Chapter 11 : Hard

626 90 24
                                    


Sekarang Celyn berada di Manornya untuk libur musim panas, Celyn membuka jendela kamarnya dan menarik nafas dalam lalu kemudian menghembuskannya perlahan. Celyn menatap narnar kearah jalan setapak menuju Manornya.

"Christie, Ibu apa kalian tidak berniat untuk pulang?" Ucap Celyn

Kemudian Celyn memutuskan untuk berjalan-jalan sambil mencari angin segar ditempat biasanya. Celyn tidak lupa untuk membawa tasnya yang selalu berisi buku, penanya.

Celyn mendudukan dirinya dibawah sebuah pohon besar, dan mulai menulis di bukunya. Belum sempat Celyn menyelesaikan satu kalimat dalam bukunya, tiba-tiba seseorang datang.

"Cel," Ucapnya

Celyn mendongak, dan saat melihat pemilik suara Celyn langsung melebarkan senyumnya. Celyn bangun dari duduknya dan memeluk orang itu dengan erat.

"Christie!" Ucap Celyn, Christie kemudian tersenyum dan dengan senang hati menyambut pelukan dari adiknya.

"Christ, aku sangat merindukanmu! Kemana saja kau pergi?" Ucap Celyn melepaskan pelukannya pada Christie

"Belum saatnya aku memberitahumu, sekarang katakan padaku, bagaimana kabarmu?" Ucap Christie menangkup wajah adiknya.

"Aku baik-baik saja, hanya saja aku sangat merindukanmu dan ibu." Ucap Celyn

Christie tersenyum mendengar jawaban Celyn, namun entah Celyn menyadarinya atau tidak senyuman Christie terasa berbeda.

"Senang mendengar kau baik-baik saja. Aku juga sangat merindukanmu, kau tahu?" Ucap Christie.

Celyn tersenyum dan kembali memeluk kakaknya, "Kau sendiri bagaimana? Dan ibu, apa ibu sudah pulang?" Ucap Celyn.

Hening beberapa saat.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Christie, Celyn mendongakkan kepalanya dan baru melihat kakaknya yang sedang menangis dan mencoba untuk menyeka air matanya.

"Christie ada apa? Katakan padaku." Ucap Celyn

"Cel,...." Ucap Christie dan kembali memeluk Celyn dengan sangat erat.

"Christ-"

"I-ibu cel,..." Ucap Christie terbata diirimgi isak tangisnya.

Celyn belum menjawab, menunggu Christie melanjutkan kalimatnya.

"Seorang pelahap maut-- membunuhnya,-"

"A-apa?" Ucap Celyn mendongakkan kepalanya melihat kearah Christie dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Itu terjadi begitu cepat.. aku tidak bisa melakukan apapun, Cel" Ucap Christie

Celyn tidak menjawab dan hanya kembali memeluk Christie sambil terisak, begitupun dengan Christie yang memeluk adiknya dengan sangat erat.

*****

Mereka tiba di Manor ketika Christie mengajak Celyn ber-apparate. Tiba-tiba Edward datang melalui perapian ia menggunakan bubuk floo.

"Christ, Cel!" Ucapnya, langsung memeluk kedua adiknya.

Mengakhiri pelukan mereka, Edward menangkup wajah Celyn.

"Cel, kau duduklah dan tenangkam dirimu sebentar. Aku akan berbicara dengan Christie." Ucap Edward, Celyn hanya mengangguk dan berjalan menuju sofa sembari menyeka air matanya.

Edward membawa Christie menjauh dari sana agar Celyn tidak mendengar perbincangan mereka.

"Edward-"

"Stukurlah kau baik-baik saja." Ucap Edward, "Tetapi kau harus tahu ini, sangat buruk." Lanjutnya.

"Ada apa?" Ucap Christie.

"Cel." Ucap Edward.

"Ada apa dengan Celyn?"

"Ketika kau memberi kabar padaku, bahwa kalian di beri tugas oleh kementrian. Ayah melihat kesempatan untuk membuat Cel bertunangan dengan putra tunggal Malfoy." Ucap Edward.

"Apa katamu?!" Ucap Christie

"Christ dengarkan aku. Aku sudah berusaha untuk meyakinkan ayah untuk tidak melakukan hal itu, tetapi kau tahu bagaimana ayah bukan?" Ucap Edward.

"Edward, kita tidak bisa membiarkan Cel seperti ini! Mereka adalah Malfoy! Ayahnya telah membunuh ibu kita! Bagaimana mungkin kau membiarkan Celyn, adik kita! Bertunangan dengan anak dari keluarga mereka?!" Ucap Christie.

"Aku sudah mencoba untuk mencegah Christ." Ucap Edward. "Dan aku yang akan menjaga Celyn, jika Draco dapat berbuat sesuatu seperti ayahnya, aku tidak akan diam." Lanjut Edward.

"Lucius Malfoy telah membunuh ibu, aku tidak akan pernah rela adikku bahkan berhububgan dengan putranya!" Ucap Christie.

"Aku mengerti-"

"Apa katamu? Malfoy?" Ucap Celyn yang nyatanya mendengar ucapan Christie.

"Cel-"

Tok tok tok !

Terdengar seseorang mengetuk pintu belakang Manor, Mereka bertiga saling memandang satu sama lain sebelum menuju pintu belakang.

Edward membuka pintu, dan muncullah sosok Draco yang berdiri disana. Christie langsung mengeluarkan tongkatnya berjaga-jaga jika Draco melakukan serangan.

"Apa tujuanmu kemari?" Ucap Edward.

"Aku ingin menemui Celyn,-"

"Untuk apa kau menemuinya?" Ucap Christie.

Draco menghela napas, "Tolong, biarkan aku menemui adik kalian, kumohon." Ucap Draco.

"Apa yang kau inginkan?" Ucap Celyn.

"Cel," Ucap Draco langsung masuk ke dalam dan memeluk Celyn dengan sangat erat, medaratkan kecupan-kecupan di wajah gadis itu.

"Aku sangat lega kau baik-baik saja." Ucap Draco menangkup wajah gadisnya.

"Menjauh dariku." Ucap Celyn, namun Draco tidak mendengarkannya.

"Menjauh dariku sialan!" Bentak Celyn.

"Kau mendengarnya?" Ucap Christie yang masih berdiri disana bersama Edward.

"Cel, kumohon. Aku tahu, maafkan aku. Para Auror, mereka telah menangkap Dad. Ia telah diberi hukuman, Cel. Begitupun denganku." Ucap Draco memohon pada Celyn.

"Pergilah Draco." Ucap Celyn.

"Cel-"

"Please."

Draco mengangguk, "Tolong jangan biarkan dirimu dalam bahaya." Ucap Draco, sekali lagi mengecup kening Celyn dengan cukup lama, sebelum ia melangkahkan kakinya keluar.

Ketika Draco melewati pintu, Edward hanya menepuk bahunya, dan Draco mengangguk mengerti maksud Edward.

Begitu Draco pergi, tanpa mengatakan apapun kepada kedua kakaknya Celyn berbalik dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Mengunci pintu dan kemudian menangis dengan menyembunyikan wajahnya di balik kakinya yang tertekuk.

"Edward apa kau tidak ingin mengatakan apapun pada Cel?" Ucap Christie melihat adiknya berlari ke kamar sambil menyeka air matanya.

"Apa yang harus ku katakan padanya, Christ? Tidak mudah bagi Cel untuk menerima fakta bahwa ayah dari tunangannya-lah yang membunuh ibu. Biarkan ia sendiri untuk beberapa saat." Ucap Edward.

[.]

Devil's BesideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang