Setelah menempuh perjalanan hampir 40 menit lebih dari kampusnya di Tangerang akhirnya Karin dan Gita sampai di kampus Trisakti, tempat yang menjadi titik kumpul kegiatan demonstrasi hari ini.
Ternyata disana sudah berkumpul ribuan mahasiswa/i dari berbagai universitas se-Indonesia, bukan hanya se-Jabodetabek seperti yang dikatakan bang Andre. Berbagai macam orang yang memakai jas almamater beragam warna disertai membawa spanduk yang bertuliskan berbagai kalimat dan atribut bendera himpunan sudah memenuhi pelataran titik kumpul.
Rencananya nanti selepas ashar, para mahasiswa akan melakukan long march dengan berjalan kaki menuju ke gedung DPR/MPR dan Istana Merdeka.
Gita yang sedari tadi celingukan mencari rekan-rekannya yang lain, akhirnya melihat bus yang membawa rombongan mulai masuk ke area parkir. Setelah memastikan, Gita dan Karin pun menghampiri mereka untuk bergabung bersama yang lainnya.
Setelah menunggu hampir 30 menit, para demonstran mulai bergerak menuju Senayan. Karin dan Gita mau tidak mau akhirnya juga ikut berjalan bersama rombongan yang lain daripada hanya menunggu di titik kumpul. Karena setelah mereka melihat keadaan sekitar, kalau tetap bertahan di Trisakti sepertinya hanya tinggal mereka berdua saja yang berjenis kelamin perempuan diantara puluhan para pria yang ada disana.
"Semoga demonya berjalan aman ya Git, rada ga enak nih perasaan gue," kata Karin saat mereka berjalan bersama dan bergandengan tangan satu sama lain. Dia hanya takut kalau mereka sampai terpisah ditengah lautan manusia.
"Duh, jangan ngomong gitu dong Rin. Udah, positif thinking aja, yang penting kita jangan jauh-jauh dari rombongan," ucap Gita berusaha menenangkan sahabatnya. Sebenarnya dia sendiri juga merasa cemas setengah mati karena ini merupakan aksi demonstrasi pertama yang diikutinya.
Setelah long march hampir 1 jam, sekarang ribuan mahasiswa/i sudah memadati ruas jalan utama di sekitar kawasan gedung DPR/MPR. Dari jarak 1 km, para demonstran sudah dihadang oleh ribuan petugas gabungan dari TNI/Polri yang bertugas mengamankan gedung DPR dan obyek vital disekitarnya. Puluhan mobil water cannon dan pagar berduri sudah disiapkan untuk menghadang para demonstran bila nantinya mereka mencoba merengsek masuk kedalam gedung DPR.
Tuntutan demonstran yang diwakili oleh para Ketua BEM yang tergabung dalam aliansi mahasiswa seluruh Indonesia mulai menyerukan orasinya didepan gedung DPR/MPR. Beberapa bahkan ada yang naik keatap bus agar suara mereka bisa terdengar jelas oleh seluruh demonstran yang hadir. Sambil menunggu perwakilan dari dewan menemui para pendemo, suara sahutan yel-yel tidak berhenti bergema di seantero jalanan yang dilewati oleh para demonstran.
Beberapa demonstran yang sebagian besar adalah mahasiswa/i sembari mendukung rekannya berorasi, tak jarang juga banyak yang terlihat sedang berselfi maupun berfoto secara bergerombol untuk mengabadikan momen tersebut. Bisa jadi kejadian hari ini, akan menjadi kesempatan sekali dalam seumur hidup mereka saat menjadi mahasiswa saat ini.
Berbeda dengan yang lain, saat ini Karin, Gita dan beberapa rekan kampusnya memilih untuk duduk beristirahat dibawah pohon peneduh yang ditanam disepanjang trotoar yang ada di seputaran jalan menuju gedung DPR sambil mengamati situasi disekitar.
"Eh, sumpah itu Ketua BEMnya kampus jaket kuning keren abis ya. Kebanting banget si Jimy ada disebelahnya," celetuk Mona salah satu anak BEM sambil arah matanya tertuju kepada rombongan perwakilan mahasiswa yang sedang berorasi.
Gita yang sedang duduk ngangkang sambil mengipasi dirinya dengan kertas yang dipungutnya dari jalanan, tiba-tiba merasa jengah dengan perkataan rekannya. Dia tidak terima cowok yang dia idolakan diremehkan seperti itu.
"Ga usah dibanding-bandingin lah, mereka bisa ada di posisi Ketua, pasti punya kelebihan masing-masing. Lagian ya, kita tuh harusnya bangga sama temen kita bukannya malah ngeremehin," sanggah Gita dengan nada sedikit ketus mengomentari perkataan Mona.
"Ih, kok jadi lo yang sewot? naksir ya lo ama Jimy?"
"Eh Mon, ini bukan masalah naksir ga naksir ya. Gue cuma ga suka aja ada temen yang malah ngejelekin temennya sendiri. Lo kalo mau kagum sama seseorang ya cukup kagum aja, ga perlu tuh pake ngejatuhin yang lain," balas Gita semakin ketus.
Karin yang merasa Gita sudah dalam mode senggol bacok, lalu menyentuh lengan sahabatnya itu dan mengingatkannya agar lebih tenang.
Mona dan temannya yang merasa kesal dengan perkataan Gita, memilih untuk meninggalkan mereka berdua dan berpindah ketempat yang lain.
"Ciee, yang bucin garis kerasnya Jimy," goda Karin sambil menyenggolkan bahunya ke bahu Gita.
"Apaan sih, siapa juga yang bucin? gue emang kesel aja dari dulu ama mulutnya si Mona tuh.
"Kesel apa kesel?" lanjut Karin masih menggoda sahabatnya.
"Diem deh lo, gue tinggal juga nih!" ancam Gita yang sudah bersiap mengangkat bokongnya untuk berdiri, tapi dengan secepat kilat almetnya ditarik oleh Karin membuatnya terduduk kembali.
"Ailah neng, gitu aja ngambek? selow dong selow," rayu Karin sambil menggelitiki dagu Gita, menganggapnya seperti anak anjing yang menggemaskan.
Gita malah diam menurut. Lucu banget ini cewek berdua.
"Eh, cowok lo kemana Rin? gue galiat dari tadi," tanya Gita.
"Ga tau," jawab Karin singkat.
"Dia ga WA?"
Karin menggeleng.
"Ya udah, di WA gih!"
"Ogah"
"Lah?"
"Paling juga lagi sok sibuk"
Gita manggut-manggut setuju dengan perkataan Karin. Entah kenapa dia juga merasa Ruben yang posisinya sebagai Kepala Divisi Sospol, kok sibuknya malah melebihi Jimy yang jelas-jelas adalah Ketua BEM mereka.
"Rin, sory nih. Lo ngerasa Ruben masih ambis ga sih? kalo gue sih mikirnya dia masih ga rela gitu gagal jadi Ketua BEM."
"Banget, kesel gue kadang-kadang"
"Coba lo nasehatin deh."
"Males. Udah sampe berbusa ni mulut minta dia buat legowo dan menyadari posisinya. Tapi ya tetep aja ngeyel, malah gue yang dibilang ga ngedukunglah apalah," cerocos Karin menumpahkan unek-uneknya tentang sang pacar.
Gita mengangguk paham. Bukan karena dia menyukai sang Ketua BEM sehingga mempunyai pikiran negatif tentang Ruben, tapi memang itulah yang sering dia rasakan. Terkadang saat mereka sedang rapat membahas sesuatu di BEM, entah kenapa Ruben itu seperti berusaha menyerang dan memprotes gagasan Jimy dengan cukup agresif.
"Terus lo mau gimana ama dia? putus?" tanya Gita ngawur.
"Maybe"
"Eh? seriusan?" tanya Gita lagi, sekarang dia terlihat terkejut sambil menatap lekat mata sahabatnya.
Karin hanya memberikan senyuman kecil yang sulit diartikan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bersemi di Demonstrasi [JINRENE] (TAMAT√)
KurzgeschichtenKarin cuma bisa diam terpaku dalam dekapan pemuda yang sudah menolongnya kala ada kerusuhan demonstrasi mahasiswa saat itu. Hanya aroma tubuh dan suara pemuda berjas almamater kuning itulah yang selalu terngiang-ngiang dalam benaknya saat mereka ak...