Chapter 18

2K 137 8
                                    













Byun Hana membuka matanya secara perlahan. Mata itu mengerjap beberapa kali barulah kornea mampu membiasakan diri dengan cahaya.

Dimana Byun Hana berada?

Ia tidak tahu. Yang jelas ia memandangi tembok putih besar. Byun Hana masih enggan bangkit dari posisinya.

Ia berpikir mungkin saja ia bermimpi. Namun tak lama, ia mendengar suara tangisan seseorang.

Byun Hana dapat merasakan betapa pahitnya hidup dari seseorang yang menangis itu. Orang itu seperti sedang berbicara sendiri.

"Jika Mami bangun, Mami akan kehilangan Daddy."

Pertunjukan belum berakhir, Mami

"Tidak. Mami sudah tak mampu melihatnya."

Kalau begitu aku akan membuat Mami tak bisa melihatnya

"Mami hanya ingin memiliki Daddy sampai akhir hayat."

Apa Mami yakin?

"Mami yakin. Daddy dan Kak Joey sudah bahagia sekarang. Mami ikhlas pergi bersamamu."

Jika Mami pergi maka tak adalagi jalan untuk kembali

"Mami mengerti. Tolong Tuhan limpahkan kebahagiaan dalam hidup Daddy dan Kak Joey. Jangan menghukum siapapun, Baekhyun tidak salah, suamiku tidak salah. Ini salahku yang membuat suamiku kesepian lalu mencari penghiburan."

"PERMISIIII!!!!" Byun Hana langsung menyambar begitu kalimat orang itu berhenti. Wanita paruh baya itu seperti tak memiliki daya untuk berjalan.

Sekalipun ia paksakan untuk bangkit kakinya akan mleyot. Byun Hana berpegangan pada dinding untuk mencari sumber suara. Terseyok-seyok kesana kemari.

"PERMISIIII!!! APA KAU MENDENGARKU?"

"TOLONG JAWAB AKU.."

"ADA YANG INGIN AKU KATAKAN."

"PERMISIIIII!!!!"

"Aku disini." Orang itu langsung muncul begitu Byun Hana berbelok disebuah pertigaan.

Rupanya ini adalah labirin yang cukup besar. Sangat besar hingga Byun Hana yang sudah sepuh kehabisan nafas.

Namun ia tidak menyerah untuk memohon ampunan kepada orang yang ada didepannya. Seorang wanita dengan paras yang bersinar.

Wanita itu sendirian. Padahal jelas tadi Byun Hana mendengar wanita itu berbicara dengan seseorang.

Byun Hana dan wanita bak bercermin. Sebab pakaian mereka sama, warna putih.

"Bibi?" wanita itu membeo.

"Nak.. kau istri Dokter Park?" tanya Byun Hana mulai mengikis jarak.

"Bagaimana Bibi ada disini?"

"Tolong maafkan putriku."

"Bibi.."

"Aku yang salah, dia dari rahimku. Jika pun dia berbuat salah, itu salahku. Aku tidak cukup baik menjadi ibunya."

Sugar Baby (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang