Part 26

18.6K 720 32
                                    

Happy reading
Votenya tinggalin dulu yah

"Aaaaaa" Teriak Bi Rita yang sangat terkejut atas apa yang dia lihat

"Ya Tuhan, apa yang terjadi ?" Bi Rita tidak tau harus melakukan apa sekarang, dia hanya bisa menangis, sangat syok dan ketakutan, melihat tuannya yg tergeletak di lantai kamarnya sambil bersimbah darah, dan di dekat tangan Pak Rian terdapat sebuah pisau.

Bi Rita dengan hati-hati mengecek kondisi Pak Reza, namun karena Bi Rita sangat ketakutan dia malah  semakin histeris. Dia pun lari keluar untuk memanggil siapa pun yang ada diluar, dan diluar ada satpam dan juga supir, dengan wajah yang penuh air mata Bi Rita memanggil, mereka bingung serta penasaran apa yang membuat Bi Rita menangis, dan setelah mereka memasuki kamar Reza, barulah mereka tau penyebabnya. Mereka dengan segera membawa Reza ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, Reza pun langsung di bawa ke IGD untuk penanganan lebih lanjut. Setelah tenang barulah Bi Rita menghubungi Liasya, namun sudah ada sekitar 10 kali Bi Rita melakukan panggilan namun tetap saja tidak diangkat.

Sementara di sekolah, Liasya yang sudah sadar dari pingsannya, juga sudah mengisi perutnya, sangat serius mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Liasya tidak sadar bahwa ponselnya bergetar dari tadi. Ketika bel istirahat berbunyi, barulah Liasya mengambil ponselnya dari ranselnya, dan betapa terkejutnya dia melihat sudah ada 53 kali panggilan dari Bi Rita dan 10 pesan teks.

Tanpa membaca pesan teks Bi Rita, Liasya langsung menghubungi Bi Rita kembali. Pikiran Liasya tidak tenang sekarang, entah hal apa yang membuat Bi Rita menghubunginya berkali-kali.

Setelah Bi Rita mengangkat panggilannya, Liasya langsung bertanya dengan cemas. "Bi, ada apa, kenapa bibi nelfon Liasya berkali kali?"

"Non..." Bi Rita masih tidak bisa menjawab dengan tenang, bi Rita malah terus terisak.

"Bi kenapa?" Liasya yang belum mengetahui apa-apa terus bertanya.

"Tuan non.. tuan"

"Ayah kenapa bi ?" Liasya menghentakkan sebelah kalinya karena sedikit kesal dengan bi Rita, otaknya sudah memikirkan hal-hal yang tidak baik tentang ayahnya.

"Tuan masuk rumah sakit non, tadi bibi nemuin Tuan tergelatak di kamar berlumuran darah." Bi Rita dengan sekuat tenaga berusaha untuk berbicara dengan normal, dan akhirnya menangis lagi.

Bagai tersambar petir, Liasya langsung lemas dan terjatuh. "Kenapa bisa ?" Pikirnya

Dengan pikiran yang hanya tertuju pada ayahnya, Liasya pun bangkit dan segera berlari keluar rungan sambil menangis. Liasya juga meninggalkan barang-barangnya, dia hanya membawa ponsel dan di tangannya.

Karena ini jam istirahat, banyak orang yang berlalu-lalang di koridor sekolah, Liasya beberapa kali menabrak orang, banyak yang diantara mereka mengumpati Liasya, namun tanpa memperdulikan orang orang itu, Liasya terus berlari keluar sekolah.

    

                                      .................

Sampai di rumah sakit Liasya langsung menuju ruangan Ayahnya di rawat, di depan ruangan ada bi Rita, satpam dan juga supir mereka. Liasya pun langsung menghampiri mereka.

"Bi Ayah gimana ? Ayah baik-baik aja kan ?" Bi Rita langsung berdiri memeluk Liasya
"Hiks... Ayah...." Liasya yang masih belum lama pingsan di sekolah, sekarang terjatuh lemas di pelukan Bi Rita. Bi Rita pun memapah Liasya untuk duduk di bangku dan memberikan Liasya minum. Setelah beberapa lama barulah Liasya kembali bertenaga.

Setelah menunggu lama, akhirnya dokter pun keluar dari ruangan Reza di rawat. "Dok, gimana keadaan Ayah saya ?"

"Mohon maaf, pasien sudah tidak bisa tertolong karena penanganannya sudah sangat terlambat." Liasya pun langsung masuk ke dalam ruangan Ayahnya, disana dia melihat ayahnya terbujur kaku dengan wajah yang sangat pucat. Liasya menangis dengan meraung-raung. Tangisan pilu Liasya juga membuat bi Rita menangis. Sungguh keadaan Liasya sekarang sangat menyayat hati siapun yang melihatnya, termasuk supir dan juga satpam Liasya.

Liasya benar-benar tidak mengerti dengan takdir hidupnya, kenapa cobaan selalu menghampiri dirinya. Seberdosa itukah dirinya sampai-sampai balasan yang dia terima begitu luar biasa sakit.

Sekarang Liasya harus bagaimana, apa yang harus dia lakukan, semuanya sudah selesai.







                                         .............

Biasanya rumah Liasya sangat sepi, bahkan seperti tidak ada kehidupan di dalam rumah besar itu. Namun sekarang berbeda, rumah itu dipenuhi oleh banyak orang. Entah siapa mereka, entah dapat informasi dari mana, yang jelas banyak orang yang datang untuk melihat mayat ayahnya.

Penglihatan Liasya sekarabg sudah sangat buram, matanya terasa kering dan juga bengkak, dia bahkan sudah kehabisan air matanya. Sekarang dia hanya bisa menatap wajah damai ayahnya, dan disampingnya bi Rita selalu siap mengelus bahu Liasya dan juga memeluknya.

Sekarang Liasya menyandang status sebagai anak yatim piatu ? Mungkin. Karena dia juga tidak memiliki ibu sekarang, entah dimana Ibunya, bahkan Liasya sudah lupa dengan wajah ibunya sendiri.

"Yang sabar yah nak, kamu harus kuat pokoknya. Apapun itu tetap semangat, jangan patah semangat yah. Ayah kamu udah tenang disana. Jadi iklaskan yah nak." Entah siapa yang mengatakan itu, Liasya tidak mengenalnya, sepertinya kenalan ayahnya, jadi siapa lagi. Entah sudah berapa kali Liasya mendapatkan ucapan seperti itu. Liasya benar-benar tidak tau harus merespon apa.

Liasya masih belum rela ditinggal ayahnya. Kenapa ayahnya tiba-tiba mengakhiri hidupnya ? Kenapa ?

Sebelum bapak-bapak yang menasehati Liasya pergi, Liasya menarik lengan baju bapak itu. "Om kenal baik dengan ayah saya ?" Tanya Liasya memastikan

"Iya nak, Ayah mu teman baik om."

"Kalau boleh tau om, ayah punya masalah apa ?" Liasya tidak sanggup berkata lebih panjang, dia sudah terisak kembali

"Tunggu kamu tenang dulu yah nak, nanti om ceritakan." Bujuk Bapak yang bernama Ardi itu.

"Liasya mau tau sekarang om, Liasya udah lebih tenang skarang."

"Kalo gitu janji sama om, kamu harus terus semangat yah, jangan nyerah oke?"

Liasya hanya mengangguk. Sebelum Om Ardi berbicara, dia memberikan Liasya minum air putih terlebih dahulu. Kemudian mengajak Liasya duduk di kursi yang agak jauh dari tamu.

"Jadi Reza nggak pernah cerita sama kamu, masalah yang dia hadapin ? Tanya Ardi, kemudian Liasya menggeleng.

"Jadi sebelumnya Reza pernah korupsi di perusahaan, pas pertama korupsi masih dimaafkan oleh pak Thomas tapi dengan syarat kamu harus tunangan sama anak pak Thomas kan ? Nah kemudian ayah kamu buat ulah lagi, Reza korupsi lagi, pak Thomas tentu marah besar saat itu, namun beliau masih berbaik hati memaafkan karena pak Thomas tau kalau kamu dan anak pak Thomas sepasang kekasih, jadi demi menjaga hubungan kekeluargaan itu pak Thomas memaafkan Reza. Karena Reza merasa bahwa hubungan kalian sangat menguntungkan bagi dia, jadi dia terus korupsi, hingga pak Thomas tidak tahan lagi, kemudian memecat Reza dari jabatannya. Reza yang tidak terima jadi menggila hingga.... Begitulah."

Jangan tanya bagaimana keadaan Liasya sekarang, tentu saja dia syok berat. Kenapa ayahnya seterobsesi itu dengan uang ? Yah tentu Liasya tau. Semua itu gara-gara bundanya. Ayahnya ingin balas demdam kepada bundanya karena telah tega meninggal mereka pada saat ayahnya benar-benar tidak memiliki apa-apa.

Apa yang harus Liasya lakukan sekarang ? Dirinya tidak memiliki apa-apa lagi, setelah ayahnya dimakamkan, nanti semua akan pulang, orang orang yang dulu bekerja dirumahnya juga pulang ketempat mereka masing masing, dan juga rumah itu akan disita. Jadi apa yang harus dirinya lakukan ? Mengakhiri hidup mungkin pilihan yang bagus.

MAKASIH YG UDAH MAMPIR, JANGAN LUPA VOTE YAH

UHUUU AKHIRNYA BISA UP LAGI....
SEDIH BGT HARUS SAMPAI SELAMA INI
SEMOGA MASIH ADA YANG NUNGGUIN CERITA AKU....

SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA
PAIPAII



                                      

TAGAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang