Part 11

6.1K 153 47
                                    

"Gue gak ahli soal cinta, gue takut kalau akhirnya diantara kita akan tersakiti atau bahkan saling tersakiti," balas Kayonna.

"Coba jalani dulu dengannya Kay, semua itu butuh proses. Untuk akhirnya, kita serahkan kepada Takdir," ucap Alurra.

---

Xavier kembali ke apartemennya, sebenarnya kakek dan neneknya tinggal di Indonesia, tapi Xavier lebih memilih untuk tinggal sendiri.

Xavier merebahkan tubuhnya ke kasur. Menatap langit-langit dengan pandangan kosong, menerawang saat malam itu ia menghapus jejak cowok bajingan itu.

Ah, rasanya Xavier ingin melakukan itu lagi. Kayonna sungguh candu bagi Xavier. Harum tubuhnya membuat Xavier ingin melakukannya lagi.

"Arghhhh... Kenapa gue harus mikirin yang itu sih, jadi tegak kan, huh!" racau Xavier frustasi.

Xavier segera bergegas kekamar mandi untuk menidurkan yang tegak namun bukan tiang bendera.

Xavier keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar, dan lega yang pastinya. Ia sekalian membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket karena semalam.

"Padahal cuma mikirin, tapi kenapa bisa sampai tegak! Cukup, jangan memikirkannya lagi!" gumam Xavier.

Ia berjalan keruang tamu, namun seketika jalannya terhentik dan terbelalak kaget melihat kakek dan neneknya yang sudah berada di ruang tamu dengan muka yang tidak bersahabat.

"Sejak kapan Kakek sama Nenek kemari?" tanya Xavier ramah duduk didepan kakeknya, Alward.

"Kakek dapat kabar kalau tadi malam kamu membunuh seseorang," ucap Alward to the point.

Begitu cepat berita itu menyebar sampai di telinga kakek dan neneknya. Neneknya, Freya melihat Xavier sendu. Terlihat wajah sedihnya, Xavier tidak menyukai itu.

"Dia yang mulai duluan Kek," balas Xavier.

"Kalaupun dia yang memulai, pantaskah kamu membunuhnya?" tegas Alward.

"Nenek percaya kamu tidak akan melakukan sesuatu dengan gegabah," ucap Freya lembut.

"Apa yang terjadi nak? coba jelaskan kepada kami," lanjut Freya.

"Dia hampir memperkosa Kayonna Nek," ucap Xavier dan ia menceritakan semuanya yang terjadi semalam dengan sejujur-jujurnya.

Freya dan Alward menghembuskan napasnya lega. Mereka tidak ingin terjadi sesuatu dengan Cucunya ini. Mereka sangat mencintai Xavier.

Alward menghela napas panjang. "Maaf, tadi Kakek emosi," ucapnya.

Xavier tersenyum. "Tidak apa Kek, Xavier tau Kakek begitu karena sayang sama Xavier," balasnya.

Alward menepuk pundak Xavier. "Kakek akan mencari pengacara yang handal untuk menyelesaikan masalah ini, kamu fokus sekolah saja," ucapnya tersenyum.

Xavier mengangguk tersenyum. "Makasih Kek," kata Xavier.

"Itu udah jadi tugas Kakek," kekeh Alward.

Freya memeluk Cucunya ini. "Jangan membunuh orang lagi Nak, cukup sampai rumah sakit saja, jangan kuburan," kekehnya.

Xavier terkekeh mendengar penuturan Freya. "Siap komandan!" ucap Xavier tegas memberi hormat kepada Freya dan tentunya kepada Alward juga.

Dan mereka tertawa bersama.

---

Pagi harinya seperti biasa, Kayonna dan Alurra bersiap sekolah. Mereka berangkat menggunakan mobil Kayonna. Mobil berwarna merah, hadiah ulang tahun dari Kakek dan Neneknya.

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang