21

3.1K 526 18
                                    

Hari ini mereka akan berpencar. Jisung dan Chenle bertugas menyusuri arah selatan untuk memasuki hutan negeri Stellar lebih dalam. Haruto dan Junkyu ke arah barat tepatnya mereka akan memasuki hutan negeri Apollo karena bisa saja prajurit-prajurit itu mencoba melakukan penyusupan ke sana. Jeno dan Jaemin ke arah utara. Sebenarnya lebih memungkinkan mereka bersembunyi di sana karena di sebelah utara adalah negeri Iris yang telah lama tidak berpenghuni. Sedangkan untuk Hyunjin dan Jeongin, mereka mendapat tugas untuk mengumpulkan rakyat Stellar yang masih setia pada Jeno.

Kenapa mereka tidak menyusuri arah timur? Karena itu merupakan kawasan Dragon Mountain. Jika mereka di sana, saat melakukan pencarian terhadap Hyunjin dan Jisung seharusnya mereka juga ikut ditemukan.

"Chenle Hyung, kau tidak usah takut. Aku akan menjagamu."

Chenle menatap Jisung heran. Dia sama sekali tidak takut dan tidak akan pernah takut meskipun harus ditugaskan di kandang macan.

"Aku tidak takut!"

Jisung cemberut, "Hyung, kau harusnya memberiku kesempatan untuk menjadi lelaki sejati."

Chenle menggeleng tidak habis pikir. Bayi seperti Jisung? Yang ada nanti dia yang terpaksa melindungi Jisung jika terjadi sesuatu.

"Konyol. Perhatikan sekitarmu jangan banyak bicara."

"Hyung, aku pernah ikut perang sebelumnya."

"Lalu?"

"Kau harusnya memujiku, Hyung. Aku pernah melukai Raja Apollo waktu itu, aku ...."

Terserah! Chenle menarik tali kekangan kudanya dan berjalan lebih cepat agar menjauh dari Jisung yang terus bercelote.

"Chenle Hyung tunggu aku!



_

_

_



Negeri Apollo memiliki sumber daya alam yang sangat sedikit, hutan mereka juga sangat kecil. Hanya ada padang pasir luas yang membentang hingga ke perbatasan. Untung saja kedua pemuda itu menggunakan penutup kepala jadi setidaknya mereka tidak akan mengeluh kepanasan sepanjang jalan.

"Kau lelah? Di depan ada hutan, kita istirahat di sana," ucap Junkyu, ia membuka tudung yang menutupi kepalanya. Haruto mengangguk.

Namun saat hendak menuju hutan di depan sana, seorang prajurit berkuda yang berasal dari negeri Apollo muncul begitu saja. Mungkin saja orang itu sudah berada di sana sejak tadi dan bersembunyi.

Saat saling berhadapan, ketiganya memasang ekspresi yang berbeda terutama prajurit itu. Ia jelas orang yang menyergap namun di sini wajahnya yang paling terkejut.

"K-kau ... Kau ... Yang Mulia."

Haruto terkejut. Yang Mulia? Dia sudah memakai penutup wajah, tapi kenapa orang ini bisa tau?

Prajurit itu memutar kudanya hendak kabur dari sana.

"Menyedihkan," lirih Junkyu. Ia memacu kudanya dan mengejar prajurit itu. Saat jarak mereka semakin dekat ia menarik pedangnya yang tergantung di punggung lalu hanya dalam sekali tebasan kepala dan tubuh prajurit itu terpisah.

Haruto tercengang saat melihat adegan itu dari kejauhan. Saking imutnya wajah pemuda itu Haruto hampir lupa jika dia berasal dari klan yang ditakuti.

Junkyu menoleh ke belakang dan melambai pada Haruto, "Haruu, Kita istirahat di sini."

Haruto mendekati Junkyu, ia menatap tidak percaya karena Junkyu membawa potongan kepala prajurit itu.

"Apa yang kau lakukan dengan benda menjijikan itu? Buang!"
"Kita akan membuangnya di tempat yang tepat, Ayo ke sini."

REDEMPTION || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang