Chapter 12

10.3K 1K 19
                                    

Tapi ucapan terakhir Huo sukses membuat Mei bertanya tanya. Sejenak Mei sempat berpikir, apakah Huo Ling seorang indigo? Apakah orang indigo itu nyata?

"Hei dengar ya penguntit! Aku bukan roh sesat! Memang nya kau tau dari mana kalau adikmu sudah meninggal?" tanya Mei.

Huo terkekeh mendengar pernyataan Mei Ling. Entah kenapa baginya itu sangat lucu.

"Aku ini seorang petapa. Apa kau tidak tau? Ah aku lupa kau bahkan bukan adikku karena itulah kau tak tau siapa aku sebenarnya. Aku mempelajari ilmu dalam sejak kecil saat kakek ku masih hidup. Asal kau tau saja, aku sangat mengenal roh adikku!" jelas Huo panjang lebar.

"Aku juga mengenal seorang pria yang ternyata roh yang di dalam tubuhnya bukan lah roh tubuh itu melainkan roh orang lain!" sambung Huo.

Berarti bukan aku saja ya? batin Mei.

Mei diam sesaat. Mei berpikir, menyembunyikan identitas nya di depan Huo saat ini atau berdrama akan sia sia saja. Mei tau, orang di zaman kuno memang ahli ilmu dalam jadi dirinya tak heran melihat Huo Ling tau kalau dirinya bukan Mei Ling.

"Baiklah aku mengalah. Yang kau katakan itu memang benar. Tapi asal kau tau saja, aku bukan roh sesat! Jaga ucapanmu!" ujar Mei mengalah.

"Siapa kau?" tanya Huo.

"Aku Jenica Natalie. Aku dari masa depan. Aku tidak tau kenapa aku bisa berada di tubuh Mei Ling. Semasa aku masih hidup, aku sedang membuat percobaan di laboratorium bersama teman-temanku tapi tiba-tiba terjadi ledakan besar di laboratoriumku dan sialnya aku meninggal. Tapi saat aku terbangun, aku malah berada di tubuh gadis yang menyedihkan ini. Apa kau tau? Hampir setiap hari aku mengalami melihat inggatan masa lalu adikmu itu sampai otakku sakit sekali. Dan juga, setiap hari aku harus merasakan sakit kepala seperti ditusuk beribu ribu jarum. Sepersenpun aku tak menginginkan tubuh ini." jelas Mei Ling.

Huo terdiam dan menyimak penjelasan Mei Ling. Lama keduanya terdiam sampai pada akhirnya Huo membuka suara.

"Apakah kau akan kembali di zaman mu itu?" tanya Huo.

Mei terkejut mendengar pertanyaan Huo yang tidak masuk akal.

"Aku ingin dan mencoba mencari jalan keluarnya. Tapi aku tak yakin sepersen pun tubuhku di masa depan masih utuh dan aku ragu kalau Mei Ling kembali atau tidak." jelas Mei Ling.

Huo mengusap wajahnya gusar. Mei dapat melihat raut kekecewaan di wajah Huo Ling. Tapi mau bagaimana lagi, Mei bahkan binggung harus bagaimana dan melakukan apa karena dirinya juga terjebak di zaman kuno.

"Kenapa kau begitu cemas? Bukan kah kau tak menghiraukan Mei Ling semasa hidupnya?" tanya Mei.

"Kata siapa?" geram Huo.

"Menurut ingatan Mei Ling mengatakan kalau kau Huo Ling tak pernah menghiraukan nya sedikitpun. Kau tak membela nya saat dia dibully habis habisan oleh Mia Ling, justru kau bersikap cuek kepadanya." jelas Mei.

"Kau tidak tau apa-apa dan sebaiknya kau diam saja!" desis Huo penuh penekanan.

Mei sapat melihat raut kesedihan yang tergambar jelas di mata Huo. Tapi mau bagaimana lagi, menyesal tak ada gunanya. Memohon kepada Dewa sekalipun Mei tak akan bangkit kembali.

Lebih baik membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu!.

"Huaammm... Dasar bodoh! Jangan menyesali apa yang terjadi di masa lalu karena itu tak berguna sama sekali. Lebih baik kau memperbaiki semuanya dan membuka lembaran baru." nasehat Mei.

Huo menatap Mei dengan tatapan penuh arti. Huo mengerti apa maksud dari perkataan Mei tapi entah kenapa hatinya terasa berat untuk menerima semuanya.

"Baiklah. Aku menerimamu sebagai adikku. Ayo kita buka lembaran baru, Mei Ling!"

Huo menampilkan senyuman hangatnya yang sukses membuat Mei ikutan tersenyum. Menurut Mei, Huo merupakan seorang kakak yang peduli tapi dirinya tak bisa mengekspresikan itu dan terus mengabaikannya.

"Ya ya baiklah kakak." jawab Mei Ling.

Keduanya turut tertawa bersama. Huo menyadari kesalahannya di masa lalu oleh karena itu Huo berusaha memperbaikinya bukan malah menyesalinya.

_______

Princes (M) Einstein - [Open Po]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang