Part 19

13.5K 549 18
                                    

Selamat membaca...

Selama di sekolah, Liasya merasakan sakit kepala yang luar biasa yang juga sepertinya dia terkena flu, akhirnya Liasya memutuskan untuk membeli obat ke apotik yang berada di pinggir jalan sepulang sekolah. Dia merasa kepalanya sakit setelah semalaman di kurung ayahnya dikamar mandi, dan disuruh belajar di kamar mandi tersebut.

Hal itu dilakukan ayahnya karena mendengar bahwa Tagama yang menemani Vira dirumah sakit, yang berarti Liasya belum berhasil membuat hubungan Tagama dan juga Vira putus.

Seperti Reza sangat terobsesi dengan jabatan di perusahaan milik Papa Tagama, sehingga mengorbankan anaknya sendiri. Bahkan sampai menyiksanya ketika melakukan kesalahan sedikitpun.

Setelah membeli obat yang dia butuhkan, Liasya segera keluar dari apotik, dan ketika sampai di luar, tiba-tiba ada yang mencekal pergelangan tangannya. Hal itu membuat Liasya terkejut dan langsung menatap kearah orang itu.

"Sorry lo siapa yah?" Tanya Liasya

"Kenalin gue Dion, gue yang kamaren ketemu lo di sekolah KARTINI."

"Ohh." Jawab Liasya seadanya

Liasya melepaskan tangannya dari genggaman Dion dan hendak beranjak dari sana. Namun Dion segera menghalanginya.

"Lo mau ngapain sih?" Tanya Liasya yang sudah mulai tersulut emosi melihat tingkah tidak jelas orang dihadapannya.

"Gue mau ngajak kerja sama, sama lo." Jawab Dion

"Kerja sama apaan sih ? Lo nggak jelas banget sumpah. Lo bisa minggir nggak ?"

Tidak menghiraukan Liasya Dion tetap berdiri di hadapan Liasya. "Lo suka kan sama Tagama, tapi Tagama nggak suka lo. Benar kan? Makanya gue disini mau ngajak lo kerja sama buat pisahin Tagama dari pacarnya. Gimana? Tawar Dion

"Lo tau dari mana gue suka Tagama, dan Tagama nggak suka gue?"

"Kamaren gue liat pertengkaran kalian waktu di SMA KARTINI."

"Sorry lo kerja sendiri aja yah, gue capek soalnya." Ucap Liasya dan langsung masuk ke dalam mobilnya meninggal Dion yang nampak mengumpat kepada Liasya.

Ditengah jalan, lagi-lagi ada yang menghalangi jalannya, dan nampaknya orang itu adalah Tagama. Ada apa ini pikir Liasya. Tagama turun dari motornya, kemudian mengetuk jendela mobil Liasya. Liasya pun menurunkan kaca mobilnya.

"Kenapa?" Tanya Liasya

"Lo turun dulu !" Titah Tagama. Dengan malas-malasan Liasya pun turun dari mobilnya. Kemudian Tagama menarik tangannya ke parkiran sebuah toko.

"Ngomong apaan lo tadi sama Dion ?" Tanya Tagama to the point.

Liasya nampak mengerutkan keningnya mencerna ucapan Tagama, dan akhirnya dia mengerti arah pembicaraan mereka. "Kayaknya itu bukan urusan lo deh. Terserah gue mau ngomong sama siapa aja. Emang kenapa kalo gue ngomong sama dia?"

"Nggak usah berpura-pura lagi deh lo. Lo kan yang ngasih tau kalo Vira pacar gue, dan lo juga yang nyuruh Dion nyelakain Vira."

"Hah?" Liasya tidak menyangka tuduhan itu yang akan keluar dari mulut Tagama. "Asal lo tau yah Ga, gue bisa kok nyakitin Vira dengan tangan gue sendiri tanpa libatin orang lain, ngapain gue capek-capek nyeruh orang lain buat nyakitin dia, saat dengan satu tangan pun gue bisa bunuh dia kalau gue mau."

"Sialan !" Tagama yang emosi mendengar penuturan Liasya mencengkram pipi gadis itu dengan kuat, apalagi melihat Liasya yang malah tersenyum meremehkan.

"Lo pikir cuman gue yang nggak suka sama Vira, makanya lo selalu nuduh gue yang nyakitin Vira ? Nyatanya banyak orang yang benci pacar lo itu lebih dari rasa benci gue. Dan satu lagi, lo tau siapa pelaku yang nusuk Vira, tapi lo nggak laporin ke polisi ? Wah salut gue sama lo."

Liasya bertepuk tangan, yang mengundang kemarahan Tagama semakin menjadi. Tutup mulut lo sialan."

"Ohh gue ngerti, gue ngerti. Lo pasti takut kan ketahuan om Thomas tentang kelakuan dan sifat lo diluar rumah. Kasian banget keluarga lo nggak tau tentang sifat kotor dan pecundang lo."

"Anjing, gue dari tadi udah peringatin untuk tutup mulut sialan lo." Tagama berteriak marah, tangan kiri Tagama sudah kerangkat keatas untuk menampak Liasya, Liasya juga sudah menanti tamparan tersebut. Namun tangan Tagama berhenti diudara karena dicekal seseorang.

"Seumur hidup gue, gue baru liat laki-laki banci dan pecundang yang berani nyakitin fisik cewek." Kemudian Jayden menghempaskan tangan Tagama dengan kasar dan kemudian menarik Liasya untuk berdiri di belakangnya memberikan gadis itu perlindungan dari Tagama.

"Lo siapa brengsek, jangan ngurusin urusan orang lain. Minggir lo, gue mau hajar mulut cewek sialan itu."

"Sebenarnya gue malas berantem hari ini, tapi kayaknya lo mancing gue buat ngirim lo ke neraka hari ini" Ucap Jayden. Dan kemudian terjadilah perkelahian yang tidak bisa terelakkan. Namun tidak berselang lama, orang-orang langsung memisahkan mereka, karena memang mereka berada di tempat umum dan juga dekat dengan jalan raya.

"Gue belum selesai sama lo sialan."
Tagama menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Kemudian segera pergi meninggalkan Jayden dan Liasya disana

"Gue tunggu." Tantang Jayden. Setelah itu dia berbalik melihat Liasya yang nampak syok melihat perkelahian tadi, dan terlebih itu semua karena dirinya. Jayden kemudian menghampari Liasya kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Tangis Liasya pun pecah, tubuhnya bergetar takut, dalam pelukan Jayden, sebenarnya dari tadi dia sangat ketakutan berhadapan dengan Tagama. Tapi jika tidak seperti itu, Tagama akan semakin semena-mena terhadap dirinya.

Liasya hanya bersikap berani di luar, nyatanya dia hanya gadis biasa yang ingin menangis ketika di bentak, apalagi ketika fisiknya disakiti.

Setelah Liasya mulai tenang, Jayden melepaskan pelukan mereka dan kemudian membawa Liasya ke dalam gadis itu. Jayden pun ikut masuk untuk menenangkan Liasya.

"Lo tenang oke, cowok tadi udah pergi. Gue bakalan minta cctv di sekitar tempat tadi biar gue buat laporan ke polisi." Mendengar itu Liasya menjadi panik kemudian dia menggenggam tangan Jayden, kemudian menggeleng memohon supaya Jayden tidak melaporkan Tagama ke polisi.

"Jangan, gue mohon." Pinta Liasya

"Kenapa ? Cowok brengsek tadi udah nyakitin lo, tapi lo nggak mau laporin dia?" Jayden tidak habis pikir dengan pemikirian Liasya.

"Jay, lo tau nggak cowok tadi siapa?" Jayden menggeleng

"Dia tunangan gue."

"APA? Tunangan? Jadi kenapa dia tega sama lo?" Tentu hal ini betul-betul mengejutkan bagi Jayden.

"Hubungan gue sama dia itu rumit, kita tunangan karna unsur paksaan, dia nggak pernah setuju sama perjodohan kita, soalnya dia udah punya pacar makanya dia benci banget sama gue." Terang Liasya.

"Tapi bukan berarti karna dia tunangan lo, dia bisa memperlakukan lo seenaknya."

"Iyah gue tau, tapi gue nggak bisa Jay, gue nggak bisa menang lawan dia, kalo dia dapat masalah, masalah yang lebih besar bakalan gue terima dari ayah gue. Hidup kami bergantung sama keluarga tunangan gue. Makanya gue nggak bisa macam-macam sama dia. Jadi please lo ngertiin gue."

Jayden tidak menyangkan hidup Liasya semenyakitkan itu. Dia pikir Liasya adalah anak yang sangat dimanja, karena sikap yang ditunjukkan gadis itu ketika dia mengantarnya pulang tempo hari. Lagi-lagi Jayden membawa Liasya ke dalam pelukannya. "Gue nggak tau masalah-masalah yang udah lo laluin, tapi lo bisa ngadu sama gue, gue bisa jadi pendengar buat semua keluh kesah lo." Ucap Jayden tulus

Liasya menggangguk, kemudian dia mengambil tissue yang berada di dashboard mobilnya dan menyeka air matanya. "Makasih Jay, makasih juga tadi udah nolongin gue.

Jayden hanya menggangguk, kemudian keluar dari mobil Liasya

JANGAN LUPA VOTE YAH

SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA, DAN JANGAN BOSAN NUNGGUINNYA. MAKASIH

PAIPAIII

TAGAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang