Xiaojun bergerak resah dan tak nyaman. Waktu telah menunjukan pukul 12.58 tapi ia belum bisa tertidur juga. Mark jangan ditanya ia sudah sampai ke kanada sepertinya.Alasan Xiaojun tak bisa tidur adalah karena bayinya sejak tadi tak mau diam, terus-terusan menendang. Sebenarnya sudah sejak 3 hari yang lalu Xiaojun mengalami ini, dan dokter bilang itu merupakan Braxton Hicks atau Kontraksi palsu (aku ga begitu paham jadi kalo salah maaf😭).
Iya, usia kandungan Xiaojun sudah mendekati minggu terakhirnya. Kira-kira 2 minggu lagi jadwal operasinya telah dintentukan untuk mengeluarkan si bayi.
"Baby... kamu udah gasabar keluar apa gimana? tapi ini udah malem sayang biarin Dadda tidur ya? hm?"
Dengan lembut Xiaojun mengelus perut buncitnya sambil menyanyikan sebuah lullaby dan hal itu ternyata berhasil membuat sang bayi diam.
Lantas Xiaojun yang tadi bersandar pada kepala ranjang segera berbaring di samping suaminya. Ia mendekat dan memeluk Mark yang dengan otomatis Mark membalas pelukannya walau matanya tetap terpejam. Dan tanpa menunggu waktu lama Xiaojun pun ikut terbang ke alam mimpi.
Keesokan hari nya ketika bangun di pagi hari Xiaojun merasakan kontraksinya yang semakin kuat, karena kesakitan ia pun lantas meremas lengan Mark yang masih melingkar pada perutnya dengan kencang. Hal itu membuat Mark terbangun dari tidurnya.
"kenapa sayang?" Mark bangun dan melihat Xiaojun yang seperti menahan sakit.
"sakit perutnya? mau ke rumah sakit aja?" Mark bertanya khawatir.
"iya kontraksinya makin sering makanya sakit" Xiaojun menjawab ketika kontraksi yang dialaminya telah usai.
"yaudah kita ke rumah sakit aja ya?" Xiaojun malah menggeleng.
"jeda nya masih 15 menit sekali lagipula aku kan caesar lahirannya"
"ya justru karena caesar kan kamu bisa lahiran kapan aja kata dokter sayang. Udah ya kita siap-siap ke rumah sakit aja sekarang biar lebih jelas. Ayo aku bantu siap-siap" Xiaojun merengut, padahal dia itu ingin lahiran 2 minggu lagi karena memang tanggalnya yang telah ia siapkan.
Iya pas banget anaknya itu harusnya bisa lahir di bulan agustus yang mana merupakan bulan kelahiran ia dan Mark. Dan Xiaojun telah menentukan bahwa anaknya akan lahir pada tanggal 5 Agustus yang mana kalau dilihat di kalender tanggal 5 itu berada di tengah-tengah dari tanggal 2 Agustus sampai 8 Agustus. (astaga semoga ngerti ya hiks)
Mark yang melihat Xiaojun hanya diam sambil duduk di pinggir ranjang mereka pun lantas berlutut di depan perut besar Xiaojun.
"baby liat tuh dadda nya ngambek, padahal kan baby pasti sudah gasabar ya liat daddy sama dadda?" Mark berbicara di depan perut Xiaojun sambil memegang sisi pinggang Xiaojun dengan kedua tangannya.
Hal itu berhasil membuat Xiaojun terkekeh.
"udah yuk kita siap-siap oke?" Xiaojun pun mengangguk menuruti dan mengikuti Mark yang menggandengnya sampai ke kamar mandi.
Semenjak hamil besar memang Mark lebih protektif. Kalau ke kamar mandi Xiaojun gaboleh sendirian. Ketika kerja Mark selalu bergantian menyuruh YangYang sepupu Xiaojun atau Taeyong sang kakak untuk menemaninya. Ia tak ingin sesuatu terjadi pada Xiaojun dan calon bayinya tentu saja.
Mark dengan telaten membantu Xiaojun mencuci muka yang padahal Xiaojun bisa melakukannya sendiri.
Setelah selesai siap-siap mereka pun segera berangkat menuju Rumah sakit tempat biasa Xiaojun mengontrol kandungannya yang mana Rumah sakit tersebut juga merupakan tempat kerja Mark.
Sampai di rumah sakit ternyata kontraksi yang di alami Xiaojun pun makin sering intensitas waktunya, maka dokter pun menyarankan agar malam ini operasi bisa dilaksanakan.
Keduanya pun setuju, maka Xiaojun sudah mulai puasa dan di infus.
Mark dengan setia selalu berada di samping Xiaojun dan bersedia menyerahkan lengannya untuk Xiaojun remas kalau-kalau ia merasakan sakit akibat kontraksi lagi.
"aku deg-degan" Ujar Xiaojun sambil terus mengelus lembut perut besarnya.
"kalo ada terjadi sesuatu pokoknya selamatin baby nya ya" Xiaojun mulai overthinking.
Sebenarnya sudah sejak awal memasuki bulan ke sembilan acap kali Xiaojun selalu mengatakan hal itu. Jujur Mark tak suka. Tapi ia mencoba memahami dan selalu meyakini Xiaojun bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"tenang aja, baby kita pasti lahir dengan selamat begitu juga kamu. Jangan khawatir, kan kita janji buat besarin baby sama-sama" Mark tersenyum menenangkan sambil sesekali mencium tangan Xiaojun, walau sebenarnya dalam hati ia pun sama deg-degannya.
"makasih ya daddy" Xiaojun meraih tangan Mark dan menggenggamnya lembut.
"aku yang harusnya banyak berterima kasih sama kamu" Mark mengecup kening Xiaojun dengan lembut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Saat ini jam telah menunjukkan pukul 06.30 yang mana kira-kira 30 menit lagi Xiaojun akan dibawa ke ruang operasi.
Tak dapat dipungkiri dirinya makin gugup dan sejak tadi terus-terusan menangis. Bahkan ia berkali-kali mengucapkan terimakasi dan maaf pada ibu nya karena baru merasakan ternyata beginilah yang ibu nya rasakan dulu ketika akan melahirkannya ke dunia.
"jangan nangis sayang.. kamu bisa kok ya? aku juga kan bakal terus di samping kamu" Mark memeluk Xiaojun yang masih sesenggukan di atas ranjang tersebut. Sang ibu mengangguk membenarkan ucapan Mark.
Tak lama beberapa suster datang untuk menjemput Xiaojun dan membawanya ke ruang operasi.
Setelah berpamitan pada orang tuanya dan juga orang tua Mark, ranjang Xiaojun pun di dorong keluar. Mark tetap setia mengikuti karena dokter pun mengizinkan dirinya untuk ikut masuk saat operasi berlangsung nantinya.
Xiaojun telah berada di meja operasi dan ia sudah disuntikkan anestesi pada bagian perut kebawahnya sehingga ia tak lagi merasakan apapun.
Keringat dingin mulai muncul pada seluruh tubuhnya dan Mark dengan setia terus menggenggam tangannya dan membisikkan kalimat-kalimat cinta serta meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja sambil sesekali mengecup kening Xiaojun.
Setelah beberapa jam akhirnya ruangan tersebut dipenuhi oleh tangisan seorang bayi yang mana membuat Xiaojun dan Mark meneteskan air mata haru.
"selamat! bayi kalian laki-laki dan terlahir normal tanpa cacat sedikitpun" Sang Dokter membawa bayi mereka yang masih berlumur darah tersrbut dan meletakkannya di atas tubuh Xiaojun.
"hai sayang selamat datang di dunia. Makasih ya kamu udah berjuang selama ini di dalam perut Dadda" Xiaojun menciumi sang bayi sambil berlinang air mata.
"Daddy gamau nyapa baby?" Xiaojun menoleh pada Mark yang lantas membuat Mark mendekat pada keduanya.
"Selamat datang cintanya Daddy dan Dadda, Lee Chaka!" Mark pun tak kuasa menahan tangisnya saat sang bayi menggenggam jarinya dengan tangannya yang sangat mungil.
Setelah sang bayi dibawa untuk di bersihkan oleh seorang suster, Mark pun kembali mendekat pada Xiaojun dan menghujani wajahnya dengan ciuman.
"I love you Dadda, terimakasih udah memberikan hadiah terindah buat aku yaitu melahirkan Chaka ke dunia"
TBC
Guys maafin kalo banyak istilah yang salah atau apapun itu karena emang aku gapaham pasti ya cuma modal googling aja 😭
Ohiya aku sih sebenernya pengen up setiap hari tapi kalo ada ide jadi ditunggu aja ya😀
kalo ga up hari itu ya dua kemungkinan antara lupa atau emang lagi gaada ide 🤣Dua chapter lagi kali ya kita reveal alasan mereka pisah? 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
After Divorce (MarkXiao)
Fanfiction"kita sama-sama besarin chaka dengan kasih sayang ya walaupun keadaan dan status kita udah ga sama lagi" - Xiaojun "Gimana bisa aku nemuin bahagia lain kalo nyatanya bahagianya aku itu kamu dan chaka"- Mark