I love you, Ahjussi!
•••
"Wendy, aduh. Makannya coba pelan-pelan sedikit." Chanyeol menyodorkan secarik tisu kering pada Wendy yang tengah asyik melahap semangkuk es krim 3 rasa.
Wendy mengangguk dengan bibirnya yang terus saja mengunyah, tangan mungilnya mengambil apa yang pria itu sodorkan dan mengelap sudut bibirnya yang penuh dengan noda es krim.
'Ini anak sudah remaja tapi kelakuannya masih sejorok ini. Bagaimana besarnya nanti? Hah, aku jadi kasihan pada pria yang akan menjadi suaminya kelak. Dia pasti akan sangat menderita.' batin Chanyeol, sibuk berbual dan menyela gadis mungil bermarga Son di dalam hatinya.
"Hehehe! Maaf, Ahjussi."
Sementara itu seperti biasa. Wendy dengan wajah polosnya hanya memasang seulas senyuman lebar pada pria bermarga Park di hadapannya. Kembali mengacuhkan berbagai macam tatapan orang yang jatuh padanya dan fokus pada olahan es krim menggiurkan yang tersaji di dalam mangkuk.
Bagi seorang Wendy, es krim itu adalah yang nomor satu, tidak ada tandingannya di dunia ini. Eh, tidak. Es krim sekarang sudah bergeser di tempat kedua. Karena hal yang paling dia sukai di dunia ini adalah paman tampannya, Park Chanyeol.
Chanyeol memperhatikan pemandangan luar yang ada di balik dinding kaca yang membatasi mereka. Riuhnya para pejalan kaki dan kendaraan yang berlalu lalang di atas jalan menjadi pemandangan yang lumrah.
Chanyeol menyangga dagunya dengan salah satu telapak tangannya. Raut wajahnya yang pasrah seolah-oleh berkata aku-sudah-lelah-untuk-tinggal-di-dunia-yang-menyebalkan-ini sangat kontras tersirat di wajah tampannya.
Manik hitam Chanyeol secara acak jatuh pada berbagai macam objek yang melintas di depannya. Entah orang ataupun kendaraan yang terpenting apapun yang bergerak di hadapannya.
Deg!
Jantung Chanyeol berdetak tak karuan. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain dan menyembunyikan wajahnya di balik kertas menu yang tergeletak di atas meja.
'Tidak, itu tidak mungkin dia. Agh, sialan! Kenapa dia bisa ada disini!?' Batin Chanyeol berkata. Chanyeol sekilas mengintip dan dalam secepat kilat kembali menyembunyikan wajahnya.
"Ahjussi, ada apa? Kenapa Ahjussi-"
"Sstttt!" Chanyeol berdesis, meletakkan jari telunjuk di depan bibir tebalnya, mengisyaratkan gadis mungil itu untuk tetap diam.
Tanpa melayangkan satupun protes pada sang paman yang tiba-tiba bertingkah aneh seperti seorang buronan yang tengah bersembunyi dari kejaran polisi. Wendy langsung mengunci bibirnya rapat-rapat dan mengangguk kuat.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
Jakun Chanyeol naik turun. Detak jantungnya berpacu kencang bak derap langkah kuda. Batinnya kembali bertanya, 'Oh, Tuhan. Apa dia sudah pergi? Semoga saja sudah! Aaa! Kenapa harus dia!? Sialan!' Chanyeol menarik sedikit kertas menu yang menjadi tameng wajahnya dan menerawang pada objek yang sempat membuat batinnya terguncang.
"Wendy." Masih dengan wajah yang tertutupi kertas menu. Chanyeol berbisik, "Apa dia sudah pergi?"
Alis Wendy bertautan, "Dia? Dia siapa, Ahjussi?"
Chanyeol ingin menghentak jidat lebarnya pada permukaan meja. Agh, benar juga. Wendy pasti tidak akan kenal siapa orang yang dia maksud.
"Itu disana. Wanita dress hitam pendek yang tadi ada di dekat tiang lampu jalan. Apa dia masih ada disana?" Chanyeol menunjuk-nunjuk asal ke arah luar. Wendy langsung menoleh ke arah belakangnya—sesuai arah tunjuk sang paman—dan berusaha mencari siapa wanita yang pamannya maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lolita ✔
Fiksi PenggemarBagi cinta, yang namanya umur tak lebih dari sekedar deretan angka. Itu benarkan? COMPLETED | Started at, 07-01-2021