Chapter 30

657 56 4
                                    

I love you, Ahjussi!

•••

"Wendy."

"Iya, Ahjussi?"

Wendy sekilas menoleh ke belakang, dimana sang paman yang sedang bertelanjang dada memeluk erat perutnya dari arah belakang. Sesekali kecupan manis Chanyeol bubuhkan pada bahu mungil Wendy yang tak tertutupi oleh dress tidur selutut berwarna imut favorit sang pacar, warna merah muda.

"Besok pagi mereka akan datang." Chanyeol menghela nafas berat, "Aku bingung, bagaimana cara mengatakan pada mereka tentang hubungan kita? Apa ... Apa mereka mau menerima pria seperti aku?" Pelukannya kian erat, ada rasa tidak rela jika kehangatan manis ini akan segera berakhir.

Wendy menggigit bibirnya, ia memutar tubuhnya—yang tadinya tidur membelakangi—berhadapan dengan sang paman. Menatap kedua iris gelap milik Chanyeol dengan mata berkaca-kaca penuh harap, "Jika ... Daddy dan Mommy tidak setuju. Apa Ahjussi ... Ahjussi akan meninggalkan Wendy?"

"Wendy, aku-"

"Ahjussi mau meninggalkan Wendy. Iyakan?" Wendy mengepalkan kedua tangannya, memukul-mukul dada bidang sang paman seraya merengek,"Ahjussi jangan ... Jangan tinggalkan Wendy. Jangan ... Hiks! Kalau Ahjussi pergi ... Hiks ... Aku ... Hiks!"

Bibir Chanyeol terkunci. Rasanya pedih melihat bagaimana rapuhnya sang kekasih. Raga mungil gadis itu bergetar tak berdaya di dalam pelukannya. Meminta belas kasih kepada pria menyedihkan seperti dirinya untuk tetap berada di sisinya. Sekali lagi, Wendy kembali menangis karena dirinya.

Chanyeol tersenyum dengan raut wajah yang teramat pedih, "Ssstt! Sudah, jangan menangis, sayang. Sudah-sudah."

"Tapi! Tapi! Tadi Ahjussi ... Hiks ... Hiks ..."

Cup!

Chanyeol mengusap kedua sudut mata Wendy dan membubuhkan kecupan singkat tepat di atas bibir mungil Wendy, "Seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu, Wendy sayang. Maaf sudah membuatmu menangis. Aku ... Aku hanya merasa gugup karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka tahu tentang hubungan kita."

Chanyeol tertawa renyah, "Kalau mereka tahu kalau anak gadis mereka memacari pria tua sepertiku, bisa jadi aku akan menghabiskan sisa hidupku di penjara karena kasus pelecehan."

"What? Di penjara? Kenapa Ahjussi harus di penjara? Ahjussi bukan orang jahat kok! Ahjussi pacarnya Wendy!" Wendy mengangkat tangannya, mengusap pipi Chanyeol dengan tangan mungilnya yang hangat, "Wendy cuma mau Ahjussi. Wendy sayang sama Ahjussi! Wendy yakin kok kalau Mommy dan Daddy pasti setuju!"

"Kamu yakin?"

Wendy mengangguk dengan air muka yang antusias, "Hu'um! Wendy yakin!"

"Terimakasih." Chanyeol tak tahu harus berkata apa-apa lagi, dia benar-benar merasa terharu pada Wendy yang begitu mendambakan dirinya.

Cup!

Wendy memberanikan diri untuk mengambil langkah pertama, mengecup singkat bibir tebal Chanyeol seraya berkata, "I love you so much, Chanyeol Ahjussi."

Seutas senyuman kembali merekah di bibir Chanyeol. Tak mau kalah, Chanyeol juga membalas perbuatan Wendy dengan ciuman yang lebih dalam dan menghanyutkan. Tangannya tak tinggal diam. Chanyeol mengusap kulit Wendy secara perlahan dari lengan, pinggul hingga turun ke bokong dengan lihai. Mengelus dan sesekali meremas bongkahan padat itu. Chanyeol menggeram. Melumat lembut belahan bibir mungil sang gadis sembari merubah posisi tubuhnya, menindih tubuh Wendy yang mulai lemas karena rangsangan yang bertubi-tubi.

"Ahjussi ... Chanyeol Ahjussi ... Engh." kening Wendy merengut dalam saat merasakan jari-jari besar sang paman masuk ke dalam dress dan menggelitik putingnya yang mulai mengeras di balik sana.

"Kau benar-benar menggemaskan." Chanyeol begitu menikmatinya, pemandangan super sensual dimana gadis kecil itu bergeliat kecil dengan raut wajah merah padam yang begitu polos menahan rangsangan.

Wendy menjerit, semakin kelabakan saat ia merasakan sesuatu yang basah masuk ke inti tubuhnya. Wendy sedikit mengangkat kepalanya, jantungnya berdetak kencang melihat bagaimana ganasnya sang paman melahap dirinya di bawah sana. Entah sejak kapan celana dalamnya yang tadi terpasang sudah tergeletak begitu saja sisi ranjang.

"Aahh! Enghhh!"

Wendy menutup erat matanya. Tangan mungilnya menggapai salah satu tangan Chanyeol yang bermain di buah dadanya. Sementara yang satunya lagi bergerak asal di atas seprai. Gadis itu meremas pergelangan tangan sang paman sebagai ajang pelampiasan. Permainan panas itu terus berlanjut hingga Wendy klimaks.

"Aahhh!" Wendy merapatkan kedua pahanya saat merasakan inti tubuhnya kembali meledak. Sementara Chanyeol di bawah sana segera menjauh dari apitan paha Wendy, menyeringai dengan senyuman penuh tanda kemenangan saat melihat Wendy terkapar pasrah dengan tubuh bersimbah keringat dan kewanitaannya yang tak henti-hentinya mengeluarkan cairan orgasme.

Beberapa menit setelahnya, kesadaran Wendy berangsur-angsur pulih, kedua mata Wendy yang tadi tertutup erat mulai terbuka, matanya bergerak ke bawah. Memperhatikan kewanitaannya yang basah, Wendy menggigit bibirnya ketika kewanitaannya berkedut selama beberapa detik. Sensasi yang sama seperti yang dia rasakan kemarin malam setelah apa yang sang paman perbuat pada tubuhnya.

"Haah ... Haaah ..."

"Kau menyukainya, Wendy?" Wendy malu-malu mengangguk. Walaupun merasa ada yang aneh dengan tubuhnya yang terasa remuk setelahnya. Tapi Wendy tak menampik sensasi aneh yang ia rasakan. Wendy menatap wajah tampan Chanyeol yang merangkak di atas tubuhnya. Wendy tersenyum, Chanyeol juga ikut tersenyum bersamanya. Senyuman Wendy sedikit luntur saat melihat nafas Chanyeol yang kian berat, wajahnya juga tersirat rasa sakit seperti menahan sesuatu.

"Ahjussi, Ahjussi kenapa?"

"Uh? Aku ... Aku tidak apa-apa."

"Tidak apa-apa? Tapi, kok ..." Wendy menggapai pipi sang paman, semakin dalam memperhatikan wajah tampannya yang mulai resah, "Ahjussi kok mukanya sama seperti waktu di pesta?"

"Benarkah itu?" pipi Chanyeol reflek memerah. Merasa tertangkap basah karena sudah berbohong. Dan lagi, tebakan gadis itu juga benar. Rasa sakit ini sama dengan apa yang ia rasakan saat Jisoo diam-diam memasukkan minuman perangsang ke dalam air yang dia minum.

"Ahjussi sakit lagi ya?"

"Iya, Ahjussi sakit. Cuma sakitnya ... Ini sakitnya beda. Ini rasa sakit yang hanya bisa dirasakan oleh laki-laki." Chanyeol berdehem, "Biar enggak sakit lagi dan merasa puas. Laki-laki harus mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya."

"Sesuatu?" Chanyeol merasa tersudut. Matilah dia. Wendy semakin penasaran dengan apa yang mati-matian ia sembunyikan.

"Sesuatu itu ... Ada deh! Pokoknya begitulah."

"Hmm." Wendy mengerucutnya bibirnya, matanya sedikit melirik ke bawah. Matanya kembali melihat sesuatu yang besar menggelembung dari balik celana sang paman. Apalagi saat Chanyeol perlahan bangkit dari tubuhnya, membetulkan celana tidur berwarna biru gelap yang masih terpasang apik sembari melumat bibirnya sendiri. Kembali ekspresi menahan sakit yang terlihat aneh.

Wendy kembali dibuat bertanya-tanya. Sesuatu yang harus dikeluarkan laki-laki biar enggak sakit lagi itu apa? Dan lagi, apa benda yang menggelembung di balik sana? Kenapa tiba-tiba bisa membesar seperti itu?

.
.
.
.
.

To Be Continues

A.n :

Si Wendy keliatannya makin penasaran yah sama si Om-om 😂

Aku ingatin sekali lagi ya, ceritaku kadang enggak ramah buat anak dibawah umur. Jadi mohon pengertiannya 😭😂

Btw, kalau kalian suka sama work ini jangan lupa tinggalkan dukungan berupa vote, komentar dan sekalian follow 😂🥰

Lolita ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang