🗝️ Satu Raga Dua Jiwa

30.5K 8K 3.6K
                                    

🎼 NELL-GRAVITY

Punten yorobun, absennya~

Thanku buat 500 K-nya hehhe

Thanku buat 500 K-nya hehhe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menampilkan wujudnya sebagai manusia sejak hari itu Lunar tak pernah lagi menemuiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menampilkan wujudnya sebagai manusia sejak hari itu Lunar tak pernah lagi menemuiku. Terakhir kali aku melihatnya saat ia terbang di depan jendela kamar Ry. Masih banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya tapi gadis itu tetap tidak datang meski kupanggil.

Sedikit demi sedikit pasir yang ada di dalam jam pemberian entitas itu memenuhi permukaan sisi tabung yang lain, aku semakin kuatir waktuku tidak lama lagi.

"Huh...." kusembunyikan jam pasirku ketika Ry masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

"Ada apa?"

"Besok kau tidak perlu ikut pertarungan pedang itu, kau hanya perlu duduk di sampingku." ucapnya. Ya, besok memang ada acara pertarungan pedang, bedanya ini akan dilakukan oleh para tuan putri, pertandingan terakhir sebelum Isabelle menikah dengan Theo. Dan aku salah satu peserta yang ditunjuk.

"Kenapa tidak boleh? Ah aku tahu, kau pasti kuatir aku akan terluka oleh pedang kan?"

Ry menoyor keningku agar sadar diri. "akan lebih bagus jika pedang melukai bibirmu, tcih, berisik sekali. Tidak bisa ya kau bertingkah kalem dan anggun layaknya tuan putri?"

"Tidak. Menjadi barbar adalah bakat lahiriahku. Jadi, kenapa aku tidak boleh ikut melawan tuan putri besok, jika bukan karena mengkuatirkan permaisurimu yang cantik aduhai manjalita cetar membahana ini pasti karena alasan lain," aku menatapnya curiga lalu memjetikkan jari di depan wajahnya.

Tlakk!

"I see! Kau pasti takut aku akan melukai Isabelle-mu? Ya kan?" Ry tidak menjawabku ia hanya terus melihatku seolah aku ini unggas berpenyakit yang harus dijauhi. "Woah, aku salut padamu Ry, bahkan ketika sudah punya permaisuri kau masih saja peduli dengan keselamatan gadis lain, dimana lagi harus mencari pria setia sepertimu ya?" sarkasku. Bagus jika dia tersinggung.

BEHIND THE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang