Aku masih ingat, waktu itu aku sedang ada di rumah Nath, mengacaukan dapur ibunya dengan membuat nastar ala-ala. Tumpahan selai dan tepung yang berceceran di mana-mana, membuat kabinet dapur terasa lengket.
Kami, dua remaja tak pandai memasak dengan modal nekat kini sedang membentuk adonan nastar menjadi bulatan-bulatan gemas. Hasil tangan Nath jauh lebih rapi, sementara hasil tanganku... uh. Jangan ditanya. Bulatannya terlalu besar dan tidak cantik sama sekali.
Hari itu adalah hari Sabtu, jadi sekolah kami libur. Nath mengundangku ke rumahnya dalam rangka masak-memasak dan sesi curhat antara dua remaja putri.
Sungguh, awalnya Nath mengaduk adonan dengan air mata yang mengalir deras, dengan emosi, membuat adonannya jelas terciprat ke mana-mana. Gadis itu bercerita tentang penolakan tak langsung yang Daniel berikan untuknya.
Katanya, kemarin mereka pergi ke sebuah mal untuk nonton film terbaru, lalu mampir sebentar ke pasar malam yang letaknya di sebuah kompleks militer. Unik, bukan? Namanya Pasar Malam Kodam, warga Surabaya tentu tahu. Membeli beberapa jajanan, menyaksikan penampilan band-band indie, lalu naik mobil odong-odong berdua. Kedengarannya romantis dan menyenangkan. Aku pun dibuat iri dan melampiaskannya pada si adonan nastar. Ouch! Gadis batinku memberengut kesal di pojok ruangan seperti anak kecil yang tidak diberi mainan.
Namun beberapa menit kemudian, aku dibuat prihatin oleh kelanjutan ceritanya. Aku baru tahu alasan kenapa Nath berlinang air mata ketika dia menyebutkan soal Daniel yang belum pernah jatuh cinta.
"Masa iya sih, pas aku nanya : kamu nggak pernah naksir siapa-siapa gitu? Dia jawab enggak, dong! Padahal selama ini aku udah percaya diri banget Daniel punya rasa yang sama. Katanya dia belum pernah naksir sama cewek sejauh ini. Terus artinya perlakuan manis dia ke aku selama ini tuh apa, Jo?" katanya sambil merengek, memukul-mukul adonan nastar yang tidak bersalah.
"Eh eh, adonannya ancur tuh nanti!" Kucoba mengalihkan perhatian, namun Nath justru menjerit makin keras. Asisten rumah tangganya langsung menengok kami berdua dengan wajah khawatir kalau kalau aku yang membuatnya menangis. Aku terpaksa menariknya keluar dan meyakinkannya bahwa anak majikannya hanya sedang galau dan dia tak perlu khawatir.
"Mbak Nath sering sekali begitu Mbak Jo! Beta tak paham lah. Kenapa pula dia galau sampai macam tu?" keluh Mbak Neni, asisten rumah tangga Nath.
"Hehehe, udah Mbak Neni ndak usah khawatir. Jo mah udah biasa dicurhatin sambil nangis-nangis. Namanya juga anak SMA, pasti kisahnya macem-macem. Iya, kan?" jawabku sambil nyengir dan langsung bertolak ke dapur.
"Hushhh, Nath... udah. Coba deh positive thinking aja. Dia malu kali ngaku ke kamu kalau sebenernya dia ada rasa," kataku mencoba menghiburnya. Nath memanyunkan bibirnya, membuat gadis Bali itu terlihat makin manis sekalipun dengan mata sembab dan hidung merah.
"Tetep aja huaaaaaaaaaa!! Sakitnya tuh di sini!" jawab Nath sambil menunjuk ke dadanya. Oh Tuhan! Aku ingin tertawa, tapi dia ini temanku. Di sisi lain, aku jadi ikut penasaran, apa benar Daniel belum pernah jatuh cinta meski hanya sekali?
"Eh Nath, aku punya ide." Secara spontan tanpa kupikir lebih dulu, aku menyuarakan isi pikiranku.
"Ide apa, Jo?"
"Gimana kalau aku yang cari tahu? Kali aja Daniel emang beneran malu ngaku langsung ke kamu. Mungkin kalau aku yang tanya, dia bakal mau ngaku. Hehe..."
"Huaaaahhhh boleh banget, Jo! Dari dulu kamu ini memang temen paling buaiiiik sedunia! Kamu satu-satunya yang setia bantuin aku!" Nath memelukku secara spontan, membuat kaos hitam yang kukenakan mau tidak mau terkena noda adonan yang lengket. Astaga, gadis batinku tertawa puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelabu Asa
RomanceIni adalah sebuah kisah cinta masa SMA yang berujung pada rumitnya hubungan yang terbawa hingga dewasa. Cinta pertama memang tak mudah terlupa. Hubungan yang terjalin selama bertahun-tahun membuat ikatan batin yang kuat antara dua insan. Mereka tak...