15. Tragedi 1

843 111 4
                                    

Sudah seminggu keluarga kerajaan Tianhe menginap di kerajaan Shang. Hubungan mereka mulai membaik sejak Yibo menunjukkan betapa perhatiannya dia pada Weiying. Weiying sendiri sangat menyukai Yibo. Saat Yibo meninggalkannya sebentar saja, Weiying langsung rewel. Anak kecil itu tidak mau ditemani oleh siapapun kecuali Yibo. Mungkin Jilan masih diterima olehnya. Tapi, bahkan dia tidak mau ditemani oleh kedua orangtuanya.

"Aung??" Weiying menatap Yibo yang sibuk membalik halaman buku demgan sebelah tangan. Tangannya yang satu lagi sibuk mengelus kepala Weiying. Membuat anak yang menggemaskan itu terlihat seperti anak kecil sungguhan. Mungkin kalau tidak mengenalnya, tidak akan diketahui bahwa anak kecil itu sudah berusia 20 tahun.

Yibo menatap Weiying dengan lembut. "Kenapa?" Jilan tiba tiba masuk kekamar Weiying tanpa mengetuk. "Kak, kalau masuk ketuk dulu pintunya... Itu pintu bukan pajangan tau!" kata Yibo kesal. Dia merasa kakaknya mengganggu momen kebersamaannya dengan Weiying kesayangannya.

Jilan duduk disebelah Weiying yang kini menatapnya dengan pandangan memelas. "Apa? Lapar?" tanya Jilan heran. Bukannya menjawab, Weiying malah langsung berdiri dan berlari meninggalkan kamarnya yang sebemarnya adalah ruang terlarang didalam kuil. Sesekali, Weiying menengok kebelakang seolah meminta kedua pangeran kembar yang tadi menemaninya untuk mengikuti dirinya.

Alhasil, Yibo dan Jilan pun mengikuti Weiying dari belakang. Langkah mereka terhenti saat mereka berada didepan sebuah pohon besar. Weiying langsung memanjat pohon itu dengan lincah dan mengambil sesuatu dari sebuah lubang besar yang ada di atas pohon. Setelah benda itu telah diambil, Weiying melompat turun dari pohon membuat Yibo dan Jilan jantungan karena takut bocah kecil itu terjatuh dan terluka.

Weiying turun dengan lincah dan dengan cepat dia berada kembali diatas tanah. Tangan kecilnya terulur kedepan dan memberikan sebuah batu pada Yibo. Saat batunya disentuh oleh Yibo, batunya langsung berubah menjadi bening. Yibo dan Jilan berdecak kagum bersamaan. Hal ini membuat Weiying terkekeh.

Setelah merasa cukup lama melakukan 'acara mengagumi batu'yang mereka adakan, Yibo menatap Weiying. "A-ying, ini batu apa? Kok aneh?" tanya Jilan dengan lembut. Weiying tidak menjawab. Tatapannya lurus kedepan dan tidak menatap mata siapapun. Tatapannya terpaku pada tembok kuil yang tingginya hampir lima meter itu. 

Tak lama setelah itu, Weiying mulai menggeram. Geramannya semakin lama semakin keras. Seakan anak itu sedang marah. "Grrrrrrrrrrr......" geram Weiying. Jilan dan Yibo berbalik menatap kearah tembok yang ditatap oleh Weiying.

Merasa Weiying menatap kekosongan,  mereka berbalik kembali menghadap Weiying. Namun, Weiying sudah menghilang. Kemana Weiying? Anak itu sudah berlari kearah tembok yang tadi ditatap olehnya dan meraung keras seperti naga. (Padahal dia bukan naga... Wkwkwk)

Setelah raungan Weiying terdengar, muncullah sesosok makhluk yang berbentuk seperti manusia dengan tubuh mirip kadal. 'Yokai!' batin Yibo dan Jilan. Mereka berdua sudah tak berkutik karena ketakutan saat melihat manusia kadal itu. Tapi, Weiying sama sekali tidak terlihat takut. Malah, ekor putihnya yang panjang berayun ayun karena bersemangat. Dalam sekejap Weiying mengambil wujud dewasanya.

Pertarungan antara Weiying dan manusia kadal pun dimulai. Manusia kadal itu cukup lincah. Namun, kelincahannya tak sebanding dengan Weiying yang bergerak secepat cahaya. Weiying menggigit leher manusia kadal itu dan manusia kadal itu merobek pakaian Weiying. Setelah sesi saling menyerang dan menggigit, kini manusia kadal itu melarikan diri dalam keadaan terluka parah.

Weiying terlihat senang karena berhasil melindungi kedua orang yang ada dibelakangnya. Saking senangnya sampai tak sadar kalau pakaiannya sudah tak terbentuk. Kulitnya yang sehalus sutra tak luput dari pandangan Yibo dan Jilan. Yibo beberapa kali menelan ludah. Pikirannya sudah melayang kemana mana. Terutama saat melihat tubuh Weiying yang terlihat karena pakaian yang dipakainya telah koyak.

'Tahanlah nafsumu! Ingatlah kalau saat ini Zhanzhan baru selesai bertarung! Dan bukankah kau menyukai Emily?' Yibo berkata pada dirinya sendiri dalam hati. Adik kecilnya sudah mulai tegang hanya dengan melihat Weiying. Bagian bawahnya mulai terasa sesak dan Yibo meringis karena dia benar benar membutuhkan pelepasan. Karena itu, Yibo langsung pamit pergi kekamar mandi untuk menyelesaikan urusannya. Sedangkan Weiying dan Jilan, mereka hanya menatap Yibo dengan tatapan heran.

Yosh...
Maaf chapternya pendek...
Aku lupa kalo mesti update...
Makanya ngebut ngetiknya...
Hehehehe... Maaf ya...  🙏🙏
Oke deh..
Segini dulu ya...
Jangan jadi silent leader eh maksudnya reader lho...
Jangan lupa vote dan commentnya ya..
Loph yuu ❤❤

THE LAST NALF - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang