Ayokk vote & komen ya 😉
"Aku suka sama kamu. Kamu mau ga jadi pacarku?"
Sebuah kalimat yang paling ingin Karin dengarkan semenjak dia mengenal dan dekat dengan pemuda bernama Ajisaka Ibrohim, akhirnya tidak disangka-sangka malam ini lolos juga dari bibir cowok tersebut yang membuat Karin berdebar dalam keheningan layaknya seorang gadis remaja yang baru pertama kali mengenal cinta.
Bahkan lantunan lagu yang terdengar sekarang pun seakan selaras dengan ungkapan hati pemuda yang selama ini memenuhi mimpinya, seolah-olah memang sudah dipersiapkannya secara matang untuk momen istimewa ini.
Haruskah Karin menjawab Ya sekarang? atau dia ingin bertaruh sekali lagi dengan pemuda ini?
Tolong siapapun katakan pada Karin jangan suka bertaruh dengan perasaan seseorang atau nanti dia akan menyesal selamanya.
Tapi sayangnya keinginan itu muncul terlalu dominan di kepala gadis tersebut meskipun hatinya sudah menentangnya mati-matian.
Kalau ga sekarang kapan lagi?
Karin menunduk menatap jemari mereka yang saling bertautan, rasanya sungguh nyaman jika bisa mengenggam tangan itu - selamanya.
Tapi bagaimana kalau keputusan yang diambilnya nanti justru membuatnya kehilangan kesempatan untuk meraih tangan itu lagi.
Karin pun mengatur napasnya sejenak.
Matanya sudah diposisikan kembali untuk menatap Aji yang masih dengan setia menunggu jawaban darinya.
"Aji, maaf ya aku belum bisa jawab sekarang," sebuah keputusan yang bertentangan antara hati dan kepala Karin akhirnya terucap juga dari bibir gadis tersebut.
Aji terdiam.
Tak dapat dipungkiri ada raut kekecewaan yang terulas di wajah tampan pemuda itu, yang membuat Karin sebenarnya menyesali keputusannya tadi, namun berusaha ditahan demi tujuannya.
"Aku kecepetan ya Rin?" sorot mata Aji masih menuntut mungkin saja Karin akan berubah pikiran.
Karin masih terdiam sambil mengigit bibir bawahnya.
Aji lantas tersenyum kecil sembari menepuk - nepuk pelan punggung tangan Karin. "Gapapa kok kalau belum bisa jawab sekarang, aku bakal tunggu sampai kamu siap. Kapanpun itu," ujar Aji yang membuat Karin diam-diam bernapas lega karena pertaruhannya tidak sia-sia.
Sorry ya Ji, aku mesti jual mahal kayak gini supaya kamu tidak menganggap ku mudah dimiliki dan akhirnya benar - benar menyadari arti keberadaanku di hatimu. Hanya aku, bukan yang lain.
Karin pun ikut tersenyum tipis. "Makasih. Sorry ya," sesalnya.
Aji mengangguk lalu berangsur-angsur mengurai genggaman tangan diantara mereka untuk melanjutkan mengemudi kembali.
Karin pun menyandarkan punggungnya di jok untuk mengatur kembali debaran jantungnya sembari menikmati alunan lagu yang masih berkumandang dari audio mobil, hingga secara tak terduga ada sebuah tangan yang mengelus kepalanya dengan lembut, seraya berkata. "Jangan lama-lama ya," ucap Aji sambil diselipi kedipan matanya, saat Karin reflek menoleh kearah si pemilik suara.
Mampus! lo kalah kalo nge-iya-in sekarang - rutuk Karin dalam hati, ingin rasanya saat itu juga melebur ke dalam pelukan pemuda tersebut.
🌿
Sekitar pukul 22.30 malam, akhirnya Karin sampai dirumah dan ternyata orangtuanya sudah terlelap tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi di Demonstrasi [JINRENE] (TAMAT√)
KurzgeschichtenKarin cuma bisa diam terpaku dalam dekapan pemuda yang sudah menolongnya kala ada kerusuhan demonstrasi mahasiswa saat itu. Hanya aroma tubuh dan suara pemuda berjas almamater kuning itulah yang selalu terngiang-ngiang dalam benaknya saat mereka ak...