4. Earth To Sadie

19.3K 131 6
                                    

"Bucket itu buat cewek lo kan?" Tanya Sadie setelah pramusaji mengantarkan makanan yang mereka pesan.

Karena jika dipikir kembali, sangat tidak mungkin Daffa yang hanya partnernya itu memberi sebucket purple lilac yang artinya saja sudah cinta sejati. Perasaan suka saja tidak mendasari hubungan keduanya apalagi sampe ke fase 'eternal love'.

Sadie adalah wanita yang tak percaya lagi akan cinta, lebih tepatnya sudah muak akan cinta yang disebut oleh orang-orang, pasalnya semua pria yang pernah mengisi hari-harinya adalah jenis pria brengsek.

"Iya, gue lagi ada masalah sama dia. Dia bilang udah siap buat lepas keperawanannya."

"Dan lo gamau?"

"Ofc, gue gamau dia nyesel sewaktu-waktu meskipun dia udah siap." Daffa mengucap sambil mengaduk minumannya lalu menambahkan, "Lo tau sendiri kali, cewek dengan segala kelabilannya."

Sadie mengangguk-anggukan kepalanya mendengar cerita partnernya itu, tak ada barang sedikit pun ia merasa tersinggung kalau ditanya bagaimana perasaannya, karena hanya sebatas teman dan kebutuhan.

Sedikit cerita tentang Daffa, nama lengkapnya Daffa Jatmiko asal nya dari ibu kota jakarta, mereka kenal disalah satu media sosial merangkap ke chat private, banyak yang mereka ceritakan, mulai dari kehidupan pribadi sampai masalah kelamin.

Daffa ini sedang menyiapkan diri untuk mengejar cita-citanya memasuki salah satu universitas negeri di Bandung, sang kekasih pun niatnya akan masuk ke universitas yang sama tapi cewek itu belum bertandang ke Bandung.

Made Anatara Anya Paravi nama sang pujaan hati, tinggi semampai dipadukan dengan wajah khas Bali yang sangat ayu. Meskipun asli orang Bali dengan segala keragamannya, tapi kekasih Daffa yang kerap kali dipanggil Anya itu lebih memilih tinggal di Jakarta, dan bertemulah dia dengan Daffa saat masa-masa mos disekolah menengahnya.

Sebenarnya Daffa sempat memblokir nomor Sadie karena merasa mengkhianati sang kekasih, tapi entah karena apa dia menawarkan Sadie untuk menjadi partnernya, supaya nanti ngesex sama Anya sudah jago, begitu dalihnya.

Apakah Anya tahu hubungannya dengan Daffa? Tentu saja tidak, Daffa sendiri yang bilang seperti itu, belum saatnya cowok itu bilang.

Sadie siap kalau sewaktu-waktu Daffa meminta untuk mengakhiri zona friend with benefit ini, toh dirinya masih bisa mencari pria lain.

"Di negara ini kayaknya masih menjunjung tinggi banget ya masalah keperawanan, padahal cowoknya aja udah gak perjaka. Emang se egois itu cowok, abis itu ntar si cewek bakal disangka jual diri lah apalah, kocak!"

"Curhat lo Sade?"

"Opini itu ah, bego lo Daf jadi kesel sendiri gue."

"Dih pms lo anjing?"

"Tuh tau lo onta," Sadie mulai misuh-misuh tak jelas lalu mulai melanjutkan ocehannya, "Awas tuh cewek lo ntar jajan diluar gara-gara lo gamau merawanin dia."

"Heh jajan ndasmu!"

"Btw gimana hasil vcs semalam sama si ayang mbeb? Nge crot berapa kali lo?"

"Enak banget Sade! Nenennya itu loh bulat-bulat gurih-gurih nyoy! Meskipun vcs tapi pesonanya itu loh bikin gue makin cinta!"

"Tahu bulat dong anjing! Kocak lo ah," Terang Sadie lalu menyomot cipang yang ada dipiring Daffa.

"Heh maling lo!"

"Udah ah jadi kebelet pipis gue ngobrol sama lo."

"Dih nyalahin lagi, salah lo minum kaya gajah aja!"

"Dih kuda nil lo! Bentar ye toilet dulu."

"Iye ah bacot lo."

...

Setelah acara makan siang mereka selesai, Daffa dan Sadie memutari sekeliling Bandung sampai malam tiba, lalu Sadie mengajak Daffa ke salah satu club terdekat untuk mengakhiri hari selasa malam, tapi dengan berat hati Daffa menolak karena adanya urusan yang sangat mendesak membuatnya tak bisa menemani Sadie di club itu.

Dan disini lah Sadie, di hadapan meja bar yang luas ditemani secangkir perfect cocktail dan gema musik dimana-mana, dirinya belum terjun ke dance floor karena dia masih ingin menikmati sensasi terbakar ditenggorokannya. 

Margarita classic nama minuman yang tengah ia sesap, terbuat dari campuran tequilla, air jeruk nipis dan agave, benar-benar perpaduan rasa yang sempurna, mulai dari tepi gelas yang asin, manisnya agave, pahitnya tequila, dan asamnya jeruk nipis.

Setelah dirasa cukup puas menyesap minuman tak sehat itu, Sadie kini berada di pertengahan ombak manusia yang tengah meliukan badannya bak ikan kurang air.

Tak terasa kalau kaki jenjang ber heels tinggi cantiknya itu sedari tadi menginjak sepatu sneakers berwarna coklat tua, sang empunya tak melakukan apapun, hanya memandang Sadie dengan tatapan tak terbaca, kagum atau kesal?

Saat Sadie tersadar, pemilik kaki ber sneakers itu sudah menempatkan tangan kekarnya di pinggang ramping berotot Sadie, mengelus bagian punggungnya yang tak tertutup kain bahan apapun.

Sadie berkata sambil menggigit bibir bagian dalamnya, "Ay, you playing with fire Babe."

"Was ur body flexible enough?"

Mata legamnya yang dalam, tulang hidung tinggi, bibir berisi juga jawline yang curam ditambah bulu-bulu tipis, rambut ikalnya yang mengkilap, ditambah deep voices yang mengalun sempurna ditelinga Sadie. Perpaduan sempurna, pikirnya.

Bibir Sadie terangkat keatas membentuk bulan sabit berwarna merah terang yang sempurna, "Ex-ballerina."

"U got me tonight."

...

Iya pendek, hope u like it:)

Sadie a Lil BaddieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang