"Kak jaehyun kenapa?" Mark bertanya pada seseorang di sebrang telpon yang tak lain dan tak bukan adalah kakak iparnya."Mark, sekarang kamu pergi ke kamar inap VIP Mawar 602 ya" Jaehyun berujar dengan nada dingin.
"buat apa kak? kenapa? kak tae sakit?"
"gausah banyak tanya cepet kesini ya" Jujur saja Mark masih bingung. Kakak iparnya ini kenapa sih? Padahal tahu kalau Mark sedang pusing mengurus ini dan itu ditambah memikirkan anak juga suaminya di rumah.
Dengan ragu Mark membuka pintu ruangan tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat justru kecintaannya yang terbaring dengan pucat beserta infus yang menancap pada tangannya.
PLAK
Taeyong menampar Mark dengan cukup keras. Jaehyun menahannya mencoba memperingati bahwa mereka sedang di Rumah Sakit.
"x-xiaojun kenapa kak?" Mark tak menghiraukan Taeyong yang menamparnya, ia justru bertanya dengan nada gemetar.
"Mark.. maaf harus bilang ini tapi Xiaojun keguguran"
Bagaikan tersambar petir di siang hari, Mark terkejut dan membeku mendengar ucapan Jaehyun. Apa Jaehyun bilang? Keguguran?
Ia bahkan tak tahu kalau Xiaojun tengah mengandung."k-keguguran?"
"KAMU GATAU KAN KALO DIA LAGI HAMIL ANAK KEDUA KALIAN?? KAMU BAHKAN GA PERHATIIN DIA DAN BERSIKAP DINGIN SAMA DIA! MARK ORANG TUA KITA GAPERNAH NGAJARIN KAMU BUAT JADI BRENGSEK KAYA GINI"
Taeyong tak bisa menahan dirinya untuk memaki adik kandungnya sendiri. Mark memang adiknya, tapi kali ini ia sudah keterlaluan. Sangat.
"Mark.. kakak tau kamu pasti kaget banget dan juga sedih, tapi Xiaojun pasti jauh lebih sedih dan terpuruk ketika bangun nanti. Dan kamu harus nguatin dia. Soal Chaka, biar dia tinggal di tempat kakak sementara waktu dan kakak juga kak tae bakal kasih pengertian ke Chaka kalau dia nanyain kalian"
Sepeninggal Jaehyun dan Taeyong, Mark hanya mampu tertunduk sambil menangis dalam diam dan menggenggam kedua tangan Xiaojun.
"maafin aku sayang... maaf"
Mengapa cobaan bertubi-tubi datang padanya?
Mark rasanya ingin menyalahkan Tuhan. Apakah dirinya selama ini kurang taat? Apakah ia kerap berperilaku buruk?
Kenapa tuhan melakukan ini?
Setidaknya jika tuhan ingin menghukumnya yasudah dirinya saja jangan Xiaojun...
.
.
.
.
.Xiaojun mengerjapkan matanya dan menoleh merasakan beban pada tangan sebelah kirinya. Dan disana ia mendapati kepala seseorang yang ia yakini suaminya sedang menggenggam tangannya dengan erat.
Xiaojun mencoba bangun tapi mengapa perutnya terasa sangat sakit? Sebentar...
Perut??"ah kamu udah bangun? ada yang sakit? mau aku panggilin dokter?" Tanya Mark bertubi-tubi.
"kenapa aku disini?" Tanya Xiaojun, namun Mark hanya diam.
"AKU TANYA KENAPA AKU DISINI?" Xiaojun berteriak pada Mark karena suaminya itu tak juga menjawab.
"sayang.. tenang ya aku bakal jelasin tapi kamu tenang dulu oke?" Mark memegang kedua bahu Xiaojun dan menatapnya dengan tatapan sendu.
"sayang aku minta maaf... tapi... anak kita.. adiknya Chaka, gabisa selamat"
Mimpi Buruk. Xiaojun berharap dirinya hanya sedang mimpi.
"bohong, kamu bohong" Xiaojun menepis tangan Mark dari kedua bahunya dan menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Divorce (MarkXiao)
Fanfic"kita sama-sama besarin chaka dengan kasih sayang ya walaupun keadaan dan status kita udah ga sama lagi" - Xiaojun "Gimana bisa aku nemuin bahagia lain kalo nyatanya bahagianya aku itu kamu dan chaka"- Mark