Ada yg kangen?
Nggak ya?
Ok... Back to the story..Di istana kerajaan Tianhe
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Wang Yibo sedang menatap keluar jendela. Ditemani oleh kakak kembarnya, Wang Jilan. Sejak kematian Zhan yang dilihat sendiri oleh Yibo dengan kedua matanya, pangeran kedua dari kerajaan Tianhe itu terus mengurung diri dikamarnya. Emily yang beberapa kali masuk ke dalam kamarnya dan berusaha menggodanya pun diacuhkan. Bahkan pada puncaknya, Yibo mencekik Emily dengan kedua tangannya sendiri. Kalau saja hal ini tidak dihentikan oleh Wang Qiren, ayahnya, mungkin saat ini Emily tidak akan hidup.
"Bo... Kita mau pergi ke kerajaan Shang buat ngunjungin Zhan. Mau ikut? Sudah dua tahun berlalu sejak terakhir kita berkunjung kan?" tanya Jilan. Yibo hanya melirik kakaknya sekilas dan mengangguk pelan.
(skip)
Dikerajaan Shang
.
.
.
..
.
.
."Kenapa kalian datang lagi?" Sanren menatap tak suka pada keluarga mantan sahabatnya itu. Qiren dan istrinya Lanhua, hanya bisa menunduk. "Kami ingin menebus kesalahan kami. Bukan hanya kalian yang kehilangan seorang putra. Kami juga merasa kehilangan. Putra kalian adalah anak yang baik. Kami sungguh menyesal karena gagal melindunginya." kata Lanhua pada Sanren. Suasana menjadi sangat tegang. Semua orang diam seribu bahasa menunggu siapapun yang mau membuka pembicaraan.
Tiba tiba terdengar suara ledakan dari dalam kuil. Segera saja kedua pasang Raja dan Ratu itu bergegas masuk kedalam kuil. Namun, baru saja mereka memasuki kuil, langkah mereka langsung terhenti karena melihat leadaan yang ada didepannya.
Saat ini, Nero dan Ash sudah terluka parah. Dihadapan mereka ada seorang anak berambut putih dengan mata yang sudah sepenuhnya menghitam. Iris matanya sudah semerah darah. Anak itu mengamuk dan menghancurkan semua benda yang dilihatnya. Nero dan Ash mencoba menghentikannya namun, mereka malah terkena serangan.
"Zhan!" Yibo tiba tiba berteriak. Menyebabkan anak kecil itu menoleh kearahnya. Tiba tiba saja Yibo berlari dan memeluk anak itu dengan erat. Seakan anak itu akan menghilang kalau pelukannya dilepas. "Kau masih hidup... Hiks... Kau masih hidup... " ujar Yibo lirih. Air mata teris mengalir dari mata sang pangeran Tianhe itu. Weiying yang tadinya hendak mengamuk langsung terdiam saat menghirup aroma tubuh Yibo. Dalam sekejap anak yang tadinya menghancurkan semuanya langsung tenang.
"Bagaimana kau bisa mengenalinya?" tanya Cangzhe heran. Dia tak menyangka akan ada orang yang bisa mengenali putranya yang masih berada dalam wujud anak anak. "Dia adalah Nalf. Zhanzhanku adalah Nalf. Saat keadaannya melemah seorang Nalf akan mengambil wujud yang sederhana. Contohnya adalah wujud anak anak." kata Yibo.
Cangzhe yang mendengar perkataan Yibo merasa agak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa pangeran bungsu kerajaan Tianhe bisa tahu cukup banyak tentang putranya. Sementara Cangzhe masih sibuk menatap Yibo, Sanren dan Lanhua mendekati Yibo yang masih memeluk Weiying yang kini mulai menutup matanya dan tertidur dipelukan Yibo.
"Ada apa dengannya?" tanya Lanhua pada Nero yang masih memegang tangan kirinya yang sepertinya sudah patah oleh serangan Weiying. Nero mengerutkan dahinya kemudian menatap tajam kearah Weiying. "Sepertinya ada yang mencoba untuk melukainya makanya dia mengamuk. Sepertinya dia merasa dirinya berada dalam bahaya makanya dia menyerang apapun yang ada didekatnya. Salah kami karena tidak melindunginya dengan lebih baik." kata Nero sambil menunjukkan wajah sedih.
Mendengar perkataan Nero, Cangzhe langsung menarik tangan Nero untuk membantunya berdiri. "Jelaskan!" perintahnya. "Alasan kenapa pangeran Weiwuxian tidak boleh keluar dari kuil. Kalian ingin tahu kan? Mari... Aku akan membawanya keluar... Tapi, jangan marah padaku nanti.." Nero menarik Weiying dari pelukan Yibo dan menggendongnya seperti seorang ibu yang sedang memeluk bayinya. Tapi, saat Nero menggendongnya, Weiying menangis keras. Semua puing puing yang berserakan langsung bergetar dan terlempar lempar secara acak. Belum lagi hujan yang tiba tiba turun demgan sangat lebat disertai dengan petir yang menggelegar. Langsung saja Nero memeluk Weiying dengan erat untuk menenangkannya. Usaha Nero berhasil. Weiying menjadi tenang setelah dipeluk erat. Hujan lebatnya berhenti begitu juga dengan puing puing yang berterbangan. Setelah merasa Weiying cukup tenang, Nero langsung berjalan perlahan keluar dari kuil.
Baru saja kedua kaki Nero tepat berada diluar kuil, tubuh kecil Weiying langsung bergetar hebat. Seperti menggigil kedinginan. Kemudian tubuhnya perlahan berubah menjadi transparan. Semua orang yang hadir disana langsung panik. Seakan tahu Weiying berada dalam bahaya, Yibo langsung mendekati Nero dan merebut Weiying dari Nero kemudian membawanya masuk kedalam kuil. Setelah kembali masuk kedalam kuil, Weiying berhenti gemetar. Tubuhnya juga kembali normal.
"Zhan, kali ini aku akan melindungimu! Aku bersumpah atas nama nyawaku sendiri, aku akan melindungimu walau nyawaku adalah taruhannya! Tidak akan kubiarkan kau mati sekali lagi!" kata Yibo dengan tegas. Matanya menunjukan keseriusan yang sangat mendalam.
Oke...
Mulai chapter depan bakalan mulai keliatan nih yizhannya...
Pada gasabar kan? Hehehe...
Jangan lupa vote dan commentnya ya...
Ai loph yuu oll❤❤....
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST NALF - End
FanfictionCuma hasil ngehalu tiap hari... Buat para homophobia jauh jauh ya... Tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun...