Selamat membaca
Maaf karna lama hilangWaktu sudah menunjukkan pukul 5 sore namun Jayden belum menunjukkan batang hidungnya dirumah, padahal biasanya Jayden selalu menyempatkan diri pulang kerumah terlebih dahulu sepulang sekolah walaupun dia memiliki kegiatan lainnya. Sekarang entah dimana lelaki itu. Namun tidak lama kemudian, terlihat mobil memasuki pekarangan rumah, dan Liasya tau itu adalah mobil Jayden.
Liasya sedikit mengintip dari jendela kamarnya yang berada di lantai 2 rumah tersebut, penampilan Jayden sekarang sangat berantakan jauh sekali perbedaan ketika berangkat sekolah tadi pagi. Sekarang seragam kelaki itu sudah dikeluarkan, dasinya sudah tidak terlihat dan rambutnya yang acak-acakan namun hal tesebut malah menambah ketampanan lelaki itu. Setelah melihat Jayden memasuki rumah, Liasya pun menutup kembali gorden kamarnya dan lanjut menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya.
Setelah menyelesaikan tugas-tugasnya Liasya pun hendak turun untuk membantu bi Rita menyiapkan makan malam. Namun bi Rita lebih dulu menghampiri Liasya di kamarnya.
"Nak, kamu dicariin tuan Jayden. Katanya temui dikamarnya." Ucap bi Rita. Mendengar itu Liasya pun mengernyitkan keningnya.
"Mau ngapain Bu ?" Tanya Liasya
"Ibu juga ngga tau, tadi suruh dipanggilkan ke kamarnya. Udah gih sana temui tuan Jayden."
"Iya bu." Jawab Liasya dan segera menemui Jayden di kamarnya. Sebelum masuk Liasya terlebih dahulu mengetuk pintu kamar Jayden
"Masuk." Titah Jayden dari dalam dan Liasya pun segera membuka pintu kamar pria itu.
"Ada apa ?" Tanya Liasya to the point.
"Gue bisa minta tolong ngga sama lo ?"
"Minta tolong apa emang ?"
Jayden menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena dia merasa permintaannya ini sangat konyol. "Lo bisa ngga temanin gue ke acara ulang tahun teman gue ?"
Liasya tidak menjawab pertanyaan Jayden, dirinya bingung menjawab apa, sebenarnya dia bisa-bisa saja, namun apakah harus dirinya yg menemani Jayden, lagian dia juga tidak mengenal teman Jayden itu.
"Tapi aku ngga kenal sama teman kamu itu, emang nggapapa ?" Tanya Liasya pada akhirnya.
Jayden tersenyum tipis, mencoba meyakinkan Liasya. "Iya nggapapa kok. Gue cuma butuh pasangan aja disana nanti"
Sebenarnya Liasya ingin sekali menolak permintaan Jay, namun selama ini Jay sudah sangat banyak sekali membantu dirinya, jadi tidak apa-apa kalau hanya menemani Jay saja ke perayaan ulang tahun temannya.
"Iya deh, aku ikut. Tapi kalau ada apa-apa, aku bakal langsung pulang."
Jayden tersenyum lega. "Oke, deal. Thanks, Liasya."___________________
Malam itu, Liasya dan Jayden pergi bersama ke acara ulang tahun teman Jayden. Dalam perjalanan, Jayden tampak lebih tenang dan sesekali berbicara tentang hal-hal ringan untuk mencairkan suasana.
Setibanya di lokasi acara, Jayden langsung menggandeng tangan Liasya. Acara ulang tahun yang diadakan di gedung hotel tersebut benar-benar memancarkan kemewahan dari setiap sudutnya. Langit-langit ruangan dihiasi dengan chandelier kristal besar yang menggantung megah, memancarkan cahaya gemerlap yang menambah kemewahan suasana.
Di dalam gedung, teman-teman Jayden menyambut mereka dengan ramah. Mereka tampak akrab dan suasana terasa hangat.
"Datang juga lo, kirain ngga bakal datang karna ngga ada gandengan, padahal cakep banget cuy gandengannya." Ucap Raka teman Jayden yang berulang tahun. Liasya hanya tersenyum canggung sambil menyalami teman Jayden sambil memperkenalkan diri dan tidak lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepada Raka. Teman Jay yang lai juga mulai menggoda Liasya dengan meminta no WattsApp gadis itu.
"Lo ngga Liat dia ngga nyaman ? Jangan diganggu" Ucap Jayden tegas kepada teman-temannya
"Eh sorry-sorry Liasya kalau candaan kita buat lo ngga nyaman." LIasya hanya mengangguk kepalanya.
Setelah itu Liasya hanya memperhatikan Jayden dan lebih memilih diam mengamati sekitar, lagian dia juga tidak mengenal siapapun disana selain Jay. Sesekali dia menjawab pertanyaan teman-teman Jayden yang ditujukan kepada dirinya
Setelah beberapa saat, Jayden mengajak Liasya keluar untuk mencari udara segar. Mereka duduk di bangku taman yang ada disana. Jayden menatap langit malam yang penuh bintang, sementara Liasya hanya menatap kakinya yang dia ayun-ayunkan.
"Bagus banget ya dekorasi acara ulang tahun teman kamu?" Liasya akhirnya membuka percakapan.
“Iya bagus, tapi itu masih tergolong biasa aja.” Jawab Jay
“Kamu tau ngga ? Terakhir kali aku bisa ngerayain ulang tahun itu umur 8 tahun.”
Jayden menoleh, menatap Liasya dengan perhatian yang tulus. "Kenapa ?"
Liasya tersenyum pahit, mengingat kembali masa kecilnya. "Ya, setelah itu ortu aku mengalami banyak masalah.”
Jayden mengangguk, mencoba memahami situasi yang dialami Liasya.
Mereka terdiam sejenak, menikmati keindahan malam di taman tersebut. Angin malam yang sejuk dan suasana tenang membuat mereka merasa nyaman.
"Eh, ngomong-ngomong soal ulang tahun, kapan ulang tahun lo ?" tanya Jayden tiba-tiba
Liasya tersenyum kecil. "Masih lama, bulan Desember."
Jayden mengangguk, lalu memandang Liasya dengan mata yang bersinar. "Kita harus rayain ulang tahun lo, Liasya. Gue bakal pastiin ulang tahun ini nanti jadi momen yang ngga bakal lo lupain."Liasya terkejut mendengar itu. "Kamu ngga perlu repot-repot. Aku udah biasa ngga ngerayain ulang tahun."
"Tapi gue mau. Lo deserve something special," jawab Jayden dengan tegas. "Anggap aja ini cara gue buat ngucapin terima kasih karena lo udah nemenin gue hari ini.”
Liasya hanya tertawa kecil mendengar ucapan Jayden karna nyatanya Liasya trauma dengan ulang tahunnya sendiri. Dimana saat itu, saat perayaan ulang tahunnya yang ke 8 selesai orangtua Liasya bertengkar yang membuat Bunda Liasya memilih untuk pergi meninggalkan dirinya dan juga ayahnya, dan sampai sekarang Liasya tidak lagi pernah melihat Bundanya, bahkan Liasya sudah lupa dengan wajah dan juga suara Bundanya, dan sekarang Ayahnya juga sudah berpulang kerumah Tuhan. Rasanya tentu sangat sakit bagi Liasya, rasanya sungguh tidak adil mendapatkan ini semua, sekarang dia hanya bisa merepotkan orang-orang yang bersimpatik kepada dirinya.
"Makasih buat niat baiknya" Liasya tidak berharap Jay menepati ucapannya itu, karna memang dirinya sudah tidak menginginkan apapun. Entahlah seperti sekarang dirinya tidak tau lagi bagaimana rasa bahagia, hanya keselitan yang dirinya terima selama ini. Nampaknya Liasya memang tidak apa-apa setelah apa yang menimpa dirinya, namun tiap malam dirinya tidak pernah bisa tidur nyenyak karna dadanya sangat sakit dan akhirnya hanya bisa menangis diam-diam
Jayden tersenyum. "Kita saling dukung, kan? Itu yang teman lakukan." Dukungan ya ? Rasanya asing sekali dengan kata itu, karna Liasya tidak pernah mendapatkan dukungan dari siapa pun, dia berjuang sendirian sampai rasanya lebih baik memilih untuk mati saja, daripada menanggung beban seberat ini.
Bukannya belum memaafkan ayahnya, bahkan kematian ayahnya merupakan pukulan yang paling besar yang dia alami, hanya saja Liasya merasa tisak adil saja, Liasya sudah berjuang mati-matian untuk memenuhi keinginan ayahnya, namun ayahnya sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya tanpa melihat Liasya berhasil memenuhi keinginan ayahnya.
Ingin sekali Liasya menangis saat itu, namun Liasya sebisa mungkin menahan air matanya. Liasya mencoba lebih tenang di samping Jay dan akhirnya malam itu, mereka berbicara lebih banyak tentang impian masa depan dan hal-hal yang ingin mereka capai. Mereka saling berbagi cerita dan tawa, membuat malam itu terasa sedikit lebih istimewa.
SPESIAL BUAT KALIAN YG MASIH SETIA NUNGGUIN CERITA INI, MAKASIH YA SEMUANNYA
ILY GUYS
KANGEN NGGA ? HARUS DONG
SEE YOU DI CHAPTER SELANJUTNYA
PAIPAI
KAMU SEDANG MEMBACA
TAGAMA
Teen Fiction"Acting lo bagus banget yah cewek sialan sampe-sampe semua orang ngebelain lo. Semua orang mikir ini semua salah gue, padahal lo yang gatal sama tunangan orang." Liasya menenggelamkan wajah Vira kedalam wastafel yang berisi penuh dengan air. Liasya...