Ketika mataku dan matamu
Tak bisa saling menatap
Ketika hatiku dan hatimu
Tak bisa saling mengungkapKetika bibirku dan bibirmu
Tak bisa saling berucap
Kuharap…
Tuhan selalu menjaga hatiku dan hatimuKesabaranku tak menantimu
Menyatakan cinta
Kesabaranku tak menantimu
Menyatakan sayangKesabaranku…
Menantikan Tuhan menyatukan karena cinta-Nya-puisi oleh Rahayu Dwi. K.-
*****
Sepasang kekasih sedang berdiri di hadapan altar. Disaksikan oleh pihak keluarga dan teman-teman dekat, mereka mengucapkan janji sehidup semati. Janji paling sakral yang pernah diucapkan seorang pria dan wanita seumur hidup mereka.
Sang wanita nampak anggun dengan gaun putih yang panjangnya sampai menyapu lantai. Wajahnya ditutup oleh kain sejenis mantila. Untaian bunga menghiasi rambutnya yang disanggul. Wajahnya seolah bercahaya, karena hari ini adalah hari bahagianya. Di hadapannya, berdiri seorang pria yang nampak gagah dengan balutan jas berwarna putih, tersenyum lebar, berusaha menahan air matanya agar tak menetes saat si wanita mengucap janji suci.
Terdengar isakan haru dari para saksi, termasuk sang pendeta yang ikut terbawa perasaan menyaksikan momen sakral itu.
Saat keduanya telah usai mengucap janji, mereka saling bertukar cincin. Masih dalam suasana haru, sang pendeta mengucap berkat bagi pasangan baru itu, kemudian mengesahkan mereka sebagai sepasang suami istri.
"Sekarang kalian berdua telah sah sebagai suami istri. Silakan mencium pengantin Anda," katanya dengan suara bergetar.
Sang pria maju, membuka kain penutup wajah wanita yang kini resmi menjadi istrinya. Dia mendekatkan dan memiringkan wajahnya. Sedikit lagi menuju puncak kebahagian dari upacara pemberkatan nikah. Namun ciuman pengantin itu nyatanya tak pernah terjadi.
Suara dobrakan pintu mengurungkan niatnya. Seorang gadis datang bersama seorang pria yang entah siapa. Pria itu sepertinya lebih tua. Mereka tanpa ragu mendekati altar, meneriakkan makian pada pasangan baru itu. Si gadis menarik kain penutup wajah si pengantin yang sudah disingkap, menarik pula sanggul rambutnya hingga untaian bunga penghias jatuh ke lantai. Pengantin wanita itu kini tak rupa seorang pengantin, sebab riasannya luntur karena air mata.
Di sisi lain, dua orang pria sedang adu kekuatan, mengacaukan hari yang seharusnya bahagia. Para tamu memekik, berhamburan ke luar, sementara beberapa yang merasa punya tenaga kuat mencoba melerai mereka.
Detik berikutnya, si gadis dan pria yang bersamanya berteriak keras, mendeklarasikan sebuah pernyataan yang menyayat hati.
"Kalau sampai pernikahan ini lanjut, kami sumpahi mereka akan hidup dengan air mata darah!"
Bersamaan dengan itu, aku terbangun. Ya Tuhan, mimpi macam apa itu? Sungguh mengerikan. Aku tak sampai akal kenapa bisa memimpikan hal seperti itu. Rasanya begitu nyata, sampai membuatku keringat dingin. Ibu lantas muncul dari balik pintu kamarku dengan wajah khawatir.
"Jo, kenapa to Nduk? Ini masih jam tiga subuh lho," katanya sambil menyeka keringat yang menetes di pelipisku.
"Nggak tahu ma, kok tiba-tiba mimpi buruk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelabu Asa
RomanceIni adalah sebuah kisah cinta masa SMA yang berujung pada rumitnya hubungan yang terbawa hingga dewasa. Cinta pertama memang tak mudah terlupa. Hubungan yang terjalin selama bertahun-tahun membuat ikatan batin yang kuat antara dua insan. Mereka tak...