Hihihi vote yahHappy reading.....
Liasya meletakkan tas nya di meja perpustakaan. Kemudian mengambil kemoceng untuk membersihkan buku-buku itu dari debu yang menempel kemudian segera menatanya. Liasya menaiki kursi untuk menjangkau rak buku yang tinggi. Dia menarik 1 buku yang tidak tersusun rapi diantara rentetan buku lainnya. Namun buku-buku yang lain malah ikut berjatuhan menimpa kepala dan bahunya. dan karena berusaha menghindari buku-buku itu Liasya pun terjatuh dari kursi
Ivi- anak osis yang mengawasi Liasya segera berlari menghampiri Liasya dan membantu Liasya untuk duduk. "Kakak nggakpapa?" Tanya Ivi sangat cemas.
"Nggakpapa dek." Jawabnya, sambil menahan sakit. Ivi yang mendengar jawaban lembut Liasya tertegun, pasalnya dari cerita orang orang yang dia dengar, dan yang dia saksikan juga, Liasya adalah gadis kasar yang suka membully. Karena itu tadi dia sangat takut mengawasi Liasya sendirian.
"Aku panggil anak PMR dulu yah kak. Takutnya kakak kenapa-napa." Ivi pun meninggalkan Liasya sendiri di perpustakaan. Setelah kepergian Ivi, Liasya akhirnya mengeluarkan isakannya. Mengeluarkan semua sesak yang dia rasakan.
Tiba tiba Tagama masuk keperpustakaan untuk mengecek pekerjaan Liasya, karena semua anak-anak yang terlambat tadi sudah masuk kek kelas.
Tagama geram melihat Liasya terduduk membelakanginya dengan buku buku berserakan di sisinya. "Bukannya ngerapihin buku, Lo malah berantakin. Lo bisa kerja nggak sih ?"
Mendengar suara Tagama buru-buru Liasya menghapus air matanya. "Maaf. Gue nggak sengaja." Ucap Liasya dengan suara bergetar tanpa melihat kearah Tagama.
"Kalo ngomong itu liat orangnya. Nggak pernah diajarin sopan santun lo?" Namun Liasya tetap tidak mau menatap kearah Tagama.
"Beresin buku-buku nya cepat!" Jangan malah duduk, sekolah ini bukan punya lo, jadi jangan seenaknya." Ucap Tagama dan hendak berlalu dari sana.
Liasya berusaha bergerak dengan susah payah, seperti nya kakinya terkilir. Dengan menahan sakit yang luar biasa di kakinya. Liasya memunguti buku-buku yang berserakan.
"Ya ampun kak Liasya. Bukannya kaki kakak sakit?" Ucap Ivi yang seperti bukan pertanyaan tapi pernyataan, yang melihat Liasya memaksakan jongkok memunguti buku. Disampingnya sudah ada 2 orang perempuan anak PMR yang akan membawa Liasya kek UKS
Ivi yang baru sadar akan keberadaan Tagama pun terkejut. "Maaf kak, kak Liasya kakinya perlu diobati." Izin Ivi
Mendengar itu Tagama malah terdiam menatap tubuh Liasya. Barulah dia sadar saat Liasya lewat dipapah anak PMR itu. Diikuti Ivi di belakang sambil membawa tas Liasya ke UKS. Tagama pun akhirnya melihat wajah sembab Liasya, sepertinya habis menangis.
~~~~~~~~
Di kelas Tagama hanya melamun tidak berminat memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan. Pikirannya dipenuhi oleh wajah sembab Liasya tadi. Entah kenapa dia merasa sedikit bersalah.
Tagama mengacak rambutnya untuk menghilangkan bayang-bayang Liasya. Entah apa yang terjadi kepada dirinya. Sebelum-sebelumnya dirinya tidak pernah memiliki rasa simpati terhadap gadis itu. Bahkan ketika Lian menguncinya di gudang sampai 1 hari, dirinya malah merasa senang. Namun hari ini, ketika Liasya menunjukkan sisi lemahnya, Tagama malah kepikiran.
Bara, yang duduk disamping Tagama kemudian Lian dan Michael yang duduk dibelakang mereka, heran melihat gelagat Tagama. Biasanya dia akan sangat fokus mendengarkan jika guru sedang mengajar. Sekarang yang mereka Lihat Tagama tidak fokus, malah sering menghela napas, mengusap muka dan juga mengacak rambutnya.
"Lo kenapa sih Ga?" Tanya Bara yang tidak bisa menahan tanda tanya di otaknya.
Tagama hanya menatap Bara sekilas, tanpa niat menjawab pertanyaan Bara. "Kerasukan setan sekolah ya lo Ga?" Tanya Michael dari belakang.
"Mending diam deh lo." Balas Tagama
"Sensi banget mas, PMS lo?"
Bara dan Lian hanya tersenyum menahan tawa mereka. "Udah El, diam aja. Marahan mungkin sama Vira." Ucap Lian
Tagama yang mendengar dirinya diledek oleh teman-temannya hanya diam, tidak berminat menanggapi mereka.
Sebenarnya dokter disekolahnya menyarankan agar Liasya pulang saja untuk istirahat, namun Liasya menolak dan tetap ikut pembelajaran walaupun pastinya sudah ketinggalan. Juga kalau ayahnya tau dia pulang dari sekolah hanya karena kakinya yang kerkilir, pasti urusannya akan panjang. Jadi Liasya memilih untuk tetap masuk kelas.
Melihat Liasya yang berjalan pincang, semua orang sekelas Liasya menatap kaki Liasya. Mereka bertanya-tanya dalam hati, dan juga tidak sedikit yang langsung berbisik-bisik. Setelah dirinya diberikan izin untuk masuk, Liasya segera duduk di kursinya yang ada dibelakang.
"Baik kelas hari ini kita akhiri. Ingat tugas kelompoknya minggu depan sudah harus dikumpul." Ucap Bu Sisi, guru mata pelajaran Prakarya mereka.
"Maaf bu, tapi ini tugas kelompok apa yah?" Tanya Liasya yang tidak mengetahui sama sekali tentang tugas kelompok yang diberikan. Sebenarnya dia sangat malas jika itu hal tentang kelompok, yang pastinya tidak akan ada yang mau 1 kelompok dengannya.
"Ohh iya, ibu lupa memberi tahu kamu. Tugasnya membuat kerajian tangan dari daur ulang sampah, terserah mau membuat apa, asal bahannya dari sampah plastik. Ingat tidak boleh ada yang membeli, karena ibu juga minta video kalian selama pembuatannya."
"Terus kelompok saya siapa Bu."
"Tadi kelompok siapa yang ganjil?" Tanya Bu Sisi
Kemudian Tiara, Yuda dan Kai pun tunjuk tangan. "Berarti kamu 1 kelompok sama Kai saja. 1 kelompok hanya 2 orang."
"Iya bu. Makasih bu." Jawab Liasya.
"Yasudah ibu keluar dulu."
"Iya bu,,,,,," Jawab mereka serentak
SEMOGA MASIH BETAH YAH DAN MAKASIH BUAT YANG UDAH MAMPIR
LOPPIUUSEEYOUUU
PAIPAIII
KAMU SEDANG MEMBACA
TAGAMA
Teen Fiction"Acting lo bagus banget yah cewek sialan sampe-sampe semua orang ngebelain lo. Semua orang mikir ini semua salah gue, padahal lo yang gatal sama tunangan orang." Liasya menenggelamkan wajah Vira kedalam wastafel yang berisi penuh dengan air. Liasya...