Vote dulu yah, gratis kok xixi
Saat ini Tagama di temani oleh Bara, sedang berada di rumah sakit untuk menemani Vira yang saat ini masih belum sadar kan diri. Sedangkan anggota Giver yang lain, sudah pulang ketujuan mereka masing-masing.
Berdasarkan pemeriksaan dokter, tusukannya di perut Vira tidak terlalu dalam, namun tetap saja hal tersebut membuat Tagama sangat khawatir dan terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa kekasihnya itu.
Bara yang melihat Tagama yang sepertinya frustasi hanya bisa menepuk pundak Tagama. "Tenang aja Ga, kata dokter tadi Vira nggak papa, dari pada lo kayak gini mending lo samperin Vira."
"Kalo bukan karna gue, Vira nggak bakalan kayak gini. Vira pasti marah sama gue nanti. Apalagi sama keluarganya, gue bilang apa nanti?" Tagama mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya dengan kasar.
Tadi, setelah membawa Vira kerumah sakit, dan dokter pun telah selesainya mengobati luka Vira, Bara langsung menghubungi ibu Vira menggunakan ponsel Tagama. Karena Tagama yang masih syok melihat kondisi Vira.
Tapi sampai saat ini, tidak ada satu pun keluarga Vira yang sudah datang. Entahlah, apakah mereka masih kena macet atau masih belum bisa datang, yqng pasti hanya Tagama dan Bara yang setia menemani Vira di rumah sakit.
Tiba-tiba ponsel Tagama berdering menandakan ada panggilan. Setelah Tagama melihat ponselnya, ternyata Mamanya yang menghubunginya. Pasti Mamanya menanyakan keberadaan yang saat ini masih belum pulang.
"Halo Ma, ada apa?"
"Kamu dimana sayang, kok belum pulang sampe sekarang?"
"Aku lagi di rumah sakit Ma."
"Dirumah sakit? Ngapain? Kamu nggak kenapa-napa kan?"
"Nggak Ma, Vira yang sakit."
"Aduh pulang dulu dong kalo gitu sayang. Emang harus banget kamu jagain 24 jam? Kan ada keluarganya."
"Nggak ada yang jagain Ma, nggak ada keluarganya yang datang. Lagian Vira dirumah sakit karna Taga. Jadi Taga harus tanggung jawab buat jagain Vira disini."
"Kamu apain anak orang Tagama, kok bisa sampe masuk rumah sakit sih? Jadi gimana keadaan Vira?"
"Kata dokter nggak papa Ma, tapi Vira belum siuman."
"Yaudah kalo gitu, Mama suruh Liasya kesana anterin pakaian kamu, sekalian temanin kamu disana."
"Mah.., jangan Ma! Lagian Tagama ditemanin Bara kok disini."
"Nggak ada penolakan, pokoknya Liasya harus temanin kamu disana."
~~~~~~~~
Sekitar 30 menit setelah Sania menghubungi Tagama. Liasya akhirnya sampai kerumah sakit dimana Vira dirawat. Setelah menanyakan keberadaan ruangan Vira kepada resepsionis, Liasya langsung bergegas kesana dan akhirnya menemukan keberadaan ruangan Vira.
Sebenarnya Liasya ragu untuk masuk, karena dia yakin keberadaan tidak diinginkan disini. Setelah mengumpulkan keberanian. Liasya mengetuk pintu ruangan tersebut dan langsung membukanya.
Setelah pintu terbuka, nampak lah diruangan itu Tagama yang duduk dipinggir brankar Vira sambil mengenggam tangan Vira dan menempelkannya ke wajahnya. Dan di sudut ruangan ada Bara yang sedang bermain ponsel. Mereka berdua masih mengenakan seragam sekolah.
Liasya berdehem dan kemudian membuka suara.
"Gimana keadaan Vira?" Tanya Liasya, entah pada siapa
"Nggak usah sok peduli. Lo senang kan liat Vira kayak gini."
Medengar perkataan Tagama, Liasya hanya bisa tersenyum kecut. "Nggak kok."
Liasya mendekat kearah Tagama sambil menyodorkan paperbag titipan Sania. "Ini dititipin tante Sania buat lo."
Tagama pun mengambil paperbag itu dan langsung beranjak ke toilet yang ada diruangan itu untuk mengganti pakaiannya.
Setelah kepergian Tagama. Liasya menatap lama tubuh Vira yang terbujur kaku. Dia menghayal jauh, membanyangkan dia yang di jaga oleh orang yang disayangi Liasya ketika dia berada dirumah sakit. Namun itu hanya hayalan semata, mustahil hal tersebut terjadi. Selama ini yang menemaninya hanya Bi Rita yang menjaganya. Itu pun bi Rita harus bekerja ketika pagi sampai sore.
Setelah kembali ke alam sadarnya. Liasya mengedarkan pandangannya ke sudut ruangan dimana Bara sedang duduk disofa rumah sakit. Ternyata Saat ini, Bara pun sedang menatap Liasya. Liasya yang tidak dekat dengan Bara, hanya bisa tersenyum tipis ketika pandangan mereka bertemu.
"Bara nggak pulang buat ganti baju dulu?" Tanya Liasya berbasa-basi sambil duduk di samping Tagama dan melepaskan tas selempang mini yang dikenakannya diatas meja yang ada dihadapan mereka.
Mendengar perkataan lembut Liasya, Bara sempat terkesiap. Liasya saat ini sangat jauh berbeda dengan Liasya yang ditemuinya di sekolah. Tapi memang Bara sadar, Liasya tidak seburuk yang dikatakan oleh orang-orang.
"Berhubung lo udah datang, jadi gantiin gue jagain Tagama yah Sya." Bara membereskan barang-barang kemudian langsung pamit pulang ketika Tagama keluar dari Toilet.
Tinggallah hanya Tagama, dan Liasya diruangan itu. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka, Liasya sibuk dengan dunianya sendiri dan Tagama yang setia menggenggam tangan Vira menunggu kekasihnya itu siuman.
Sesekali Tagama melirik kearah Liasya. Namun Liasya tidak sadar dan hanya terus menatap kosong dinding ruangan itu. Setelah diperhatikan nampak mata Liasya yang sembab, seperti orang yang menangis lama, dan tatapan kosong itu menandakan bahwa Liasya memiliki beban pikiran.
Lamunan keduanya terhenti ketika, Kai, Lian, Michael datang keruangan Vira. Mereka sama-sama kaget melihat keberadaan Liasya disitu, dan seolah bertanya kepada Tagama. Melihat Tagama yang mengedikkan bahunya, seketika mereka paham. Pasti tante Sania yang menyuruh Liasya.
Melihat tatapan tidak bersahabat dari Tagama dan juga teman-temannya, Liasya memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut. Tidak lama setelah dia keluar. Ibu dan juga adik Vira akhirnya datang.
Setelah memberikan penjelasan terhadap ibu Vira dan yang tentunya bertanggung jawab atas semua yang terjadi terhadap Vira, akhirnya ibu Vira pun memaafkan mereka. Dan akhirnya mereka boleh pulang kerumah masing-masing. Sebenarnya Tagama tidak mau pulang, tapi bujukan ibu Vira, Tagama pun akhirnya luluh. Betapa irinya Liasya saat ini, melihat orang-orang saling menyayangi.
Ketika mereka hendak pulang, Liasya sengaja melambatkan langkahnya, supaya dirinya tidak berjalan beriringan dengan Tagama dan tiga temannya.Namun tiba-tiba saja Tagama berada di samping Liasya. "Lo bawa mobil sendiri?" Tanya Tagama kepadanya.
"Enggak, tadi naik grab kesini."
"Kalo gitu, lo pulang bareng gue aja."
"Nggak usah, gue pulang naik grab lagi aja. Tenang aja, bilang aja nanti sama tante kalo Taga udah nganterin Liasya pulang."
"Kenapa lo nggak mau pulang sama gue?"
Liasya berhenti dari langkahnya kemudian menatap wajah Tagama yang kini juga menatap wajah Liasya. "Lo yang nggak mau Ga. Sebenarnya gue capek ngejar lo terus, tapi gue harus. Kalo nggak gue bisa mati."
Tagama hanya mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Liasya yang sama sekali tidak dia pahami.
"Kalo gitu gue duluan yah Ga, hati-hati bawa motornya. Dah.."
Tagama sangat bingung melihat sikap Liasya saat ini, semenjak Liasya datang sampai pulang, sikap yang ditunjukkan Liasya sangat berbeda dari biasanya. Liasya nampak seperti orang frustrasi, dan memiliki beban yang sangat berat.
Tapi hal apa yang membuat gadis itu seperti itu? Apakah ini hanya akal-akalannya saja untuk menarik perhatian orang-orang? Who knows
.
.
.
.
.
.AKHIRNYA BISA UPDATE LAGI, MAKASIH BUAT YANG SETIA NUNGGUIN CERITA AKU
NIH BUAT KALIAN 💕INI UDAH DIPANJANGIN CERITA BUAT YANG MINTA DIPANJANGIN HAHAHA
JANGAN BOSEN NUNGGUIN UPDATE PART SELANJUTNYA YAHH
PAIPAII
KAMU SEDANG MEMBACA
TAGAMA
Teen Fiction"Acting lo bagus banget yah cewek sialan sampe-sampe semua orang ngebelain lo. Semua orang mikir ini semua salah gue, padahal lo yang gatal sama tunangan orang." Liasya menenggelamkan wajah Vira kedalam wastafel yang berisi penuh dengan air. Liasya...