"Gapapa kan?" tanya Aji dengan posisi tangannya masih menahan berat tubuh Karin yang mendadak rubuh kebelakang dan malah berakhir dengan bersandar di dadanya.
"I - iya," Karin menjawab dengan suara agak terbata seraya berangsur menegakkan kembali posisi tubuhnya saat tangan Aji juga mulai mengendur dari pinggangnya. Gadis itu kemudian berdiri dihadapan Aji sambil tersenyum canggung sembari membenahi atasan blouse-nya yang sedikit berantakan.
Untung saja di deretan koridor itu hanya menyisakan mereka berdua disana, andai saja ada orang lain yang melihat, pasti keduanya akan diusir oleh petugas perpustakaan karena dianggap sedang berbuat mesum.
Gue ga mimpi kan? Aji deg-deg-an? - batin Karin saat merasakan debaran jantung pemuda itu merambat halus di area punggungnya tadi.
Sambil menghela napas untuk menutupi rasa gugupnya, Aji lalu beringsut sedikit maju ke depan untuk meraih buku yang belum sempat diambilnya tadi. Keningnya bahkan sampai mengernyit saat matanya sekilas membaca judul buku tersebut.
"Kamu mau baca buku ini?" tanyanya dengan raut wajah heran saat menyerahkan buku yang dipegangnya kepada Karin.
"Iy-ya, kenapa?" jawab Karin saat menerima buku tersebut tanpa melihat covernya terlebih dahulu. Gadis itu masih belum menyadari nada menyelidik dari pertanyaan Aji barusan.
"Gapapa," jawab Aji. Dia pun terdiam sesaat, "Emang siapa yang hamil Rin?" cowok itu akhirnya bertanya kembali karena tidak tahan juga dengan rasa penasaran yang membuncah di benaknya.
"Hamil?" Karin tidak mengerti maksud ucapan Aji.
"Buku," balas Aji sambil menunjuk kearah buku yang dipegang Karin.
Karin lantas buru-buru membaca judul buku yang dipegangnya itu. Matanya sontak melebar saat mengetahui kalau buku yang dibawanya ini adalah buku tentang perawatan kehamilan dan menyusui.
Duh, ya ampuun! - Rutuk Karin dalam hati merasa sangat malu.
Karena saking groginya saat Aji memergoki dirinya yang sedang mencuri pandang kearahnya tadi, Karin pun tanpa pikir panjang langsung mengambil buku apapun yang ada didekatnya. Dia tidak menyadari kalau rak yang ditujunya itu justru berisi koleksi buku-buku untuk mahasiswa ilmu kesehatan.
"Ahhh, kakak iparku yang hamil. Dia pengen banget baca buku ini katanya," ujar Karin sambil tersenyum kaku, secepat mungkin otaknya mencari jawaban yang tepat untuk meminimalisir suasana awkward yang mendadak muncul diantara mereka. Karin hanya takut kalau Aji sampai salah paham dan mengira dirinya-lah yang membaca buku ini
"Ohhh," seperti ada perasaan lega dari suara gumaman yang dikeluarkan oleh Aji, entah kenapa tadi sempat terlintas pikiran negatif tentang gadis itu di kepalanya. "Kakak ipar?" tanyanya lagi untuk memastikan.
Karin mengangguk.
"Heem. Kamu inget kan abangku yang jemput aku pas di mall? nah, istrinya itu lagi hamil anak pertama mereka," ucap Karin berusaha meyakinkan Aji. Dalam hati, dia minta maaf banget sama abangnya karena sudah mencatut namanya untuk membuat sebuah kebohongan. Sorry ya bang lo gue nistain.
Aji manggut-manggut. Dengan sedikit menunduk, cowok itu malah tersenyum kecil. "Kirain," ucapnya pelan.
Meskipun diucapkan cukup lirih, tentu saja Karin masih bisa mendengarnya. Apalagi saat gadis itu melihat ekspresi wajah Aji yang tampak seperti sedang meledeknya, membuat Karin melayangkan tatapan protes kearah cowok tersebut.
"Kirain apaaaa?" tanyanya dengan nada sedikit merajuk sambil tangannya reflek memberi cubitan kecil ke lengan cowok yang berada disebelahnya itu.
Aji yang tertangkap basah, malah semakin melebarkan senyumnya tanpa berniat sedikit pun untuk menghindar dari serangan tiba-tiba yang dilancarkan oleh Karin kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi di Demonstrasi [JINRENE] (TAMAT√)
Short StoryKarin cuma bisa diam terpaku dalam dekapan pemuda yang sudah menolongnya kala ada kerusuhan demonstrasi mahasiswa saat itu. Hanya aroma tubuh dan suara pemuda berjas almamater kuning itulah yang selalu terngiang-ngiang dalam benaknya saat mereka ak...