Part 22

967 44 10
                                    

Xavier menyengir memperlihatkan deretan giginya. "Lo udah mulai sayang sama gue?"

"Iya," balas Kayonna.

Xavier tersenyum lebar mendengar jawaban dari Kayonna, hatinya menghangat. Akhirnya ada sedikit peningkatan.

"Tapi boong," lanjut Kayonna disertai kekehan.

Mendengar itu Xavier langsung diam. Hatinya yang tadinya diterbangkan tinggi-tinggi kini langsung amblas seketika, hancur berkeping-keping. Rasanya sesak sekali.

"Sebercanda itukah tentang perasaan?" ucap Xavier tersenyum getir.

Xavier mencoba untuk bangun, namun lagi lagi tidak bisa, kepalanya sangat pusing sekali.

"Xav, kalau masih pusing gak usah dipaksain," ucap Kayonna sambil menolong Xavier. Tapi bukannya menerima bantuan dari Kayonna, Xavier menghempaskan tangan Kayonna yang ada ditubuhnya.

"Gak usah sok peduli," ketus Xavier.

"Gue peduli," balas Kayonna cepat.

"Peduli?" kekeh Xavier.

"Gue gak butuh," ketus Xavier.

"Xav—" ucapan Kayonna terjeda.

"Pergi!" usir Xavier.

"Ta—"

"PERGI!" teriak Xavier.

"Xav," panggil Kayonna dengan mata berkaca-kaca.

"Gak usah nangis! Disini gue yang tersakiti, jangan seakan-akan lo yang tersakiti!" ketus Xavier.

"Gue, gu-e minta maaf, Kay," pinta Kayonna.

"Maaf lo gak ada gunanya, Kay. Lo udah berhasil bikin hati gue patah untuk yang pertama kalinya. Selamat ya," ucap Xavier dengan tubuh bergetar. Sesakit ini kah cinta pertama? Memulai hubungan saja belum, tapi rasa sakitnya sudah menjadi-jadi.

"Ma-af," pinta Kayonna dengan air mata yang sudah luruh terus menerus.

Xavier mengambil ponsel yang ada disakunya, kemudian menghubungi seseorang.

"Jemput gue sekarang diUKS,"

"Ok,"

Tutt...

Panggilan diputus secara sepihak oleh Xavier, ia menunggu seseorang itu tanpa menatap Kayonna yang sedang menatapnya sendu, air matanya tak berhenti mengalir.

Ceklek...

"Xav," panggil seseorang.

"Gimana keadaan lo?" tanya orang itu berjalan kearah Xavier.

"Bawa gue pergi dari sini," titah Xavier.

"Lah Kay, lo kenapa nangis?" tanya orang itu.

"Ini kalian kenapa sih? Ada apa?" tanyanya lagi.

"Akhhh," ringis Xavier memeluk perutnya sendiri.

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang