Rapuh lagi

306 33 16
                                    

Mata Angkasa mengerjap-erjap ketika merasakan ada cahaya yang terlalu terang menusuk penglihatannya. Hal pertama yang dilihat gadis itu adalah ia berada dalam sebuah kamar yang sangat berantakan, tak hanya itu kamar ini beraroma busuk! Sungguh membuat Angkasa ingin mengeluarkan isi perutnya. Angkasa buru buru berdiri. Gadis itu takut, dengan cepat ia keluar dari kamar itu.

Angkasa, membuka pintu kamar, sambil mengernyit keheranan. Baru kali ini ada penculik yang tak mengunci kamarnya. Dengan mudah gadis itu keluar dari kamar.

Pintu terbuka, beberapa pasang sorot mata lansung menghadang Angkasa. Terutama Kenny, pria itu memandang cukup kasihan dengan Angkasa. Ternyata Kenny dan teman temannya ada di ruang tengah markas mereka.

"Kenny..."  lirih Angkasa takut.

"Yah ada apa?" balas Kenny berlagak bodoh.

"Angkasa kok bisa disini?" tanya Angkasa meminta penjelasan.

"Ini semua gara gara kesalahan Lo sendiri!" timpal salah satu pria yang kini sedang mengisap rokok.

"Sekarang Lo bersihin markas kita! Sampe benar benar kinclong tak bersisa. Sebagai permintaa maafan Lo karna bisa bisanya nyiram gue!" suruh Kenny enteng.

"Kan Kenny yang narik tangan Angkasa?" bantah Angkasa.

"Kok Lo ngebantah sih!" bentak Kenny mulai tersulut emosi.

"Apa perlu gue lakuin hal yang lebih dari ini? Lo tau kan gue ini siapa dan apa aja yang bisa gue lakuin?" sarkas Kenny.

"Kok diam sih! Ayo cepetan!"

Brakk

Dengan sengaja Kenny menendang meja di hadapannya. Membuat Angkasa terperanjat kaget. Tubuhnya bergetar, tangannya mulai basah oleh keringatnya sendiri, membuktikan bahwa gadis itu benar-benar takut.

"Disana ada sapu! Cepetan sapu bekas kuaci di kamar tempat Lo tadi!" hardik salah satu pria yang Angkasa tau namanya itu. Dia Gilang, wakil ketua geng motor bernama Elang ini. Perlahan Angkasa berjalan mengambil sapu, gadis itu mulai masuk lagi ke kamar. Membersihkan kamar itu dari bau busuk yang perlahan mulai menyeruak.

Sedangkan Kenny bersama komplotannya yang lain, dengan gila memakan kuaci dan membuang asal lagi kulitnya. Tak peduli dengan Angkasa yang sudah lelah tak kepalang. Bagaimana tidak? Angkasa sudah merapikan markas itu mulai dari ruang belakang, 3 kamar. Ruang tengah, sudah dibersihkannya tadi, tapi kini sudah kotor.

"Kenapa? Gak terima?" ejek Kenny sembari membuang bungkus rokoknya ke wajah Angkasa.
Angkasa, hanya diam. Ia sungguh tak ingin melawan.

"Lo hanya terima nasib Lo, sebagai babu hingga pukul 10 malam. Tenang! Gue gak bakal  sakitin atau malah apa apain Lo disini! Gue tau Lo itu terlalu baik. Lo bukan tipe cewek yang pantas untuk disakitin!"

Angkasa hanya mengangguk mengiyakan, badanya seakan remuk, tulang punggung dan kakinya laksana ingin patah. 

Kini, Keny dan gengnya sudah tidur di ketiga kamar itu. Angkasa mengelus pundaknya agar tetap sabar, gadis itu mulai membersihkan bekas kuaci yang sudah masuk sampai ke sudut sudut dalam sofa itu.

"Mama cariin Angkasa gak yah," batin Angkasa khawatir. Ia takut  Mita mencari carinya.

Pukul 21:00 WIB Angkasa duduk di sofa yang kini sudah bersih. Keny saja dan gengnya masih belum bangun. Gadis itu mulai berjalan mondar mandir di ruang tamu kecil itu. Pintu depannya tertutup Angkasa sangat takut sekarang. Ingin membangunkan Keny ia gemetar, sekarang bagaimana?

"Ken, antarin gue,"  Angkasa menggoyang goyangkan tubuh Keny pelan. Pria itu mulai bangun dengan posisi matanya yang masih tersipit.

"Ini masih jam 9 malam, sayang ..." balas Keny, tersenyum licik.

Angkasa (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang