Laut dan Langit

201 11 0
                                    

Angkasa menatap pantulan dirinya di cermin. Cantik! Itu yang diucapkan gadis itu di batin untuk dirinya sendiri. Tampil dalam balutan gaun berwarna merah muda selutut dan sepatu tanpa high heels yang menempel di kakinya, ditambah lagi dengan kalung putih elegan yang menggantung di leher Angkasa.

Malam ini, adalah malam penuh makna untuk gadis itu. Malam dimana keluarga Angkasa dan Zevan akan makan malam bersama. Sekalian merayakan jikalau Angkasa sudah diperbolehkan untuk pulang dan menjalani perawatan di rumah dahulu. Tentu saja masih dengan pantauan dokter yang begitu ketat demi kesembuhan gadis yang hampir menginjak 18 tahun itu.

Angkasa sedikit merapikan rambut panjang yang sengaja ia gerai. Angkasa sangat bersyukur kemoterapi yang ia jalani tak menguras terlalu banyak rambutnya. Lalu memakaikan satu hiasan rambut berwarna putih. Anggun, manis dan ayu itulah nama penampilan Angkasa malam ini.

"Beruntung banget laki-laki yang dapatin Angkasa nanti yah," guman Angkasa kecil.

"Ck, dasar bodoh!" Angkasa menyentil ujung dahinya sendiri. Rasa kepercayaan dirinya sedang meronta-ronta rupanya.

"Udah siap kak?" tanya seseorang dari luar kamar Angkasa.

"Udah dek!" jawab Angkasa, mengetahui suara itu adalah suara Bintang.

Angkasa menarik tasnya dari atas kasur lalu keluar dari kamar itu secara perlahan.

****

Angkasa menuruni tangga. Mengedarkan pandangannya mencari-cari sosok yang ia tunggu sejak tadi.

"Kak Zevan belum jemput dek?" tanya Angkasa tak sabar.

Bintang menggeleng, "Belum kak, kata papa kalau kak Zevan gak datang jemput kakak 5 menit lagi, kita berangkatnya samaan aja. Kak Zevan lansung ke restaurant aja nanti," kata Bintang.

Angkasa menghela nafasnya berat, kecewa rasanya.

"Wah, kakak cantik banget hari ini," Suara riuh dari Bulan menyambut Angkasa.

Yah, gadis itu sudah mulai membuka hubungan baik dengan Angkasa. Bulan mulai sadar kalau perilaku egois, childish, dan sombongnya sudah tak bisa dia pertahankan. Mulai dari papanya yang kehilangan banyak uang hanya demi dirinya. Ditambah lagi Kenny terbukti bukan cowok yang baik. Membuat Bulan, mantap untuk mulai menyanyangi Angkasa.

"Kamu juga cantik Bulan, Bulan di langit saja sampai terpesona lihat kamu," balas Angkasa.

Bulan mengenakan setelan dress yang tak kalah anggun dengan Angkasa. Balutan dress hijau sedikit kembang dan sepatu high heels hitam. Gadis remaja itu sangat manis, apalagi ditambah dengan senyuman.

"Kita berangkat?" tanya Mita setelah melirik arloji yang sudah menunjuk pukul tujuh malam.

Angkasa merenggut kesal. Tak ikhlas rasanya jika rencana berangkat berdua harus batal. Gadis itu tak mudah untuk mengikhlaskan moment yang sudah ia bayangkan.

Bryan yang menyadari wajah Angkasa, tersenyum. Ia tau apa isi pikiran gadis itu.

"Angkasa masih mau nunggu Zevan yah?" tanya Bryan lembut.

Angkasa menatap lekat Bryan, lalu bergantian menatap Mita, Bulan dan Bintang. Sudah terlalu lama jika keluarganya itu harus ikut menunggu Zevan. Apalagi jika keluarga Nugraha juga sudah menunggu di restaurant.

"Yaudah, Angkasa berangkat sama kalian aja...." ucap Angkasa lesu.

Bryan terkekeh kecil, lalu mengusap rambut Angkasa, "Nanti kan bisa ketemu disana. Gak apa-apa yah."

Angkas mengangguk, lalu mereka berjalan menuju satu mobil yang sudah terparkir rapi di depan pintu rumah itu.

Namun, saat Angkasa hampir saja membuka pintu mobil, ada satu tangan kekar yang menahan tangan Angkasa. Gadis itu lantas menoleh.

Angkasa (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang