Part 13

12.5K 500 4
                                    

Happy reading guys....
Semoga betah bacanya...
Vote yahh




Setelah beberapa hari berlalu, dan keadaannya sudah baik, Liasya kembali lagi ke bengkel dimana Jayden bekerja untuk mengembalikan Jaket lelaki itu, yang pernah dipinjamkan kepadanya. Namun ketika sampai di tempat itu, Liasya tidak menemukan Jayden di sana. Alhasil dia menitipkan jaket itu ke karwayan bengkel disitu.

Ketika sampai dirumah, dia berbaring ditempat tidur, menutup matanya dengan lengannya. Liasya mencoba mencari ketenangan dengan tertidur, namun dirinya malah meratapi kehidupannya yang begitu menyakitkan. Dia pun beranjak dari tempat tidurnya, bersiap-siap pergi ke kediaman Tagama. Dirinya harus selalu menuruti keinginan Reza untuk mendekati keluar itu, walaupun dengan terpaksa.

Liasya tidak boleh menyerah, dirinya sudah bisa merebut hati Thomas dan Sania. Namun untuk menaklukkan hati Tagama, masih perlu perjuangan yang lebih lagi. Biarpun dirinya selalu menerima penolakan bahkan perlakuan kasar dari Tagama, dia akan selalu berusaha supaya Tagama bisa menerima.

Tagama yang baru pulang dari tongkrongannya, heran melihat mobil Liasya yang terparkir di halaman rumahnya, buru-buru dia memasukkan motornya ke garasi dan segera masuk ke dalam rumah, dan betul saja Liasya memang ada dirumahnya sedang menonton televisi bersama Sania - Mamanya.

"Mah." Sapa Tagama dengan suara yang sepertinya sedang jengkel.

Sania dan Liasya pun menoleh mendengar suara itu. "Ehh kamu udah pulang sayang, kenapa lama banget pulangnya, Liasya udah dari siangan disini, kamunya malah pulang malam."

" Siapa emang yang nyuruh dia kesini?"

"Mama yang nyuruh. Karna kamu udah pulang, jadi sini duduk! Ngobrol sama Liasya!" Sania menarik tangan Tagama supaya duduk di samping Liasya. Kemudian Sania pergi meninggalkan ruang tamu menyisakan mereka berdua.

Liasya tidak menanggapi Tagama yang menatapnya dengan sorotan mata tak suka. Dia malah menatap Tagama dengan santai. "Lo ngapain sih kesini? Nggak bisa yah Lo nolak ajakan nyokap gue buat nggk datang kesini?"

"Nggak bisa! Lagian terserah gue mau datang apa enggak, Lo nggak berhak ngatur-ngatur gue."

"Anjing emang Lo yah, cewek nggak tau diri tau nggak. Ingat aja sampai kapan pun gue nggak bakalan nganggap Lo tunangan gue, bahkan jadi pembantu gue sekalipun gue tetap nggak sudi. Miris  banget gue liat cewek gatel kayak Lo." Setelah mengucapkan kata menyakitkan itu, Tagama kembali keluar, meninggalkan rumah tanpa mengganti baju sekolahnya terlebih dahulu.

Mendengar suara deru motor, buru-buru Sania keluar dari kamarnya dan terkejut melihat Liasya yang berdiri kaku membelakanginya. Sania berpikir bahwa Tagama mengantarkan Liasya pulang, padahal Liasya masih tetap berada dirumahnya.

Sania menyentuh bahu Liasya pelan, kemudian menatap wajah Liasya yang ternyata sedang menangis. "Kamu kenapa sayang? Kenapa nangis?" Tanya Sania penuh khawatir.

Liasya memaksakan tersenyum, untuk meyakinkan Sania bahwa dia baik-baik saja. "Liasya nggakpapa kok tante, Liasya tadi kelilipan, tiba-tiba ada yang masuk ke mata Liasya." Ujar Liasya berbohong

"Beneran nggakpapa? Bukannya dikasarin sama Taga kan?"

"Nggak kok Tante. Tagama baik."

Sania tidak mau bertanya lagi,Dia tau Liasya berbohong, karena dia sangat hapal dengan sikap anaknya yang tidak pernah menyukai kehadiran Liasya dirumahnya.

"Ehm tante,Liasya pamit pulang aja yah. Soalnya udah malam juga."

"Yaudah hati-hati yah sayang, jangan ngebut-ngebut nyetirnya."

"Iyah tante, Liasya pamit yah."

                        
                              ~~~~~~~~

"Papa lahap banget makan brownies nya."

"Soalnya enak banget. Baru kali ini Papa makan kue brownies seenak ini."

"Hahaha, Papa bisa aja. Papa tau nggak siapa yang buat."

"Emang siapa lagi, yah kamu lah sayang."

"Bukan. Calon menantu kita yang buatin kemaren. Enakkan, makanya Mama nggak salah pilih sama Liasya." Ujar Sania bangga.

"Jadi Liasya kesini kemaren?"

"Iya, lama juga dia disini, sampe malam."

"Pagi Ma, Pah."

"Pagi sayang. Sini duduk, cobain dulu brownies nya. Ngomong-ngomong kamu kemana semalam, sampe ninggalin Liasya sendirian di ruang tamu?"

"Kerumah Bara" Jawab Tagama singkat, hubungan mereka memang sudah membaik

"Sebelum itu kamu ada ngomong apa sama Liasya sampe buat dia nangis?"

Mendengar hal itu Thomas pun menatap Tagama dengan tatapan tajam

"Liasya semalam menangis gara-gara Taga?" Tanya Thomas memastikan

"Nggak tau pastinya sih Pah, soalnya waktu Mama tanya kenapa, Liasya jawabnya karna kelilipan. Tapi Mama tau pasti Liasya bohong."

"Benar Tagama? Kamu menyakiti hati Liasya?" Sania yang sadar akan perubahan nada suara Thomas akhirnya mencairkan suasana. "Udah-udah nggak usah dibahas lagi. Kita sarapan dulu. Siapa tau emang beneran kelilipan kan."

Akhirnya Thomas pun menghela napas, entah bagaimana cara mendidik putra satu satunya ini, agar tidak bertindak sesuka hati.

Tagama pun hanya cuek namun dihatinya dia sungguh ingin menghajar wajah sok polos Liasya ketika di depan orang tuanya. Dia belum bisa memberi tahu sifat Liasya yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya, karena dia yakin mereka tidak akan mempercayainya. Apa katanya? Liasya menangis? Yang benar saja, itu hanya acting busuk Liasya untuk menarik perhatian Mamanya.

Akhirnya Tagama berhenti berpikir dan mulai mencoba brownies yang diberikan Sania. Sania menatapnya dengan tatapan binar menunggu respon Tagama.  "Gimana rasanya?" Tanya Sania

"Enak."  Hanya itu jawaban Tagama, kemudian dia mengambil lebih banyak lagi brownis itu kemudian mulai menikmatinya.

"Mau nggak sering sering dibuatin?"

Tagama mengangkat sebelah alisnya agak bingung dengan pertanyaan Mamanya, kalau mau buat brownies ya buat aja. Dan akhirnya Tagama hanya mengangguk, terus menikmati makanannya.

"Makanya ajak Liasya kesini, soalnya dia yang buat." Mendengar hal itu spontan Tagama terbatuk-batuk. Sania pun dengan singap menyodorkan air putih kepada Tagama. Setelah minum, Tagama menyudahi acara makannya.

"Aku udah kenyang, Taga pergi sekolah dulu." Setelah sampai di teras depan rumah, Tagama ingin sekali memuntahkan brownies yang sudah dia makan. Dia sangat menyesal memakannya, dan juga menyesal telah mengakui bahwa brownies buatan Liasya enak, bahkan sangat enak. Namun sampai kapan pun, setiap hal yang menyangkut Liasya dia tidak akan pernah  menyukainya.

SEE YOU

PAIPAI

TAGAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang