Part 21

14.2K 662 25
                                    

Selamat membaca....
Di vote dulu yahh..







Saat ini Tagama, Kai, Bara, Lian dan Michael sedang berada di kantin luar sekolah yang berada tepat di belakang sekolah Bhakti Nusantara. Mereka berlima sedang membolos dari mata pelajaran sejarah yang sangat membosankan menurut mereka.

Jangan terkejut melihat Tagama yang ikut membolos padahal dia seorang ketua OSIS. Ketua OSIS yang disandangkan kepadanya hanyalah formalitas semata, semua karna perintah Thomas kepada pihak sekolah, untuk mengangkatnya menjadi ketua OSIS.

Tentu saja Thomas memiliki alasan melakukannya. Karena sedari SMP, Tagama adalah orang yang selalu bermasalah disekolahnya, dari hal bolos, berkelahi, melawan guru, terlambat, dll. Setelah SMA kenakalan Tagama juga semakin menjadi. Dia sering mabuk dan juga balapan. Entahlah kenapa Tagama seperti itu. Padahal kasih sayang yang diberikan  orangtuanya sangatlah besar. Tagama tidak kekurangan finansial maupun kasih sayang.

Perjodohan Tagama dan Liasya juga hanya supaya Tagama memiliki pengawasan di sekolah, dan berharap Liasya bisa mengubah sikap pemberontak Tagama. Namun semuanya tidak ada artinya, yang Liasya dapatkan dari perjodohan ini hanyalah sikap kasar Tagama dan juga teman-temannya.

"Kalian ada yang pernah liat Liasya nggak semenjak dia putus dari Taga?" Tanya Michael tiba-tiba, yang dari tadi asik bermain ponsel, sambil sesekali menghisap rokok yang ada diselah-selah jarinya. Memang sudah 4 hari semenjak hubungan mereka batal, Liasya belum menunjukkan keberadaan dirinya di sekolah. Vira pun  sudah kembali sekolah, karena memang Lukanya tidak dalam.

Mereka yang mendengar pertanyaan Michael langsung serentak menatap Michael kemudian berpikir juga, apakah mereka pernah melihat Liasya atau tidak.

"Iya yah, kira-kira dia kemana? Malu kali yah." Timpal Lian

Bara menatap Tagama dengan serius. "Lo tau Ga, Liasya dimana?" Tanya Bara kepada Tagama. Tagama hanya mengedikkan bahunya.

"Gue bukan siapa-siapanya dia, buat tau dia ada dimana sekarang. Mau dia malu, nangis, bahkan mati sekalipun gue nggak peduli." Jawab Tagama dengan kasar.

Bara ingin membalas perkataan Tagama, namun melihat kode dari Kai yang menggelengkan kepalanya, pertanda supaya Bara tidak menjawab lagi, akhirnya Bara pun diam dengan sedikit kesal. Kai paham sekali dengan sifat Tagama yang tidak akan mau kalah baik itu dalam perkelahian ataupun adu mulut.

Jadi sebagai orang yang lebih waras, Bara memilih mengalah. Daripada nanti terjadi perkelahian disitu. "Gue cabut dulu, gue mau mau ke sekolah, ada urusan." Bara yang seperti memang ada urusan langsung mengambil kotak rokok dan juga pemantik yang ada di meja. Kemudian langsung mengantonginya, dan segera membayar pesanan yang mereka pesan di kantin itu.

"Bara nggak mungkin suka kan sama Liasya ?" Setelah kepergian Bara, Lian langsung mengeluarkan pertanyaan yang menjanggal di benaknya.

Tagama yang sedang minum langsung tersedak mendengar pertanyaan Lian.

"Kenapa nggak mungkin, Liasya cantik, baik juga. Bukan hal yang mustahil buat suka sama dia. Jadi kenapa nggak mungkin." Jawab Kai tiba-tiba.

Tagama, Lian dan Michael, tercengo mendengarnya. "Babang Kai mah bisa aja ngelawaknya." Ucap Michael dengan nada centil kemudian memukul lengan Bara dengan manja, seperti banci.

Kai tidak menanggapi lagi, terlalu malas untuk bicara. "Baik lo bilang ? Baik dari mana anjing ?" Tanya Lian geram. Pasalnya yang dia lihat Liasya adalah gadis yang tidak memiliki belas kasihan, walaupun memang hanya kepada Vira saja.

"Kai, serius lo bilang gitu? Dimana letak baik yang lo bilang?" Tagama sampai menjatuhkan bahunya lemas mendengar ucapan yang paling konyol dari Kai.

"Kalo gue cerita juga kalian nggak bakalan percaya." Ucap Kai dengan santai. Yah memang sudah 3 kali Kai memperhatikan Liasya yang sering memberikan makanan, uang, dan bahkan ikut mengumpulkan barang-barang bekas dengan nenek-nenek dan juga 2 anak kecil. Entah siapa mereka, yang jelas Liasya sering bersama mereka.

         

  
                                       ...........

Sudah 4 hari Liasya berada dirumah sakit, yang membawanya tentu Bi Rita, siapa lagi ? Hanya Bi Ritalah yang peduli terhadap Liasya. Saat ini Bi Rita sedang membantu Liasya untuk duduk, karena Liasya baru saya terbangun dari tidurnya. "Makasih Bi"

"Sama-sama non. Non Liasya mau minum ?" Liasya hanya mengganggung lemah dengan wajah yang begitu pucat dan bibir kering dan pecah-pecah. Setelah menimum setegak air putih, Liasya terdiam menatap dinding ruangan rumah sakit dengan tahapan kosong, tidak ada sedikitpun semangat atau binar di matanya.

"Bi, kenapa Liasya masih hidup ?" Tanya Liasya, namun masih dengan tahapan kosongnya ke dinding, tanpa menatap Bi Rita.

Bi Rita langsung memeluk tubuh lemah Liasya dengan hati-hati, takut mengenai luka-luka Liasya. "Jangan bilang gitu non, bibi jadi sedih. Bibi sayang sama non Liasya. Jadi non Liasya harus kuat, harus bertahan yah. Non Liasya orang baik." Bi Rita menatap mata Liasya kemudian mencium kening Liasya dengan sayang.

Setelah dokter mengatakan mereka sudah bisa pulang, Liasya dan Bi Rita langsung pulang kerumah Liasya. Mereka sengaja pulang siang, untuk menghindari Reza. Supaya Reza tidak melihat Liasya yang keluar dari rumah.

Namun memang dunia tidak pernah berpihak kepadanya, mereka menemukan Reza di depan pintu masuk sambil berkacak pinggang, menatap marah ke arah mereka.

Liasya yang awalnya terkejut, pada akhirnya pun hanya menerima takdirnya. Biarkan saja ayahnya berbuat sesuka hati, jika itu memang membuat ayahnya puas.

"Darimana saja kamu hah?" Saat ini Liasya sudah berada tepat dihadapan Reza, disampingnya Bi Rita dengan setia menggenggam tangan Liasya. Liasya hanya diam menunduk tidak berani menatap ayahnya.

"Siapa yang nyuruh kamu keluar dari gudang?" Mendengar itu Bi Rita langsung buka suara. "Maaf tuan, saya yang membawa non Liasya ke rumah sakit. Non Liasya udah sekarang kemaren tuan maafkan saya." Bi Rita langsung berlutut dengan tangan yang terkatup, meminta ampun.

"Saya nanya anak sialan ini, bukan kamu." Balas Reza semakin emosi.

"Maaf Yah." Hanya itu yang bisa Liasya ucapkan. Memang biasanya juga hanya seperti itu, Reza hanya akan semakin menjadi jika Liasya berani menjawab lebih dari itu.

"Argh...saya sangat muak melihat wajah kamu" Reza mengacak rambutnya frustasi, setelah itu langsung pergi meninggalkan rumah itu. Bi Rita langsung bangkit berdiri dan memeluk tubuh Liasya yang sepertinya mulai bergetar ketakutan. Bi Rita langsung memapah bahu Liasya menuju kamar gadis tersebut.

   

                                      ..............
  








TERIMAKASIH YANG SUDAH MAMPIR, JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN

BOLEH REKOMENDASIKAN CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN ATAU SOSMED KALIAN YAH, SUPAYA CERITA INI MAKIN BERKEMBANG.

Kemaren ada yang komen kalo cerita ini mirip sama cerita sebelah, Jadi aku langsung cari judulnya dan baca sekitar 3 chapter, nggak mirip kok, cuman karena tentang perjodohan aja, terus cowoknya sama-sama benci sama flnya. aku nggak tau yh semirip apa di chapter berikutnya karena aku nggak lanjut baca sampe selesai, tpi semoga aja nggak mirip-mirip banget, karena serius, cerita ini hasil dari pemikiranku sendiri. Karena cerita sebelah readersnya udah jutaan, aku jadi takut disangka plagiat. TAPI AKU TEKANIN, CERITA INI BUKAN HASIL PLAGIAT YAH.

Aku juga nggak salahin yang komen kok, cuman aku jadi sedikit takut aja. Semoga kalian selalu nungguin kelanjutan dari ceritanya aku 🤎
Terimakasih.

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA.

KALAU PART INI BISA TEMBUS 100 VOTE AKU LANGSUNG UP XIXI. KALAU ENGGAK, TUNGGUIN AJA SAMPE AKU NIAT UP HAHAHAHH.

TUNGGUIN YAH

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK

PAIIPAIII

TAGAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang