Chapter 7

506 78 30
                                    

I love you, Ahjussi!

•••

"Aku pulang ya."

"Ya, sudah. Sana pergilah."

Kai mendengus kesal, sahabatnya ini benar-benar ingin mengusirnya, "Ngomong-ngomong, dimana keponakanmu yang manis itu? Aku ingin memberikan ucapan selamat malam padanya."

"Kau ini benar-benar pedofil sialan." Chanyeol memutar bola matanya, "Dengar baik-baik, kalau kau bukan temanku, tubuhmu pasti sudah kupotong-potong jadi kecil lalu aku buang di dalam selokan."

"Kejam sekali jadi orang. Pantas saja sampai sekarang kau masih jomblo." ejek Kai, "Apa salahnya jika aku suka sama yang muda-muda? Lagipula keponakanmu itu kelihatannya sudah beranjak remaja. Tidak salahkan kalau aku mulai tertarik padanya?"

Pletak!

"Aduh! Sialan! Kenapa kau memukulku lagi!?" Kai mengerang kesakitan sembari mengusap belakang kepalanya yang menjadi sasaran empuk Chanyeol.

"Otakmu benar-benar sudah rusak, Kai. Jadi, sudah sepantasnya kau untuk dipukul." geram Chanyeol.

"Ahjussi!"

Keduanya menoleh ke sumber suara. Dimana sesosok gadis mungil lengkap dengan baju tidur super imut-bercorak teddy bear dengan warna pink yang mendominasi-berlari kecil mendatangi dirinya.

"Ahjussi kenapa memukulnya? Itukan sakit, Ahjussi."

"Lihat, Chan? Keponakanmu saja tahu siapa yang tersakiti disini." Kai tersenyum lebar tanda kemenangan. Dia lalu melangkah mendatangi Wendy sembari mengeluhkan tengkuk lehernya yang sakit, "Wendy sayang. Lihat apa yang dia lakukan padaku. Dia kejam sekali sama Kai Ahjussi. Adu-duh, kepala Ahjussi jadi sakit."

"Sa-sakit? Yang mana? Coba Wendy lihat." Seperti kucing yang mendapat ikan asin. Kai langsung tersenyum lebar sembari menundukkan tubuhnya dan mempersilahkan Wendy untuk melihat buah maha karya dari kekejaman seorang Park Chanyeol.

Nafas Chanyeol tercekat ketika melihat bagaimana tangan mungil nan halus milik Wendy mengelus lembut pundak si kucing belang dan bagaimana menjijikkannya air muka Kai yang bukan main senangnya. Otot-otot lengannya sontak mengencang. Kai benar-benar sedang menguji sampai mana batas kesabarannya.

Grep!

Tanpa ampun, Chanyeol menarik kerah baju Kai hingga Kai tertarik selangkah ke belakang. Chanyeol lalu menghampiri Wendy, memegang pergelangan tangan mungilnya dan membawa gadis itu bersembunyi di belakangnya, "Aku rasa itu sudah cukup, Wendy."

"Tapi, pundak Kai Ahjussi masih-"

Puk!

Chanyeol menepuk-nepuk kepala Wendy, "Habis ini masuk ke kamar, cuci muka dan istirahat. Besok kita jalan-jalan, okay?" tawarnya.

Kedua mata Wendy berbinar ketika mendengar tawaran menggiurkan dari sang paman. Menghabiskan waktu bersama sang paman. Tentu saja dia tidak bisa menolaknya.

"Uhm! Baiklah, Wendy masuk kamar dulu ya, Ahjussi. Dadah!" Wendy membungkukkan punggungnya dan langsung melesat pergi dari sana.

"Tunggu, Wendy! Pundak Ahjussi masih- Aish, sialan!" Kai menahan geramannya. Tatapan sengit ia lemparkan pada Chanyeol yang tak kalah sengit pula.

Dengan kilat iblis, Chanyeol menunjuk kedua matanya lalu kedua mata Kai. Seolah-olah berkata, 'Awas saja kalau kau berani macam-macam disini. Jika kau berani membantah, kau akan tahu akibatnya!'

Glup!

Kai menelan ludahnya. Walau dia sudah berusaha memasang ekspresi sedatar mungkin. Tetap saja, ancaman yang Chanyeol berikan membuat lehernya merinding, ancamannya bukanlah hal yang patut dianggap remeh. Chanyeol itu kelihatannya saja normal. Tapi, kalau sudah marah. Dia akan terlihat seperti gorila pejantan yang tengah tersambar petir.

Lolita ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang