EXTRA PART

466 12 0
                                    

Lagu bergenre romance rasanya bisa mengisi telinga Angkasa yang kini duduk sembari tersenyum sangat indah. Menyaksikan keramaian, dan kebahagian di hadapannya kini. Ada banyak orang yang mulai naik ke pelaminan, menyalami dua orang yang telah lama menunggu ikatan suci satu kali seumur hidup itu.

Yah. Hari ini adalah hari pernikahan Josua. Hari yang penuh makna untuk pria yang sudah menunggu lama itu. Setelah ia mendapatkan jodoh, memastikan Angkasa bahagia. Pria itupun akhirnya mantap untuk melangsungkan pernikahan. Sebelum umurnya menjadi lebih tua.

"Kenapa nengok sayang?" tanya pria dengan jas abu-abu itu.

"Angkasa baru kali ini lihat senyum om, sebahagia itu!" balas Angkasa, menatap om nya yang tengah menjabat manusia, satu persatu.

"Itu berarti om kamu benar bahagia sama pernikahan dia,"

Angkasa mengangguk, ikut membenarkan ucapan Zevan dalam hatinya.  Baginya, Josua lebih dari sekedar om. Tapi pria itu bisa disebut layaknya papa bagi Angkasa. Walau belum bisa menggantikan tempatnya Bryan tentu saja.

"Kakek gak hadir yah Sa?" tanya Zevan, tak melihat sosok Mataja.

"Enggak, kakek emang dari dulu gak suka sama om walau om adalah anaknya. Kakek lebih suka sama papa. Tapi kini, setelah papa Nerima Angkasa. Papa ataupun om sama aja dimana kakek!" jelas Angkasa.

Zevan mengangguk paham, mengusap pelan punggung Angkasa, "Kita berdoa aja supaya kakek bisa berubah ya,"

"Kita ke papa dan mama yuk, Anra!" ajak Angkasa, meraih tangan Zevan. Menggenggamnya erat.

Kedua orang itu pun mulai berjalan berdampingan di ruangan mewah itu. Sorot mata memang tak pernah lepas untuk keduanya. Apalagi Angkasa, yang di hari spesial ini tengah menggunakan dress panjang berwarna pastel ungu. Kulit putihnya memang sangat mendukung, apa saja yang dikenakan gadis itu.

Sedangkan pria yang berjalan disampingnya, cukup bisa mengundang manik mata gadis-gadis. Walau hanya sekedar menggunakan jas abu-abu dengan kancing yang sengaja dilepas, dalaman kemeja putih, serta celana tissue hitam. 

"Zevan dan Angkasa, adalah pasangan serasi", Itulah penilaian orang-orang untuk mereka.

"Pa, ma!" panggil Angkasa, menepuk pelan pundak Bryan.

"Eh, nak!" sadar Bryan, melihat Angkasa hangat.

"Darimana aja?" tanya Bryan lagi.

"Angkasa dari sana, habis makan,"

"Zevan udah makan?" tanya Bryan, beralih pada pria yang berdiri di samping putrinya itu.

"Udah om, tadi Zevan makan sama Bintang!" jawab Zevan.

"Oh yah om. Ayah minta maaf, gak bisa datang. Soalnya lagi banyak pasien di klinik, ayah juga harus ke Rumah sakit!" ucap Zevan, menyampaikan pesan ayahnya.

"Gak apa-apa. Om maklum. Tapi nanti jangan lupa ngomong ke om Josua juga ya!" balas Bryan.

"Siap om!"

"Trus Bulan dan Bintang kemana Angkasa?" tanya Mita lembut.

"Disana ma," jawab Angkasa. Menunjuk ke arah pelaminan. Ternyata, sepasang anak kembar itu tengah duduk di kursi pelaminan. Sedangkan Josua dan pasangannya harus berdiri sambil menyalami satu persatu tamu.

Mita menggeleng tak percaya, "Dasar adik kamu itu!" ringis wanita berkebaya pastel itu.

"Namanya juga anak-anak ma," sahut Bryan terkekeh kecil.

"Kita kesana yuk pa, ma!" ajak Angkasa.

Bryan dan Mita pun mengangguk, dengan sigap Bryan merangkul pundak Angkasa sambil berjalan menuju pelaminan. Meninggalkan Mita yang harus berjalan di belakang bersama Zevan. Ada anak, istri dilupakan. Mungkin kalimat itu benar untuk kondisi saat ini.

Angkasa (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang