Chapter 21

9.3K 878 24
                                    

Buat kalian yang tertarik untuk beli cerita Mei Ling versi cetak, yuk dicek di bagian ✨Open Po✨

Disana kalian bisa melihat harga, buku novel beserta bonus yang tersedia.

Atau buat kalian yang malas cek maunya aku aja yang jelasin. Boleh.

Jadi cerita Mei Ling ada 2 paket ya.

Paket pintar : Buku novel, tanda tangan penulis, pembatas buku, dan paket kartu kumpulan rumus fisika. (Rp. 135.000,00)

Paket standar : Buku novel, pembatas buku, dan tanda tangan penulis. (Rp. 125.000,00)

Jadi gimana? Berminat? Buat kalian yang berminat, bisa chat di no ini  083170152745 (Nanad) - Order.

Kami order disemua daerah jadi tenang aja ya buat kalian yang merasa daerahnya jauh.

Yuk ayuk buruan beli jangan sampai ketinggalan:))

______

Seumur hidup Mei, dirinya tak dapat menyangka akan menikah di umur yang masih terbilang muda.

Setelah melakukan banyak adat serta tetek bengek ritual pernikahan yang sejujurnya tidak Mei ketahui, akhirnya Quan dan Mei resmi dan sah menjadi sepasang suami istri.

Quan membimbing Mei dan membawanya di hadapan Baginda Kaisar dan Ibu Ratu.

"Salam Ayah Kaisar. Salam Ibu Ratu."

Quan dan Mei serempak memberi hormat serta berlutut di hadapan Baginda Kaisar serta Ibu Ratu.

Mei dengan anggunnya memberi salam serta tersenyum manis seperti ajaran dari guru utusan Ibu Ratu.

"Bagaimana? Menyenangkan bukan?" bisik Quan sembari duduk di atas kursi yang sudah disiapkan untuk pasangan pengantin baru itu.

Mei menoleh dan tersenyum masam menanggapi bisikan Quan, "Ya mau bagaimana lagi, lumayan." jawab Mei dengan santai.

Quan menatap datar Mei dan mengalihkan pandangannya sembari berdecih tak senang mendengar jawaban Mei.

Saat ini Mei sedang berusaha menutupi kegugupannya. Rasanya seperti ingin mati saja.

"Para hadirin tamu undangan. Silahkan menikmati hidangan yang telah kami sediakan!" 

Suasana sangat meriah. Di tambah lagi dengan alunan musik serta para penari yang menghibur para tamu membuat kemeriahan semakin berlipat ganda.

Tak hanya itu, hidangan yang disediakan sangat mengugah selera makan Mei dan benar saja tanpa tahu malu Mei dengan lahapnya makan mengabaikan tatapan aneh dari Quan.

Bahkan dalam sekejap, Mei lupa ajaran yang disampaikan gurunya itu.

Mei dapat merasakan tatapan tajam dari para gadis. Tidak bukan hanya para gadis saja, Mei rasa hampir seluruh penduduk kota Yucheng tidak menyukainya.

Kesialan apa yang menimpamu wahai Mei Ling. batin Mei.

"Apa kau ingin menari bersamaku?" tanya Quan.

Mei melihat Quan dengan tatapan malasnya. Jangankan menari, di zaman modern berdansa saja dia tidak tau.

"Tidak terima kasih." tolak Mei dengan cepat.

"Baiklah kalau begitu aku akan menari dengan gadis lain saja."

"Silahkan." balas Mei dengan santai.

Quan mengeram kesal tidak senang dengan jawaban yang dilontarkan Mei. Bagaimana tidak, wanita yang telah resmi menjadi istrinya malah mengizinkan suaminya bersama wanita lain. Aneh sekali.

Quan yang awalnya berdiripun langsung mendudukkan bokongnya dengan kasar.

"Kakak Quan!"

Mei menoleh dan mendapati seorang gadis yang lebih muda darinya dengan wajah yang sangat imut berlari kecil berhamburan memeluk Quan dengan manja.

"Kakak Quan kau tampak sangat tampan sekali!" puji Wuan Chu, anak Penasihat Kaisar.

"Hn." jawab Quan dengan singkat.

"Aku terkejut ternyata wanita yang kakak pilih itu kakak Mei, aku pikir kakak Cuang Yarou." ujar Wuan.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Quan dengan raut wajah tak senang.

"Ya habisnya kak Cua itu lembut dan anggun di tambah lagi sangat pandai bermain kecapi. Bahkan kak Cua tak segan-segan mengajariku bermain kecapi." jelas Wuan panjang lebar.

Cih dasar bocah sialan. geram Mei Ling.

"Pergilah!" usir Quan.

"Kenapa? Aku masih ingin di sini bersama kakak Quan." tolak Wuan.

"Aku bilang pergi!" geram Quan.

Wuan tampak cemberut dan pergi meninggalkan keduanya. Mei dapat melihat sekilas tatapan tidak suka dari wajah Wuan.

Seperti biasa, Mei hanya bisa mengabaikannya. Bagai Mei, Wuan hanyalah anak kecil jadi tidak repot untuk mengurusnya kalau sewaktu-waktu dia menganggu Mei.

"Maaf ucapannya sebelumnya, dia masih kecil." ujar Quan.

"Tidak masalah. Lagi pula yang dikatakannya memang benar seharusnya kau memilih gadis yang berbakat bukannya aku!" balas Mei Ling.

Tiba-tiba Quan memegang pergelangan tangan Mei dan meremasnya membuat Mei meringis kesakitan.

______

Princes (M) Einstein - [Open Po]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang