Gelak tawa memecah keheningan di Celestial Peak. Dalam sekejap tempat itu tidak lagi semencekam dulu.
Jika melihat lebih dalam lagi, tepatnya di sebuah permandian air panas yang ada di puncak itu, Jaemin dan Jeno sedang mandi bersama ah atau lebih tepatnya hanya bermain air saja.
Jaemin merasa begitu puas melihat tubuh Jeno yang telah basah kuyup karena ulahnya. Mereka terlihat berbeda di sini, Jaemin masih memakai pakaiannya secara utuh sedangkan Jeno tidak lagi memakai baju. Otot perut yang tercipta sempurna membuat Jaemin cemberut karena merasa iri.
"Berhenti menyiramku!" teriak Jeno
"Tidak mau! Kau juga menyiramku."
"Kau ...."
Jeno menggeram kesal lalu menghampiri Jaemin dan mengangkat tubuhnya ala bridal style dengan mudah.
Mata Jaemin membulat. Dia tetap tidak terbiasa dengan skin ship seperti ini.
"Kau bisa masuk dingin."
"Um, Tapi itu permandian air panas," lirih Jaemin
"Jangan membatah, jika tertiup angin tetap saja akan terasa dingin."
Jaemin mengangguk saja. Wajahnya terasa bersemu bisa berdekatan dengan Jeno seintim ini. Tanpa sadar tangannya bergerak menyentuh perut kotak-kotak Jeno.
Eh
Jaemin segera menarik kembali tangannya saat sadar Jeno sedang menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Jika dalam keadaan basah begini entah mengapa ketampanan Jeno bisa meningkat. Air yang menetes dari rambutnya memiliki nilai tersendiri di mata Jaemin.
"Kenapa?"
"Ah tidak. Aku hanya penasaran kenapa kau memiliki otot sebanyak ini. Ototku tidak sebanyak ini."
Jeno tertawa pelan membuat Jaemin tanpa sadar ikut tersenyum.
"Karena aku laki-laki."
"Tapi aku juga laki-laki!" protes Jaemin
"Ya benar, laki-laki cantik."
Jaemin menenggelamkan wajahnya di dada Jeno. "Ishh, Jeno."
"Hm? Kenapa? Bukankah itu fakta?"
Tentu saja itu tidak benar karena bagi Jaemin jika dirinya itu tampan hanya saja sedikit manis dan kadang imut.
"Terserah kau saja."
Meskipun baru kali ini mereka melakukan hal seintim ini dalam keadaan benar-benar sadar tapi Jaemin sudah tidak terlalu canggung. Dia justru menikmati waktunya bersama Jeno. Bukankah itu harus? Karena status mereka sekarang sudah berbeda.
Jaemin menatap wajah Jeno dengan kening berkerut saat pemuda itu meringis kesakitan.
"Kau tidak apa-apa? Cepat turunkan aku."
Jeno mengubah ekspresinya dalam sekejap, ia tersenyum lembut, "Apa? Aku baik-baik saja. Tidak perlu turun."
"Kau terlihat kesakitan."
"Apa? Aku tidak mendengarmu."
Jaemin memukul dengan lembut dada bidang Jeno. "Jangan pura-pura tidak mendengar."
Jeno lagi-lagi tertawa. Dia tentu saja merasa berbeda kali ini. Sebagai seorang Raja, dulunya Jeno hanya tau tersenyum itupun hanya untuk saudara-saudaranya. Apa itu tertawa? Sekalipun dia tertawa hanyalah tawa sarkas yang tidak benar-benar tulus.
Hanya ketika dia berada di Celestial Peak, Jeno merasa benar-benar bebas.
"Keringkan badanmu dengan baik," ucap Jeno. Tangannya bergerak untuk mengusap pucak kepala Jaemin sesaat setelah menurunkan tubuh Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDEMPTION || NOMIN
FanfictionBetween Love, Betrayal, and Redemption. "Ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang dunia, dan menarik diri dari dunia luar adalah pilihan terbaik." "Jika seseorang telah menjadi penguasa, delapan puluh persen hatinya tidak akan berguna." Mereka...