Chapter 13 : Accident

664 98 25
                                    

Setelah kejadian kemarin, pagi ini Celyn tidak mengambil kelas apapun, namun ia juga terlalu malas untuk kembali keasramanya, jadi Celyn memutuskan untuk mendudukan dirinya di bawah pohon besar dipinggir Danau hitam.

Celyn menarik nafas dalam, dan memejamkan matanya kemudian ia menghembuskannya perlahan sambil membuka matanya. Celyn melakukannya berulang kali, menetralisir rasa yang berkecamuk didalam dirinya.

Jujur saja, Celyn masih lebih memikirkan kepergian ibunya, yang tentunya membuat Celyn sangat terpukul. Celyn belum siap, Celyn masih sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan ibunya disaat seperti ini.

"Tidak, ayolah Cel, berhenti menangis. Kau tidak boleh terlihat cengeng." Ucap Celyn sambil menghapus air matanya.

Diam sesaat, Celyn memandang kosong kearah danau dengan berbagai hal sedang berenang di kepalanya.

"Memandangi danau, huh?"

Celyn tidak menggubrisnya, hanya menghela napas dan berpikir mengapa selalu saja ada yang mengganggunya disaat ia ingin sendiri.

Merasa diabaikan, orang itu duduk disamping Celyn.

"Kau keberatan aku berada disini, Lynette?"

"Apa yang kau inginkan, Macmillan?" Ucap Celyn tanpa melihat kearah orang yang berbicara dengannya.

Ernest Macmillan-seorang Hufflepuf di tahun yang sama dengan Celyn. Seorang pemuda yang pernah menjadi kekasih atau sekarang bisa disebut mantan kekasih Padma. Celyn mengenalnya ketika di tahun kelima ia bergabung untuk Dumbledore's Army. Cukup tampan, tetapi bagi Celyn ia tidak lebih baik daripada bajingan yang selalu tebar pesona di hadapan para gadis.

"Oh ayolah, aku hanya ingin menemanimu." Ucap Ernie.

"Terima kasih atas perhatianmu, kurasa aku harus pergi. Permisi." Ucap Celyn bangun dari duduknya.

Namun Ernie segera bangun dan meraih tangan Celyn, menahannya dengan menghimpit Celyn ke pohon.

"Mengapa terburu-buru, mm?" Ernie mengusap lembut wajah Celyn dengan satu tangannya sementara tangannya yang lain menahan kedua tangan Celyn dibelakang punggungnya.

"Menjauh dariku, sialan! Lepaskan aku!"

"Shhh jangan berteriak, manis" Ucap Ernie mengusap bibir Celyn.

"Bajingan!"

Bugh!

Celyn menekuk lututnya dan menghantam perut Ernie hingga pemuda itu meringis dan menjauhkan dirinya.

"Gadis sialan!"

Memanfaatkan keadaan, Celyn berlari dari tempat itu secepat yang ia bisa, namun seolah keadaan tidak berpihak padanya saat itu, ia tidak melihat akar pohon besar di depannya yang membuat kakinya tersandung dan jatuh.

Meringgis menyadari kakinya terkilir dan ia tidak dapat berdiri dengan tegak ataupun berlari. Celyn benci semua ini, keadaan yang membuatnya terlihat sangat lemah.

Pemuda itu, Ernie, mengambil kesempatan itu dengan menarik dengan kasar tubuh Celyn hingga bertubrukan langsung dengan tubuhnya. Mencengkram gadis itu dan memaksa menciumnya.

*****

Draco disisi lain terpaksa berjalan bersama dengan Astoria karena gadis itu memohon, Dan Draco setuju hanya karena ia adalah adik dari temannya.

Merasa sangat jengkel harus menghabiskan waktunya bersama gadis yang menurutnya sangat memyebalkan karena terus saja menanyakan hal-hal personalnya.

"Mengapa gadis Ravenclaw itu harus menjadi kekasihmu, Draco? Bukankah kau seharusnya bersama seseorang yang juga Slytherin?" Ucap Astoria tanpa menyadari wajah kesal pemuda disampingnya.

Itu dia.

"Urusi urusanmu sendiri, Grengrass. Aku terlalu baik untuk merasa kasihan padamu yang harus memohon padaku." Ucap Draco

Astoria memasang wajah memelasnya, beragak memohon maaf pada Draco karena telah membuatnya kesal.

"Maafkan aku, tapi-" ia menjeda, kemudian menunjuk kearah pohon besar di samping danau hitam, "Draco, bukankah itu Lynette, tunanganmu?"

Draco dengan kesal menoleh kearah yang ditunjukan Astoria, saat itu juga rahangnya mengeras dan tangannya terkepal kuat. Ia melihat Celyn dari arah belakang yang seolah menikmati ciumannya bersama seorang pemuda lain.

Draco berbalik untuk bergegas pergi dari sana, membiarkan Astoria bergelayut padanya.

Tanpa menyadari senyum miring gadis itu.

*****

"mph! Lepaskan aku, sialan! Kenapa kau harus melakukan itu?!" Ucap Celyn dengan marah.

Pemuda itu mendekatkan bibirnya pada telinga Celyn, setengah berbisik "Karena seseorang membayarku untuk itu."

"Siapa?"

"Tidak bisa kuberitahu, tetapi mengapa aku harus menolak jika targetku begitu cantik?" Ia menjeda, "Dan kurasa rencananya pun berhasil." Ucapnya dengan nada mengejek.

Celyn tidak dapat berpikir siapa yang ada dibalik semua ini, tetapi satu hal yang sangat jelas ia ketahui bahwa seseorang ingin Draco melihat kejadian itu.

Ketika ia menoleh kebelakang, benar saja Draco terlihat baru saja pergi dari tempat itu,
'ia pasti salah paham.' benak Celyn, meskipun ia tidak melihat Draco dengan jelas, ia dapat meyakini bahwa pemuda itu pergi dengan tangan terkepal.

"DRACO!-DRACO KEMBALI!" Teriak Celyn berharap Draco mendengarnya.

"Ck, percuma saja."

"Lupakan, sekarang biarkan aku pergi!" Ucap Celyn mencoba melepaskan tangannya yang di cengkram untuk segera menyusul Draco, namun Ernie tak mau mengalah.

"Tidak begitu cepat, Lynette. Jika ia terlalu marah padamu, aku bahkan dengan senang hati akan mengencanimu." Ucapnya.

"Kau gila," Ucap Celyn namun pemuda itu tetap menahan dengan kuat,

"Jangan terlalu keras kepala, atau kau bisa terjatuh ke danau." Ucap Ernie

"Oh ya? Aku lebih baik-"

Tanpa membiarkan Celyn melanjutkan ucapannya Ernie menarik gadis itu mendekat karena melihat posisi Celyn yang lengah sedikit saja ia bisa terjatuh, namun Celyn terlalu berontak sehingga membuat dirinya sendiri terpleset jatuh kedanau.

Byur,

"Celyn!"

Sebelum dia berusaha untuk berenang, air langsung masuk kedalam hidung Celyn membuatnya sesak dan pandangannya memburam diwaktu yang singkat.

[.]

Devil's BesideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang