Part 28

20.9K 1K 119
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa vote

Selama dua minggu lebih dirumah kontrakan bi Rita, Liasya sudah bisa menjalani kehidupannya dengan baik. Hari-hari Liasya habiskan untuk membantu  pekerjaan bi Rita, dari memasak, menyuci dan membantu bi Rita untuk berjualan kue.

Kehidupan Liasya sekarang sangat berbeda sekali dengan kehidupannya yang sebelumnya. Namun tidak banyak perubahan dalam diri Liasya. Liasya tetap menjadi gadis yang tangguh seberat apapun masalah. Namun Liasya menjadi sering melamun, dan juga setiap malam Liasya akan selalu menangis berteriak histeris, untungnya bi Rita selalu ada disamping Liasya untuk memeluk dan menenangkan gadis itu.

Saat ini Bi Rita juga sudah mendapatkan pekerjaan sebagai ART  dirumah orang lain. Sementara itu, Liasya yang berjualan kue di depan kontrakan bi Rita. Hitung-hitung untuk menambah penghasilan. Tidak banyak yang bisa Liasya lakukan untuk membalas jasa bi Rita. Rasanya Liasya hanya bisa menyusahkan saja.

Tidak terasa hari sudah mulai gelap, Liasya juga sudah membereskan tempat-tempat kue yang dia jual. Sembari menunggu bi Rita pulang Liasya memasak makan malam mereka.

"Non Liasya lagi masak apa ?" Ketika Liasya sedang asik mengupas bawang, bi Rita datang dari belakang menghampiri Liasya.

"Ehh bibi udah pulang ?"

"Liasya lagi  masak tempe sambel ijo bi."

"Bibi suka nggak ?"

Sambil tersenyum dan bi Rita mengelus rambut Liasya dengan sayang. "Bibi pasti suka apa yang non Liasya masak."

Liasya pun ikut tersenyum mendengar apa yang bi Rita katakan. "Bi, Liasya bukan majikan bibi lagi, jadi jangan panggil Liasya dengan sebutan non yah bi, panggil Liasya aja !"

"Baiklah, Liasya juga jangan panggil saya bibi, panggil ibu aja, bibi jadi ibunya Liasya. Oke." Sambil menetaskan air mata, Liasya tanpa ragu langsung memeluk bi Rita.

"Ibu hari ini gimana ? Capek nggak ? Biar Liasya pijitin."

"Enggak, Ibu enggak capek, soalnya rumah majikan Ibu itu masih sekolah, tinggal sendiri juga, jadi kerjaan ibu cuman nggak banyak, tadi ada cuman masak, nyuci sama rapi-rapiin aja. Rumahnya besar tapi bersih dan rapi. Katanya kalo mau bersihin rumah, mereka panggil dari luar gitu, setiap satu kali seminggu.

"Ohh iya, besok juga kita akan pindah kesana, kita tinggal disana. Disana kita disediakan tempat tinggal. Supaya kita tidak bayar uang kontrakan lagi. Liasya mau kan ?"

"Apapun keputusan ibu, Liasya bakalan ikutin."

"Baiklah, sekarang kita beres-beres supaya besok tinggal pindah."

                                     ................

Karena hari ini hari minggu, Liasya dan bi Rita bisa langsung berangkat kerumah majikan bi Rita pagi hari.
Mereka menggunakan angkot untuk pergi kesana.

Setelah sampai, mereka langsung dituntun oleh satpam yang ada dirumah itu juga menuju kamar mereka. Walaupun hanya bi Rita saja yang bekerja disini, namun Liasya diperbolehkan untuk tinggal disana.

"Rumahnya besar banget, tapi kenapa yang nempatin satu orang aja yah ?" Ucap Liasya ketika dirinya dan bi Rita menyusun barang-barang mereka ke lemari yang sudah disediakan disana.

"Ibu juga enggak tau, Ibu nggak berani nanya, soalnya mukanya galak." Ucap bi Rita sambil terkekeh.

"Ibu nggak digalakin kan bu ?"

"Enggak kok, tuan itu nggak banyak omong, ngomongnya juga singkat-singkat banget. Dirumah juga jarang keliatan."

Sekarang waktunya bi Rita memasak makan siang untuk tuannya, karena dari pagi majikannya tidak pergi kemana-mana, hanya berada di dalam kamarnya.

Karena belum selesai beres-beres, akhirnya Liasya tinggal dikamar itu untuk menyelesaikannya, sementara bi Rita pergi ke dapur untuk memasak.

Setelah bi Rita selesai memasak, bi Rita naik kelantai dua rumah itu menuju kamar majikannya sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman yang sudah dia masak.

Karena pintunya tertutup, bi Rita mengetok terlebih dahulu pintu kamar itu.

"Permisi tuan, saya bi Rita. Ini saya bawa makan siang tuan. "

"Masuk !"

Setelah bi Rita masuk, bi Rita meletakkan nampannya diatas nakas yang ada sebelah meja belajar tuannya. Entah apa yang dikerjakan oleh tuannya itu dengan laptop yang ada dihadapannya, yang pasti wajah tuannya itu sangat serius sekarang.

Tidak ingin mengganggu, akhirnya bi Rita langsung pergi keluar dari kamar itu. Kembali ke dapur untuk mencuci dan membereskan peralatan masak yang sudah dia gunakan.

Sementara Liasya, karena merasa sangat lelah akhirnya dia tertidur di kamar, setelah membereskan semua barang-barang mereka. Karena merasa lapar akhirnya Liasya terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Tetapi dari siang dia belum makan.

Dengan ragu-ragu Liasya akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari kamar itu, dan menjelajahi lantai satu rumah itu. Karena bi Rita meninggalkan ponselnya di kamar, jadi Liasya tidak dapat menghubungi bi Rita. Sekitar 20 menit mencari, Liasya belum juga menemukan keberadaan bi Rita. Sepertinya bi Rita sedang berada di lantai 2 atau lantai 3 rumah itu. Tetapi Liasya tidak berani naik, karena dirinya belum tau denah dari rumah itu.

Liasya terus melihat-lihat keadaan dilantai satu, dan sampailah dia di dapur. Liasya menjelajah isi dapur, dan mencari keberadaan bi Rita di sana. Namun tidak ada juga.

"Ngapain lo disitu ?" Sedang asik mencari bi Rita, tiba-tiba Liasya dikejutkan oleh suara orang yang berdiri di belakangnya. Liasya pun berbalik untuk melihat orang yang ada dibelakangnya.

"Jayden." Ucap Liasya terkejut.

Jay juga ikut mengerutkan keningnya kaget melihat Liasya berada di rumahnya.
"Lo ngapain dirumah gue ?" Tanya Jayden lagi dengan wajah datarnya.

"Gue...."

"Gue kerja disini."

"Sejak kapan gue mempekerjakan lo ?"

"Bukan gue sih, tapi Ibu gue, bi Rita namanya." Mendengar itu, Jay memperhatikan Liasya dari bawah sampai atas, bermaksud menilai Liasya. Dirinya tidak menyangka bahwa Liasya adalah seorang anak pembantu. Pasalnya Liasya yang dia lihat selama ini adalah seorang anak yang mengenakan pakai bermerk dan mobil mewah.

Setelah memperhatikan Liasya, Jayden mendekat kearah Liasya dan berdiri tepat dihadapan Liasya.
"Kalau mau bergaya, harus sesuai sama kenyataan. Jangan maksa, biar tidak ada yang terbebani. Selama ini gue liat lo pake mobil mewah, barang-barang mahal. Tapi nyatanya lo cuman anak ART. "

"Gue bukan merendahin profesi orangtua lo, supaya lo sadar aja." Ucap Jayden sambil bersedakap dada, dihadapan Liasya.

"Gue tau kok, gue emang selalu nyusahin, gue itu beban bagi semua orang, gue tau Jay, gue tau ! Lo nggak perlu memperjelas semuanya."  Bagiamana pun itu, sekarang Liasya masih sangat sensitif dengan kata kata seperti beban, tidak berguna, menyusahkan dan lain lain, yang bermaksud untuk merendahkannya. Apalagi itu ditujukan langsung kepada dirinya. Dirinya juga belum lama kehilangan Ayahnya, dan rasa bersalah terhadap ayahnya sama sekali belum hilang, malah semakin menganga setiap hari

Jayden menjadi panik sendiri melihat Liasya yang menangis dihadapannya. Dan dari belakang bi Rita buru-buru datang menghampiri Liasya dan memeluk gadis itu. Karena daya tahan tubuh Liasya yang memang sangat lemah, akhirnya Liasya ambruk di pelukan bi Rita.

MAKASIH SEMUA YANG UDAH MAMPIR, MAKASIH YANG UDAH VOTE SAMA KOMEN. SENENG BGT BISA TEMBUS 45K VIEWS. TAPI JGN MLS VOTE JUGA YH

SUPPORT 1 M VIEWS

SAMPAI JUMPA LAGI DI NEXT CHAPTER

PAIPAIIII ❤️








 

TAGAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang