Chapter yang agak nggak jelas😭
*#*
Sejak tadi Devan menyadari jika Alex sedang uring-uringan. Sudah puluhan karyawan yang menjadi korbannya, bahkan dirinya juga.
Entah apa yang mengganggu pikiran pria itu sejak sampai di kantor pagi tadi, tapi yang pasti itu berasal dari Ara.
Hanya wanita itulah yang bisa memberikan dampak begitu besar bagi Alex. Jika Alex memiliki permasalahan lain, maka pria itu pasti bisa menutupinya dengan cukup baik. Tapi jika dengan Ara… jangan harap pria itu bisa menutupinya dari semua orang.
"Lo kenapa sih, Lex?" tanya Devan pada akhirnya
"Tau lah, males gue ngebahasnya!" ujar Alex menampakkan kekesalannya
"Lex, gue mau nanya tentang gue sama Ti--"
"Urus aja masalah Lo sendiri! Lo pikir gue juga nggak punya masalah?!"
Devan mengelus dadanya berusaha sabar, "Itu bos Lo juga, Dev. Jangan macem-macem kalau Lo nggak mau dipecat" batinnya
"Semoga masalah Lo cepet selesai" kata Devan lalu melangkah hendak keluar ruangan
Sepertinya Alex butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya.
"Lo cuma bilang gitu waktu gue punya masalah sedangkan gue selalu berusaha ngasih Lo solusi?!" sentak Alex
"Bodo amat lah, Lex!" balas Devan ikut kesal
Brak...
Alex menggeram kesal saat Devan membanting pintu ruangannya.
*#*
Alex merasa ragu untuk memasuki rumahnya sendiri. Sejujurnya dia merasa kesal karena alasan sepele Ara yang marah kepadanya.
Hei, memangnya kenapa jika dia menggantikan pakaian istrinya sendiri? Ya… walaupun dia memang tidak hanya melakukan itu sih.
Ck! Sudahlah. Pikirkan lagi saja nanti. Sekarang lebih baik dia segera masuk dan membaringkan tubuhnya yang lelah di atas kasur empuknya.
Alex baru saja membuka pintu namun dia sudah disuguhkan pemandangan kelopak bunga mawar merah yang jatuh mengenai kepalanya.
"Sayang" gumam Alex terkejut saat melihat Ara ada di depannya
Ara melemparkan kelopak bunga yang masih ada di genggamannya ke arah wajah Alex hingga membuat pria itu reflek memejamkan matanya.
Saat Alex sudah membuka matanya kembali, Ara sudah berjalan ke arah kamar sambil menenteng tas kantornya yang entah sejak kapan lepas dari tangannya.
Alex pun buru-buru menyusul langkah Ara.
Dia mematung saat sampai di ambang pintu kamarnya.
Semua jendela kamarnya tertutup, kelopak bunga mawar bertebaran dimana-mana, dan lilin-lilin menyala membuat suasana nampak romantis? Entahlah.
"Sayang, siapa yang bantuin kamu bikin semua ini?" tanya Alex menatap isi kamar
Ara hanya diam dan melangkah mendekat ke arah Alex lalu membantunya melepaskan jas kantornya.
"Sayang, aku lagi nanya" tegur Alex masih dengan keterkejutan yang tersisa
"Ara sendiri yang bikin. Kak Alex suka?" tanya Ara sambil menarik kerah kemeja Alex dengan kedua tangannya untuk mendekat ke arah ranjang
Belum sempat mereka sampai di ranjang, Alex sudah terlebih dahulu meraih pinggang Ara dan merapatkannya dengan tubuhnya.
"Kamu sengaja bikin ini semua dari tadi?" tanya Alex menipiskan jarak di antara wajah mereka berdua