Satu hari bahagia.

170 7 0
                                    

"Sa, mandi nak. Ini udah jam Sembilan pagi loh sayang," panggil Mita, sembari mengetuk pelan pintu kamar putri pertamanya itu.

Angkasa mengucek matanya yang masih terasa berat. Entah kenapa, pagi ini gadis itu bangun telat, mungkin karena dirinya tak bisa tidur semalam.

Angkasa bangkit duduk dari tidurnya, "Masuk aja ma, pintunya gak kekunci kok," sahut Angkasa.

Sejak, gadis itu mengidap kanker leukimia keluarganya menyarankan agar gadis itu tidak menutup kamar di malam hari. Bukan karena apa-apa tapi, bisa saja gadis itu pingsan secara tiba-tiba.

Mita masuk, lalu menerbitkan satu senyum tulus dari ujung bibirnya. Menghampiri Angkasa sambil geleng-geleng.

"Masa, anak perawan jam segini bangunnya?" goda Mita terkekeh kecil.

Angkasa, menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Maaf ma, semalam Angkasa susah banget untuk tidur," ujarnya.

"Kenapa gak bisa tidur? Jangan-jangan Angkasa mikirin ucapan dokter itu lagi yah?" tanya wanita itu sedikit was-was.

Angkasa tak bisa berbohong. Gadis itu mengangguk pelan.

Mita mengelus kepala Angkasa hangat, "Gak apa-apa Angkasa mikirin itu. Tapi kalau Angkasa mikir soal itu, di waktu yang bersamaan Angkasa juga harus berdoa yah," nasehatnya.

Angkasa lagi dan lagi mengangguk, menatap ibunya ini penuh haru. Kini, kenangan Angkasa tentang Mita yang kasar, dan jahat sudah mulai menghilang. Terganti dengan Mita yang lembut, hangat dan penuh perhatian.

"Yasudah, sekarang Angkasa mandi. Karena ada kejutan besar yang menunggu Angkasa loh...." kata Mita terlihat bersemangat.

Angkasa lantas menaikkan alisnya sebelah, "Kejutan apa ma?" tanya ya.

"Kamu lihat sendiri, tapi tunggu mandi yah!" ujar Mita, lalu wanita itu berlalu keluar dari kamar Angkasa.

Angkasa mengedikkan kedua bahunya, mencoba untuk tetap tenang. Lalu sedetik kemudian gadis itu merapikan kasur, dan lansung mandi.

*********

Sweater pink, disertai celana kulot hitam dikenakan Angkasa untuk hari ini. Rambut yang di ikat setengah, dan satu tambahan pita kecil. Sangat anggun.

Gadis itu menarik nafasnya perlahan, lalu membuangnya pelan-pelan. Mencoba untuk tenang, dan mempersiapkan dirinya untuk menjalani hari ini.

Angkasa perlahan menuruni anak tangga, menuju bawah. Dirinya sangat lapar pagi ini.

"Pagi semuanya," sapa Angkasa di meja makan.

"Pagi sayang," jawab Bryan lembut. Yah, hari ini adalah hari Minggu. Dan seperti biasanya Minggu pagi adalah dimana semua anggota keluarga diwajibkan untuk makan bersama.

"Pagi kak," sahut Bintang dan Bulan secara serentak. Hingga 3 pasang sorot mata menatap mereka heran.

"Pagi nak. Duduk yuk, kamu makan," ujar Mita menyambut.

Angkasa duduk, di samping Bintang. Menoleh sedikit ke arah Bintang, lalu berbisik, "Kompak banget sama kak Bulan,"

Bintang terkekeh, "Iya dong! Doa Bintang kan udah terwujud. Kalau Bintang pengen kedua kakak Bintang itu punya hati yang baik, akrab, dan sama-sama perhatian ke Bintang," jawab pria itu enteng.

Angkasa mengangguk, sembari menerima piring yang sudah diisi lengkap oleh Mita.

"Kakak juga bahagia. Asal kamu jangan manja yah. Kamu harus tetap jadi laki-laki yang mandiri, pemberani, dan menghargai wanita," peringat Angkasa.

Angkasa (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang