Hyung."
Jaemin tetap diam memperhatikan Junkyu yang berjalan ke arah Haruto dan saudara-saudaranya termasuk Jeno juga ada di sana. Kata terimakasih itu adalah kata-kata biasa jika orang lain yang mengucapkan, tapi karena ini Junkyu, Jaemin sadar betul apa yang ada di otak anak itu karena mereka berdua memiliki jalan pikiran yang sama. Junkyu yang sejak dulu mengikuti prinsip Jaemin tentu saja akan mengikuti jalan yang sama dengan Jaemin.

KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || NOMIN
FanficBetween Love, Betrayal, and Redemption. "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka...