Yang orang-orang lihat setelah Xiaojun berpisah dengan Mark mungkin adalah ia terlihat lebih bahagia. Tapi nyatanya apa yang terlihat oleh orang-orang kadang tak sama dengan aslinya.Chaka adalah alasan Xiaojun bahagia dan tersenyum semenjak perpisahannya juga Chaka yang selalu menghiburnya kala ia sedih mengingat calon anak keduanya.
Tapi tetap saja, bagaimanapun juga Chaka itu hanyalah anak berusia 5 tahun yang terkadang masih bingung kenapa Daddy dan Dadda nya harus tinggal terpisah.
Xiaojun selalu merasa sedih dan melukai hati Chaka tiap kali sang anak bertanya
"kenapa Daddy harus tinggal pisah dengan kita?"
"Daddy gabisa tidur bertiga lagi ya sama Dadda dan Chaka?"
Dan masih banyak pertanyaan yang hampir serupa tiap kali Chaka akan pergi tidur.
Xiaojun juga menyimpan sedih yang mendalam, apalagi ia masih tetap tinggal di rumah dimana dulu ia menghabiskan waktunya bersama mantan suaminya tersebut.
Jujur saja begitu banyak memori dan kenangan indah yang ia simpan bersama Mark. Xiaojun tak menampik hal itu.
Bahkan pernah ia beberapa kali memasak makanan lebih karena ia lupa kalau Mark sudah tak lagi tinggal bersama mereka.
Tapi tetap saja kadang masih ada luka di hatinya tiap ia melihat kembali satu-satunya foto USG anak keduanya yang ia miliki. Tiap kali melihat foto itu ia pasti menangis mengingat perlakuan Mark padanya saat itu.
Seperti saat ini, ia sedang mengamati foto tersebut sambil mengelusnya pelan.
"kalau kamu bisa Dadda hadirin ke dunia ini pasti kita semua sayang banget sama kamu... Kamu jangan marah sama Daddy ya, Daddy ga sengaja ngelakuin hal itu... Dadda yang gabisa jaga kamu dengan baik..."
Tanpa sadar setetes air menetes dari matanya. Ia sedih sekali rasanya. Ingin memutar waktu kala itu dan ingin menyalahkan dirinya sendiri.
Kalau saja ia bisa selalu mendukung Mark apapun keadaannya, kalau saja ia tak kekanakan, dan kalau saja ia lebih sedikit peduli pada kandungannya saat itu. Ini semua pasti tak akan terjadi.
Keluarga kecilnya pasti tak akan hancur seperti ini.
Xiaojun meraih sebuah kotak besar yang terletak pada laci lemari paling bawah dan membukanya.
Disanalah beberapa memorinya bersama Mark tersimpan dengan sangat rapi.
Beberapa foto mereka bersama kala belum menikah, foto pernikahan mereka, foto bersama Chaka, dan beberapa foto candid Xiaojun berbentuk polaroid yang diam-diam Mark ambil dan selalu tertera sebuah tulisan manis disana.
Xiaojun tersenyum melihat beberapa foto tersebut, ia bahkan tak ingat tentang foto-foto itu. Ia jadi sedikit merindukan Mark..TING
Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, Xiaojun lantas mengeceknya untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Hendery
Hai jun. Sibuk ga?
aku mau ajak kamu dan chaka
makan siang.
Mau?Ah, Hendery ternyata. Ya belakangan ini memang Hendery mendekati Xiaojun secara terang-terangan.
Xiaojun sendiri sebenarnya tak menutup diri tapi tak juga begitu meladeni karena memang Hendery adalah teman lamanya.
Baru saja Xiaojun akan membalas pesan dari Hendery, sebuah pesan lain masuk ke dalam ponselnya.
Daddy nya Chaka
Dadda nya Chaka! Chaka lagi apa?
kalau kalian ga sibuk mau makan
tteokbokki sama-sama?
Chaka kemarin pengen itu tapi aku
gasempet.
Kalau kalian bisa ketemu di sana ya:)Jujur saja tiba-tiba Xiaojun jadi bimbang. Xiaojun itu penganut 'siapa yang mengajak duluan maka ia mengutamakan orang tersebut' namun rasanya baru kali ini ia dibuat bingung akan memilih yang mana.
Xiaojun pun pergi keluar kamar dan menghampiri Chaka yang sedang bermain di kamarnya.
"chaka makan siang ini mau makan diluar tidak?" Tanya Xiaojun pada Chaka yang sedang asik main robot-robotan miliknya.
"mau dadda! berdua aja?"
"umm liat nanti aja, Chaka nanti disana juga liat"
Xiaojun pun lantas menggantikan Chaka baju dan bersiap-siap. Semoga saja ia tak mengecewakan siapapun.
.
.
.
..
."hai! maaf ya aku sama chaka telat" Xiaojun meminta maaf atas ketelatannya pada orang dihadapannya ini.
"ah ya gapapa kok" Balas orang tersebut dengan senyumnya.
"Chaka salam dulu sama paman. Ini namanya paman Dery" Xiaojun menyuruh Chaka yang nampaknya masih bingung untuk memberi salam pada Hendery.
"halo paman! nama aku Chaka!" Chaka yang memang anaknya sangat sopan lantas membungkuk sambil meletakkan kedua tangannya di perut.
"halo Chaka! Chaka ternyata tampan dan manis sekali, selama ini paman cuma liat Chaka di foto" Hendery pun mengacak rambut Chaka dengan gemas.
Iya, akhirnya Xiaojun memilih untuk makan siang bersama Hendery. Karena ia tetap memegang kuat prinsipnya tersebut, terlebih saat ini Mark itu hanyalah mantan suaminya. Tak seharusnya pula ia memprioritaskan lelaki tersebut walaupun ia berstatus sebagai ayah dari anaknya.
"aku ganyangka kamu bener dateng jun, ku pikir gabakal dateng"
"haha ya kebetulan aku dan chaka lagi free" Xiaojun tersenyum canggung, entah mengapa dalam hati meminta maaf pada Mark.
"Chaka makan yang banyak ya! kalau mau tambah bilang saja, oke?" Hendery terus mengajak Chaka mengobrol, sedangkan Chaka masih malu-malu menanggapinya karena baginya Hendery masih orang asing.
Dan setelahnya mereka juga jalan-jalan bersama ke sebuah Mall dengan Xiaojun dan Chaka yang pulang dengan beberapa kantung belanja yang dibelikan Hendery walau sebenarnya mereka tak meminta.
Tanpa mereka sadari ternyata Mark melihat ketiganya hari itu di Mall tersebut.
isi pesan Xiaojun pada Mark:
Maaf ya Daddy nya Chaka..
aku dan chaka udah ada janji lain
mungkin lain hari ya kita bisa makan itu
sama sama.
Selamat makan ya^^Halo guys makasih banyak buat kalian yang sudah baca cerita aku dan ga segan ngasih feed back ya^^
buat yang masih malu kasih feed back gapapa semoga lain kali kalian bisa ngasih feedback ke cerita aku atau orang lain ya hihiSegini dulu untuk hari ini
maaf kalau untuk beberapa waktu mungkin aku akan mulai slow updateCerita ini mungkin akan berakhir 5 chapter lagi tapi gatau tergantung mood hehe
oke sampai jumpa di chapter berikutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
After Divorce (MarkXiao)
Fanfiction"kita sama-sama besarin chaka dengan kasih sayang ya walaupun keadaan dan status kita udah ga sama lagi" - Xiaojun "Gimana bisa aku nemuin bahagia lain kalo nyatanya bahagianya aku itu kamu dan chaka"- Mark