Gua jatuh cinta dengan 3 orang selama gua hidup.
Pertama Syahrin, kedua Syahrin, ketiga Syahrin.
-Sabar bar bar
***
Sabar hari ini kebagian jadwal piket jadilah dia manusia terakhir yang harus keluar kelas untuk membersihkan kelas yang sangat luar biasa kotor. Sumber dari kekotoran ini ya teman-temannya Sabar, anak cewe mah anteng-anteng aja kaga ada yang begajulan. Teman yang jadwalnya sama dengan dia malah ikut kabur kaga mau tanggung jawab, semua cowo sama aja emang. Emang cowo yang paling beda, Gading Marten.
Sepanjang ia membersihkan isi kelas, hanya ada kata keluhan sampai yang mendengar itu melempar sebotol minuman ke Sabar, "Yang kerja tangan bukan mulut," sarkas Syahrin.
Sabar berhasil menangkap botol itu, membukanya lalu meneguk tak tersisa, dia sangat haus ternyata. Syahrin memilih duduk di salah satu kursi mengamati Sabar yang sedang mengepel lantai. Biar wangi Sabar memakai silikon lantai (gk bole sbt merek).
"Tumbenan lu nungguin gua gini, kesambet roh apa lu?" tanya Sabar sarkasme dan dihadiahi decakan kesal dari Syahrin.
"Gak suka? Yaudah gua balik aja nih," ucapnya namun langkah ia dicegat oleh Sabar.
"Duduk yang anteng dan tunggu gua sampai selesai," titah Sabar dengan senyum manis di wajahnya.
Syahrin kembali duduk di kursi, dia menatap Sabar dengan sangat serius. Setelah Syahrin pikir-pikir Sabar ganteng dan manis juga ya sayang sekali semua itu tertutupi oleh tingkah konyolnya. Aish, Syahrin sampai melupakan tujuannya datang ke sini karena sibuk memikirkan wajah Sabar.
"Ngapa lu kelihatan gegana gitu?" tanya Sabar ketika wajah Syahrin seperti orang ling-lung. Sabar sudah menyelesaikan tugas piketnya, sekarang tugas ialah adalah membahagiakan anak orang.
Syahrin hanya menggeleng pelan ia menutupi kegelisahannya dengan sebuah senyuman, "Mau nonton ngga?" ajaknya.
Sabar menatap tak percaya, ini sebuah keajaiban Syahrin mengajaknya kencan biasanya diajak pulang bareng aja abot alot. Pasti ada sesuatu.
Hm, mencurigakan.
"Gu--gua beli tiket yang buy one get one jadi sayang kalau ngga dipake," lanjut Syahrin beralibi.
Hm, mencurigakan.
Alasan, tetap saja hati Sabar berbunga-bunga. Akhirnya si doi ngajak kencan.
"Bukannya hari ini lu ada kerja kelompok bareng si rem-rem rembo sapa itu."
"Rehan bahlul!" Syahrin meralat ucapan Sabar.
"Nah itu, ngapa sekarang lu jadi romantis begini?" telusur Sabar menatap lekat ke dalam matanya, ada sesuatu yang Syahrin sembunyikan jelas sekali.
"Ngga boleh emang gua romantis ke pacar sendiri?" sinis Syahrin, ia menatap sebal ke lawan bicaranya.
Hm, mencurigakan.
Biasanya Sabar tiap ketemu cuma dijadikan makhluk ghaib yang tidak pernah dianggap ada, kenapa tiba-tiba romantis begini. Sabar tidak terbiasa melihat tingkah Syahrin yang tak biasa seperti ini. Sabar mengambil kedua tangan Syahrin, dikecupnya tangan itu secara perlahan.
"Tahu dari siapa gua mau pergi?" tanya Sabar to the point.
"Yudha," timpal Syharin lalu sedetik kemudian ia merutuki mulutnya yang ember.
"Jangan khawatir gua gak akan mati."
Syahrin menampik tangan Sabar, wajahnya kini berubah serius ia tak bisa berakting lebih lama lagi, "Luka lu belum sembuh tolol jangan belagu, harus banget apa lu datang ke sana?" tanya Syahrin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trabas (Gangster Boys)
JugendliteraturJangan dibawa serius, kan kita cuma temen "Ketek, ketek apa yang manis?" "Mana ada ketek manis tolol!" "keteka aku mulai jatuh cinta padamu!" "Ruqiyah Sabar, Nald!" Cerita absurd dari geng magic jar yang kelima anggotanya mempunyai rahasia yang berk...
